Cerpen : Hargailah waktu, Rizki!

Alarm di handphone-ku berbunyi. Aku tersentak kaget dan langsung terbangun. Aku mencoba untuk membuka kedua mataku. Aku diam sejenak. Lalu ku lirik handphone-ku . Pukul 04.30. Wuah….kok masih ngantuk yaa…?? Ku lirik ranjang di samping ranjangku. Waduh, teman-teman se-kost ku masih tidur semua. Akhirnya ku coba untuk bangun dan hasilnya… Yeah!!Aku bisa bangun walau dengan sempoyongan.

Jendela di samping kamarku seakan-akan merengek untuk dibuka. Pelan-pelan kubuka dan hmm….. udara sejuk segera memenuhi seisi ruangan. Sayup-sayup terdengar suara adzan subuh yang mengalun syahdu. Merdu sekali. Subhanallah….indah sekali pagi ini.
Kost mulai ramai. Teman-teman 80% sudah bangun. Berarti yang 20%?? Ya masih tidur dong…hehehe. Kami semua beranjak mengambil air wudhu dan sholat subuh. Setelah itu, mulailah rutinitas dilaksanakan. Ada yang antri mandi, antri mencuci baju, antri menyetrika baju, bahkan antri menyapu untuk melaksanakan piket yang telah disepakati.

Begitu semuanya siap dengan baju kebesaran masing-masing (seragam sekolah tentunya) kami berangkat menuju warung Bu Endang di seberang kost kami untuk sarapan bersama. Setelah itu, mulailah kami berjalan menuju sekolah kebanggaan kami, SMA Negeri 1 Wonogiri.

Waktu bergulir begitu cepat. Aku tak tahu kenapa. Mengapa waktu menunggu sangatlah lama dan ketika waktu diisi dengan aktivitas yang disukai, tak terasa ia telah berlalu. Waktu adalah pedang. Begitu pepatah Arab mengatakan. Jika kita tidak berhati-hati menggunakan pedang itu, maka bisa saja pedang tersebut memenggal leher kita sendiri. Begitu juga dengan waktu. Jika kita tidak memanfaatkan waktu dengan baik, kita pula yang akan menanggung kerugiannya. Aku paham betul bagaimana ketika aku asyik membaca buku cerita kesukaanku dan ketika kulirik jam dinding, waktu telah bergulir. Aku terhenyak dan tersentak. Pasti. Karena pekerjaan rumah yang menumpuk berteriak seolah-olah mengejekku yang tak pernah tepat waktu. Aku mencoba dan mencoba. Semoga saja bisa. Waktu adalah pedang. Pergunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Itu yang ada dibenakku saat ini.

Aku asyik dengan pikiranku tentang waktu. Tak terasa tiga tangga menuju kelasku telah terlewati. Tuh kan…kalau kita sudah asyik dengan apa yang kita sukai, maka jarak jauhpun tak menjadi masalah. Buktinya nih,kelasku yang terkenal paling jauh se-antero SMA N 1 Wonogiri terlampaui juga. Alhamdulillah. Walau begitu, aku sangat menyayangi kelasku dan orang-orang yang di dalamnya. Yah,teman-temanku yang selalu beri warna dalam hidupku.Dalam tiap hembus nafas dan detak jantungku. Halah..sok puitis nih aku jadinya…... Kelas X RSBI 3. Semoga makin kompak aja.

Ku awakli hariku dengan senyum. Aku mengintip dari pintu kelasku. Waah… ternyata teman-temanku sudah datang semua. Dan rupanya, aktivitas rutin juga telah dijalankan, yaitu diskusi pekerjaan rumah, atau tepatnya sih cocok-cocokkan jawaban. Hehehe… Aku masuk ke kelas dengan senyum lebar. Tak lupa kuucapkan salam terlebih dahulu.
“Assalamu’alaikum..”
“Waalaikum salaam…”
Layaknya paduan suara teman-temanku koor menjawab salam dengan senyum lebar sampai giginya kelihatan. Aku meletakkan tas, duduk, dan bergabung bersama mereka. Percakapan-percakapan ringan sepert inipun dimulai.

