Ummi Pernah Jatuh Cinta?

Rihlah Androwmedha, Hutan Pinus, 2017


“Emm, kalau gitu pertanyaannya ganti, deh. Ummi pernah jatuh cinta enggak pas seusia Hulya gini? Langsung sama Abi apa pernah jatuh cinta sama yang lainnya?”

Hulya begitu semangat sekali bertanya.

“Emm, tentu, sayang. Sebab perasaan cinta dan sayang adalah fitrah dari Allah, dan setiap kita pasti merasakannya. Bagaimana kita mengelola dengan baik, itulah kuncinya.”

“Cerita dong mii, perjalanan cintanya sampai finnally ketemu Abi..”

“Wah, bisa bikin lima novel kalau dari awal sampai akhir, nih.” Aku tergelak.

“Yaudah deh mi, singkatnya aja, hehe... soal jatuh cinta mi, gimana bisa Ummi mengelolanya biar ngga jadi pacaran gitu?”

“Oke, baiklah. Kalau jaman SD SMP udah bisa dibilang cinta belum ya?”

“Eh, kayak si Acil dulu nembak Hulya ya mi, pas SMP? Wkwkw...”

“Iya, mungkin ya. Dulu pas SD, Ummi pernah dicomblangin sama teman, yang katanya temen itu suka sama Ummi, bahkan Ibunya temennya Ummi itu kalau manggil Ummi bilangnya menantu...”

“Ibunya Abi, mi?”

“Ya bukanlah, SD abi dimana aja Ummi nggak tau. Temennya Ummi itu sekarang jadi polisi, bertugas di daerah timur sana. Sudah berkeluarga sih harusnya..”

“Tapi Ummi suka?”

“Anak SD mana tau jatuh cinta, Hulya.” Aku terkekeh.

“Oke, end. Next, SMP mi.”

“Ada beberapa teman sebaya dan kakak kelas yang menyatakan cintanya sih. Tapi Ummi tolak semua.”

“Lho, kenapa, Mi? Gegara tahu kalau pacaran itu mendekati zina, ya?”

“Jaman Ummi SMP mah beda sama jaman Hulya SMP. Ummi belum intens ikut kajian agama, ya paling sepekan sekali agenda rohis. Jadi, ya agak belum paham agama, hehe. Ummi nggak mau pacaran karena nganggep itu bakal ngganggu aktivitas akademik aja, hehe.”

“Ciye, yang juara kelas dari SD kelas satu...”

“Iya dong, kan Ummi nya Hulya...”

“Mi, berarti Ummi juga nggak suka ke temen-temen yang nembak Ummi itu?”

“Aduh, Ummi lupa. Hehe. Suka mah sekilas aja ya Hulya, sama halnya kalau kita lihat ada kakak kelas yang keren, yang ganteng, yang baik. Wajar sih kalau ngefans. Tapi untuk tahap jatuh cinta sepertinya belum. Kayaknya pertama jatuh cinta sama lawan jenis itu pas bangku SMA..”

“Waaah, mau diceritain Mi, yang pas SMA.”

“Aduh, nnti Ummi jadi CLBK dong..  Cerita Lama Bersemi Kembali...”

Hulya terkekeh, puas.

***

“Nah, pas SMA ini selera cinta Ummi bergeser.”

“Bergeser?”

“Ya maksudnya ada peningkatan gitu, sayang. Soalnya Ummi udah kenal komunitas agama, udah rutin mentoring. Ya, walaupun di pinggiran kota, Ummi rajin ikut taklim sebulan sekali lah yang diadakan farohis waktu itu.”

“Ciye yang aktivis Rohis...”

“Mau dilanjutin ceritanya, nggak nih?”

“Maau Mii, maauuu....”

“Nah, pas SMA ini, Ummi merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Eh, mungkin bukan jatuh cinta kali yah, lebih tepatnya kagum aja. Kan tadi Ummi bilang, setiap kita yang ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya; akan mengalami pergeseran selera cinta. Maksudnya, waktu SD SMP, mungkin kita dulu suka sama seseorang itu karena kekerenannya di bidang akademik, dia anak band, dia anak basket, atau karena tampangnya menarik. Nah, jika kita mulai belajar agama, mungkin kita seleranya ganti. Kita seneng sama mereka yang ngaji, yang baik agamanya. Tampang mungkin ngga seberapa cantik atau ganteng, tapi begitu akhlaknya baik, itu sudah sangat cukup menjadi alasan kita jatuh cinta padanya.”

“Iih, Ummi kok bener banget sih...”

Wajah Hulya bersemu merah.

