[Penghujung]



Bicara tentang penghujung, sejenak aku berpikir. Manusia yang paling bahagia adalah mereka yang baik penghujung umurnya. Bagaimana tidak? Predikat 'husnul khatimah' tersemat, saat manusia berhasil menutup usianya yang tak seberapa dengan amal kebaikan yang luar biasa.

Aku ingat betul, ada satu kalimat dalam hadits arbain yang membuatku penasaran semenjak SMA. Ya, penasaran. Atau takut lebih tepatnya. Dulu, aku mendengarnya pertama, saat pembahasan mengenai akhir hidup manusia, bersama teman-teman di lingkaran.

Adalah hadits ke empat dalam kitab hadits arba'in yang ditulis Imam An Nawawi, yang membuatku sangat takut. Bahwa kita, oleh Allah, sudah ditetapkan empat perkara; rezekinya, ajalnya, amalnya, dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Ada orang yang melakukan perbuatan ahli surga, hingga jaraknya dengan surga tinggal sehasta, namun telah ditetapkan baginya sehingga di akhir hidupnya, dia melakukan perbuatan ahli neraka, maka masuk nerakalah ia. Sebaliknya, ada yang melakukan perbuatan shli neraka, hingga jaraknya dengan neraka tinggal sehasta, namun diakhir hidupnya ada ketentuan sehingga ia lakukan perbuatan ahli surga. Maka masuk surgalah ia. Kami sungguh takut, masuk golongan manakah? Lalu jika surga dan neraka sudah ditetapkan bahkan jauh sebelum hari ini; lalu? Lalu amal kami.. lalu? Kami menangis, terbata-bata.

Ialah majelis ilmu, tempat wisatanya hati. Di sana kami bertemu para abdi Allah yang menempa diri dengan ilmu. Kepada merekalah kami bertanya. "Nak, seseorang akan dimudahkan Allah sesuai dengan takdirnya." Ustadz lembut menjawab. "Maksudnya, jika memang ia Allah takdirkan baik dan masuk syurgaNya, Allah akan mudahkan ia melakukan perbuatan ahli syurga. Begitu sebaliknya." Jika hari ini kau temukan dirimu dalam kebaikan, pegang eratlah! Tsummastaqim, beristiqomahlah. "Dan, Nak, sesungguhnya kita masuk syurga bukan karena amal-amal kita.. itu karena rahmatNya.."


"Pun mengapa kita harus terus beramal baik, itu semua untuk menjemput cintaNya..", "bahwa kita adalah hamba yang harus terus menerus bersyukur atas nikmat yang diberikannya, untuk membuat kita 'pantas' disebut hamba.."

Komentar