“PR-nya cuma ini ya??”
“Cuma ini gimana, banyak banget tahu!!”
“Waduh…aku belum ngerjain..”
“Buruan ngerjain, keburu Pak Suryo datang lho!!”
“Iya..iya..”
Atau seperti ini
“PKn ada ulangan ya??”
“Haah??Yang bener???”
“Lho,iya khan??”
“Aku belum belajar nih…piye iki..”
“Haduh, biasa aja kali. Eh, katanya Bu Sugiyarti nggak masuk ya??”
“Lha emang kenapa?? ”
“Pelatihan MGMP”
“Itu kan minggu lalu…”
“Jadi kesimpulannya??”
“Hari ini kita diajar dan ulangan PKn. Titik,tanpa koma.”
“Ya Allah…nasib…nasib”

Atau seperti ini….
“Whei!!!Buku catatan kimia-ku mana??”
“Walah,sorry bro! Lupa”
“Iiih…dari dulu lupa.Balikin dong!!Gimana aku belajarnya?”
“Kan udah pinter… tenang aja”
“Iiih!!!Pokoknya besok balikin!!”
“Santai bro…ya insya Allah besok balik deh. Beneran.”

Bahkan seperti ini…
“PR Agama nomor tujuh jawabannya apa?”
“Ikhlas menolong sesama”
“Nomor dua?”
“Khuznudzon”
“Tiga?”
“Akhlakul karimah”
“Sembilan?”
“Cari aja sendiri. Capek buk…”

Percakapan-percakapan ringan kamipun terhenti karena Guru Agama kami, Pak Suryo telah masuk kelas. Tuh kan, waktu lagi-lagi tak terasa berjalan. Lantas, ketua kelas X RSBI 3 segera memimpin kami untuk berdoa.
“Well friends. Before beginning our class its better to pray to the Almighty God first. So, we can understand what we’re learning of. Based on each believe, let’s pray please……finish”

Pelajaran Agama pun dimulai. Kami memperhatikan dengan seksama dan tak terasa pelajaran Agama berganti menjadi Bahasa Inggris. Pelajaran Bahasa Inggris diisi dengan presentasi dan diskusi pun tiba-tiba berubah menjadi pelajaran kesenian. Dan pelajaran kesenian dengan cepatnya berganti menjadi pelajaran Bahasa Jawa. Pak Sularno, guru Bahasa Jawa kami, menerangkan dengan gaya beliau yang kocak dan lucu. Membuat kami tertawa terpingkal-pingkal. Tiba-tiba perutku berbunyi. Krucuk-krucuk. Walah…kulirik jam dinding kelasku. Aku kok sudah lapar ya… Dengan hati-hati kusikut lengan teman sebangkuku, April.
“Sst…Pril..”
“Apa Ki’?
“Dirimu lapar tidak?”
“Wah, lapar banget Ki’. Ada apa?”
“Ntar istirahat kedua kita maem siang ya?”
“Sip. Daripada kelaparan.”
“Tapi di mana?”
“Biasalah Ki’. Di tempatnya Bu Gito. Ntar bareng-bareng sama temen-temen aja.”
“Yo wis. Sip kalau gitu”
Dengan hati agak lega kulanjutkan untuk mendengarkan penjelasan Pak Sularno. Tapi sulit rasanya untuk berkonsentrasi di saat lapar begini. Aduh..sungguh kasihan dirimu Rizki…batinku dalam hati. Tiba-tiba Pak Sularno memberikan tugas untuk dikerjakan secara berkelompok. Aku dan April segera menyelesaikannya dengan kelompokku dengan harapan dapat segera selesai dan….. yap….makan siang!!!