“Tapi tantangannya juga makin besar, Hulya. Kita harus pandai pandai jaga hati dan pandangan kita. Hayo, Hulya hapal nggak ayat yang memerintahkan kita untuk menjaga pandangan ke lawan jenis?”

“Hehe, Qur’an surah An Nur ayat 30 31 kan mi? Yang panjang itu. Alhamdulillah kemaren qadarullah Hulya sudah setoran ke Ustadzah.”

“Anak Ummi memang shalihah, cantik lagi, masyaa Allah...”

“Ih Ummi, lanjut ceritanya. Nanti kepala Hulya gede terus terbang deh karena pujian Ummi...”
Aku terkekeh.

“Heem, jadi dulu sempet ngefans sama seorang kakak kelas. Orangnya sih sholih insyaAllah, waktu itu sama-sama jadi pengurus Rohis gitu. Alhamdulillahnya zaman Ummi sekolah belum hits Whatsapp, Instagram, dan medsos lainnya ya. Jadi peluang buat kepo akunnya kecil, hehe.”

“Waaa, Ummi tau ajaa kalau Hulya lagi ngefans seseorang, Hulya pasti sering kepoin statusnya...”

“Nah, kan... Padahal, saat kita kepo itu, kita sedang memanjakan perasaan dan angan-angan. Segala sesuatunya akan jadi baik di mata kita, dan postingan-postingannya akan membuat kita selalu kepikiran.”

“Berarti daripada kepo kita block aja ya, Mi?”

“Ya nggak gitu juga Hulya, hehe. Lebih ke manajemen perasaan, pengendalian hawa nafsu kita. Sama persis kalau kita puasa dan kita nggak boleh makan minum atau melakukan hal hal yang bisa membatalkan puasa serta mengurangi pahalanya. Jika kita sudah tahu kita bakal tertarik dan penasaran, jangan dimanjakan perasaan itu. Tahan.”

“Tapi penasaran e mi... Kan kita pingin tahu dia aktivitasnya apa aja, dan emang layak nggak sih buat kita suka atau fans, hehe...”

“Oh ya, Mi. Terus gimana, kakak kelas Ummi itu ada perasaan ke Ummi apa ngga?”

“Ummi nggak tahu dan nggak pernah mau tahu, waktu itu. Ummi ngerasa itu salah karena belum waktunya, makanya Ummi simpen aja dalam hati, shalihah. Cuman memang beberapa temen Ummi di Rohis ngeciye-ciye in kalau ternyata beliau sms ke Ummi terus ngirim kalimat-kalimat taushiyah gitu...”

“Wah, itu berarti beliau juga suka Ummi tuh, wkwk.”

“Tidak ada yang benar-benar tahu, termasuk Ummi sendiri. Hanya saja, Ummi merasa beruntung sekali karena lingkungan di Rohis sangat mendukung. Banyak kajian-kajian tentang peran anak muda dan bahaya pacaran. Di lingkungan aktivis pun kami diperkenalkan tentang TTM, HTS dan istilah lainnya yang ternyata mirip mirip pacaran juga. Dan itu bisa mengotori hati. Ummi cerita ke mbak mentor waktu itu dan beliau menguatkan. Sejak saat itu, misal ada pikiran atau keinginan untuk kepo tentang beliau, Ummi tahan.”

“Kenapa ditahan, Mi?”

“Karena itu hanya akan menyakiti perasaan Ummi, sayang. Ummi tahu itu salah tapi tetap Ummi lakukan... Kan berarti Ilmu nya nggak teraplikasikan, kan?”

“Bener juga sih, Mi.. Ohya Mi, Hulya jadi penasaran. Beliau di mana sekarang mi? Pasca SMA kontak kontakan nggak?”

“Alhamdulillah enggak, sampai hari ini pun. Alhamdulillah beda universitas jadi nggak ketemu ketemu lagi. Hanya dulu pernah sekali dua kali, beliau kontak untuk minta tolong menguruskan suatu keperluan di jogja.”

“Oh begitu. Waktu ngurus-ngurus itu masih ada perasaan kagum atau sejenisnya nggak Mi?”

“Alhamdulillah, kalau nggak salah sih sudah hilang, Hulya. Walaupun sempet iseng lihat medsosnya, hehe..”

“Ihh Ummi nakal, hehe. Eh tapi Hulya jadi kepikiran, kita itu boleh enggak sih mi, stalking status orang lain, apalagi itu lawan jenis? Apalagi orang yang kita sukai? Dih, pertanyan Hulya spesifik banget ya Mi.”

-bersambung-

Komentar