Bunda

O.. bunda ... (pixabay)



Saya adalah anak rantau sejak SMA kelas X. Nggak jauh-jauh amat, sih. Tapi tetap anak rantau namanya.

Jauh dari orangtua membuat saya menganggap bahwa ada amanah besar yang dititipkan mereka pada saya, yakni menjaga diri saya sendiri. Memastikan saya baik-baik saja saat jauh dari keduanya.

Pernah, suatu waktu saya mengatakan ingin kuliah di kota A atau B, yang jika menurut peta Indonesia, lebih jauh jaraknya dari kota C tempat saya menimba ilmu sekarang, jika ditarik garis dari rumah. Apa yang dikatakan Ibu saya?
"Kalau kamu sakit gimana? Nanti Ibu lama kesananya. Kuliah di kota C saja."

Rasa khawatir seorang Ibu memang tak pernah bisa digambarkan dengan kata-kata.

Benar. Waktu suhu tubuh saya 42 derajat pra UN SMA, tergopoh datang seorang wanita yang tak bisa menyembunyikan tangis di matanya. Saya dibawa ke rumah sakit dan beliau menjaga saya pagi dan malam; meninggalkan pekerjaan kantornya.

Saat kakak sakit pun, sama. Ibu menangis saat travel yang memang mendadak dipesan memang hanya kosong 1 untuk Bapak.
"Anak saya sakit, pak. Bawa saya ke Jogja sekarang. Sekarang."

Saya tahu betul, rasa khawatir beliau memang terkadang berlebihan. Namun memang begitu benar adanya.

Maka, tumbuhlah saya menjadi seorang yang berusaha tampil "baik-baik saja" jika di hadapannya. Kuat, ceria, bahagia. Seakan tak pernah ada masalah menimpa.

Saat sakitpun; saya akan bilang sehat padanya.
Uang menipis; saya akan bilang masih banyak padanya.
Ada masalah; saya akan bilang bahwa saya baik-baik saja.

Saya tak mau membuatnya khawatir dan menangis (lagi) untuk kesekian kalinya.

Namun tadi malam saya gagal. Tak sengaja, saya mengeluhkan suatu hal pada beliau.

Hal Kecil yang sebenarnya tak perlu dikeluhkan itu; terlanjur diketahuinya. Dan saya menyesal mengapa harus menceritakan keluhan saya itu.

Saya gagal. Saya membuatnya khawatir lagi.

Sore tadi; beliau mengirimkan pesan singkat yang membuat hati ini bergetar. Pesan yang menyiratkan bahwa;

"Ibu memang khawatir padamu, Nak. Namun Ibu percaya, kamu adalah anak Ibu yang kuat seperti biasanya. Ibu percaya kamu mampu melewatinya...."

Terimakasih, Bu..
Terimakasih atas kepercayaanmu :')

Asykar, 18 Agustus 2016, 20.20,
Anak Ibu yang manja.

Aku akan segera menyelesaikannya, Bu. Doakan aku...
 
 
 

Komentar