Setelah pelajaran selesai, aku langsung bangkit berdiri dan mengajak April untuk berangkat menuju warung Bu Gito. Dan apa yang terjadi? Ternyata tak hanya aku dan April yang kelaparan, namun belasan teman sekelasku juga lapar dan ingin makan siang secepatnya. Akhirnya, kami berangkat bersama-sama. Laskar X RSBI 3 siap!!!! Dengan santai kami menyapa teman-teman yang kami kenali di sepanjang perjalanan menuju warung Bu Gito. Tak lupa kami bercanda, karena pada saat itu teman kami, Reni sedang berulang tahun.
“Traktirannya jangan lupa ya, Ren”
“Iya Ren”
“Ayolah Ren… cantik banget kalau mau traktir”

Warung Bu Gito terletak tepat di depan Gerbang sekolah kami. Tentu saja, warung beliau tidak terdaftar sebagai kantin resmi di sekolah kami. Letaknya saja di luar Gerbang Sekolah. Namun kami fine-fine saja untuk makan di sana karena pintu Gerbang sekolah selalu terbuka. Saat istirahat seperti ini apalagi, kami bebas untuk beristirahat melepas lapar di mana saja. Lalu, mengapa kami memilih untuk makan di warung Bu Gito? Kenapa tidak di kantin sekolah? Yup..akan ada suatu pengakuan. Jujur saja, kalau makan di kantin sekolah pasti antrinya lama. Selain itu, harus desak-desakkan dengan kelas XI dan XII. Apa daya kami yang baru kelas X ini jika harus bersaing untuk mendapatkan seporsi soto dengan kakak kelas. Nggak apa-apa juga sih. Tapi dasar kami yang bandel, memilih mencari kantin yang lain saja.

Sampailah kami di Warung Bu Gito. Setelah memesan makanan, kamipun segera makan bersama dengan lahapnya. Tak berapa lama kemudian, kami segera membayar dan bersiap untuk kembali ke sekolah. Tiba-tiba sayup-sayup terdengar suara kakak kelas.
“Whoi!!Pintu Gerbang ditutup.”
Temen-teman yang mendengarnya berubah menjadi panik. Tapi aku santai saja. Halah..pasti cuma bercanda,begitu pikirku. Setelah semuanya selesai makan, Laskar X RSBI 3 pun kembali ke sekolah. Namun apa yang kami khawatirkan ternyata terjadi. Apa yang terjadi? PINTU GERBANG SEKOLAH DITUTUP!. Wah, wajah kami berubah menjadi pucat bagaikan tersengat lebah. Matahari yang bersinar garang seolah-olah mengejek kelalaian kami. Lagi-lagi lupa waktu. Pak Davis, berada di dalam Gerbang sekolah melipat tangan dan mengatakan bahwa kami telah terlambat 15 menit. Kami tak menduga-duga sebelumnya. Hari-hari yang lalu, kami istirahat dan tidak terjadi keterlambatan seperti saat ini. Saat itu aku dan teman-teman sangat takut. Beberapa teman dari kelas lain mulai memohon-mohon pada Pak Davis agar diizinkan masuk. Namun beliau menggelengkan kepala. Tidak boleh. Huaa….mau menangis rasanya.
“Pak..Boleh masuk ya?”
“Kalian telah terlambat 15 menit.”
“Tapi kan tadi pelajarannya molor?”
“Istirahatnya juga molor ya?”
“Iya,Pak!”
“Trus pelajaran berikutnya juga molor?Begitu?”
“Nggak juga kok Pak,Ayolah Pak… izinkan kami masuk..”
“Nggak..”
“Pak..kami minta maaf”

Pak Davis diam. Huaa…. Kami semua langsung panik kembali. Apalagi aku. Pelajaran seusai istirahat adalah PKn. PKn artinya Bu Sugiyarti. Dan Bu Sugiyarti artinya hari ini ulangan. Terlintas dalam benakku betapa marahnya beliau ketika tahu kami terlambat. Terbayang pada suatu ketika Aku dan April pernah terlambat masuk kelas pada saat jam pelajaran beliau. Dan beliau tidak mengizinkan kami masuk sebelum kami melapor ke BP. Paniknya aku saat ini seribu kali lebih panik daripada perasaanku waktu itu. Huaa…rasanya ingin aku putar waktu, biar aku tak terlambat seperti ini lagi. Namun apa dayaku. Nasi telah menjadi bubur ayam. Dan bubur tak bisa lagi berubah menjadi nasi, begitu kata Guru Kimiaku. Aku lemas. Sementara teman-temanku masih berusaha merayu Pak Davis agar kami diizinkan masuk.
“Pak…hari ini PKn X RSBI 3 Ulangan lho,Pak..”
“Ap hubungannya?”
“Ya kami terlambat dong Pak”
“Itu kesalahan kalian sendiri”
“Tapi Pak??”
Akhirnya, dengan segala kebijaksanaan beliau, Pak Davis mengeluarkan secarik kertas dan bolpoin.
“Ayo, yang ingin masuk tuliskan nama di kertas ini dahulu.”

