[Jangan Sampai Kehilangan Kebahagiaan]

  • Adalah tanggungjawab yang besar; sesuatu yang terkadang membuat kita tak menikmati hidup ini. Jikapun terlihat menikmati, sesungguhnya itu adalah upaya mengelabui diri. Kita sibuk dengan bermacam pikiran; tersebab ada sesuatu yang 'besar' menggelayut dalam diri. Tanpa sadar, lantas kita berubah menjadi bukan diri kita sendiri. Entah orang lain, entah orang yang kita kagumi, atau bahkan sesosok karakter yang kita sendiri tak mengenali.
  • Padahal para Nabi, tak mengajarkan seperti itu. Sama sekali. Adalah Rasulullah, sesosok yang kita sama sama yakini; tak ada amanah besar yang melebihi tanggungjawab yang terbeban di pundak beliau! Menyendiri di Goa Hira, memikirkan kaumnya yang dari hari ke hari makin menjadi. Ditemui Jibril diajari membaca kalam Illahi, pulang menggigil dengan sebuah amanah menggelayuti diri. Beruntung, ada bunda Khadijah yang mengerti. Tak banyak tanya langsung menyelimuti. "Engkau adalah orang yang baik, yang menyambung silaturahmi. Tak mungkin kedzaliman datang menyertai."
  • Adalah Rasulullah, Muhammad SAW, sebenar benar teladan dalam hidup ini. Amanah besar teremban, tapi peran-peran lain beliau tangani dengan baik sekali. Suami yang baik, Ayah yang menginspirasi, bahkan pedagang yang baik hati. Semua dilakoni dengan senang hati, sebab ada keyakinan dalam diri. Di masjid beliau Imam, di medan perang menjadi komandan, di rumah menjahit baju sendiri. Masih sempat bercanda dengan keluarga dan para sahabat. Padahal amanah besar menanti, kerabatnya memusuhi, dan banyak kedzaliman bak peluru yang membombardir diri. Adakah beliau kehilangan kebahagiaan? Tidak.
  • Sudahkah kita menerima dengan sepenuh bahagia, atas gelar khalifah fil ardh ini? Sebuah amanah besar yang kita sama sama yakini, pasti bisa dijalani. Berbahagialah atas segala peran yang teramanahkan pada diri. Memang kita bukan yang terbaik, namun Allah titipkan semua ini untuk menguji. Kita memang bukanlah yang paling 'wah' sehingga terlihat lebih dibanding yang lain, namun Allah beri semua ini untuk menyapa hati; hai kau, masih teguhkah di jalan ini? Kita, hanyalah hamba, yang Allah uji.
  • Maka, jangan sampai kehilangan bahagia. Begitu pesan seorang gurunda. Atas amanah amanah yang sudah terlanjur terbeban dalam diri, jangan biarkan hangus dan sia sia hanya karena ketidak ikhlasan kita. Jangan sampai ia menjadi debu yang berterbangan, hanya karena ketidakbahagiaan kita. Hei, bukankah ini semua datang karena persetujuan dari diri? Sebagai seorang ksatria, bukankah tidak ada pilihan selain menerima dan menjalani peran sebaik-baiknya? Tegaklah. Jangan berhenti. Pandang ini semua sebagai lahan amal yang jika kita mampu menghadapi, ada gelimang pahala yang menanti. Hei, kamu. Jangan kehilangan bahagia walau hanya sedetik mata. Aku juga sedang belajar, belajar untuk bahagia menjalani semuanya. Kamu, jangan takut. Aku doakan dari sini. Selalu. :)
  • rizkiagengmardikawatiPic : Karena niat, harus diperbarui setiap hari. Bahkan setiap detik. Setiap kita sadar bahwa niat telah melenceng dari tracknya, bersegeralah untuk kembali. Cepat cepat. Jangan mau kalah dengan detak jam yang tak berhenti. Ayo, luruskan niat kembali. Tidak besok-besok, tidak nanti-nanti. Sekarang, ayo luruskan kembali.

Komentar