Dhuar!!! Bagaikan halilintar disiang bolong. Astaghfirullah……mengisikan nama di kertas itu, berarti bersiap-siap untuk berhubungan dengan BP. Siap-siap dinasihati dan diberi pengarahan atau bahkan hukuman. Namun kami tidak peduli. Yang terlintas dalam benak kami saat ini adalah bagaimana cara untuk memasuki Gerbang sekolah dan mengikuti ulangan PKn bersama Bu Sugiyarti. Dengan sigap, Reni segera menuliskan semua nama Laskar X RSBI 3 yang ada pada saat ini.
“Sudahlah, kalaupun kita dihukum, akan terasa ringan karena bersama-sama”

Begitulah tekad kami. Setelah selesai mengisikan nama pada kertas dan menyerahkannya pada Pak Davis, beliau pun mengizinkan kami masuk dan membuka Gerbang.

Kami segera berlari menuji kelas kami yang terletak di lantai tiga. Ya Allah… rasa-rasanya saat itiu aku ingin sujud syukur pada-Mu karena berhasil memasuki pintu Gerbang dengan selamat.

Tatkala melewati ruang serbaguna, kami melihat teman-teman se-kelas kami yang lain sedang berjalan menuju ruang tersebut. Aku bertanya.
“Lho,kok di sini?”
“Pembelajaran PKn di dini. Ayo ambil tas kalian dan bergabung.”

Ingin pingsan rasanya. Berart kami harus naik ke lantai tiga hanya untuk mengambil tas dan kembali turun untuk mengikuti pembelajaran. Dengan senyum yang kesannya dipaksakan, Aku berusaha untuk berlari, mengambil tas, dan bergabung bersama teman-teman. Setelah semuanya berkumpul, kami melimpahkan kekesalan kami dengan bercerita kepada temen-teman satu kelas. Ada yang prihatin. Ada pula yang tertawa terbahak-bahak membayangkan tingkah konyol kami. Jadi sebel.

Tiba-tiba terdengar suara. Krucuk-krucuk. Ya Allah…perutku lapar lagi. Energi makan siang telah terkuras habis karena panik dan berlari-lari mengambil tas. Aku menyesali semuanya. Namun biarlah ini menjadi pelajaran buat kami. Istilahnya, di ambil ibroh-nya untuk muhasabah diri. Ini takkan terulang lagi. Aku bertekad. Aku semakin menyadari betapa berharganya waktu. Sekecil apapun walaupun hanya satu detik. Ya Allah… semoga aku dapat menghargai waktu. Semoga kami semua dapat menggunakannya dengan sebaik-baikknya untuk hal-hal yang mendatangkan manfaat buat kami.
Alhamdulillah, Aku sangat bersyukur pada Allah. Kuasa-Nya memang begitu nyata. Apa yang terjadi? Hari ini tidak jadi diadakan ulangan PKn. Kami bersorak gembira. Alhamdulillah. Saat itu aku bertekad untuk menceritakan pengalaman ini ketika ada tugas untuk menceritakan pengalaman pribadi. Ya, seperti tugas Bahasa Indonesia ini. Ketika Pak Warseno, guru Bahasa Indonesia kami meminta kami membuat cerpen berdasarkan pengalaman pribadi, cerita ini langsung terlintas hebat dalam fikirku. Yuppi…nggak masalah khan kalau semua orang tahu. Sungguh….. suatu hal yang fantastic menurutku. Aneh…konyol…namun lucu. Ya…itulah sepenggal kisah hidupku.

Komentar