Kau (benar-benar) datang? (Tulisan 6 - sementara selesai)


dokumentasi pribadi: ini adik kecilku, namanya Jabar ^^


Sudah sekian jam, jika prediksiku benar; maka lima menit lagi kau akan sampai di depan pagar. Tentu saja jika kau tidak nyasar dan tidak mabok darat seperti yang aku sangsikan.

 Drmmmmm…. 

Hei, tunggu; itu suara mobil?

Lamat-lamat kudengarkan dengan seksama suaranya semakin mendekat dan parkir di depan pagar putih milik tetanggaku. Lalu terdengar sedikit berisik: suara pria setengah baya yang berdehem, suara wanita yang sepertinya tak lagi muda, dan suara dua orang dewasa sedang bercakap.

Kau membawa mereka turut serta?

Kukira kau hanya berdua dengan kakak kesayanganmu itu, menaiki bukit dan menuruni lembah dengan motor yang menjadi kendaraan jihadmu. Kini, mereka semua kau ajak bertandang ke rumah ini?

Semakin langkah dan suara-suara itu mendekat, aku mendengar suara Bapak di ruang shalat juga semakin keras membaca Al-Qur’an. Bibirnya basah bakda dzikir panjang. Beliau sedikit gemetaran namun tetap berusaha tenang. Yaa Rahman…

Sementara Ibuku; makin cekatan menata piring dan gelas. Berdenting, sedikit nyaring. Membiarkanku yang diam termangu, menatapnya saja tanpa bergerak membantunya. Aku terlalu kelu, tak mampu.

Jantungku seakan berhenti berdetak saat suara langkah kaki itu terasa tepat di depan pintu.

Tingtong, bel depan pintu dibunyikan; disusul suaramu yang dengan hati-hati melafalkan,

“Assalamu’alaykum….”

Lalu, Bapak bangkit, tergopoh membukakan pintu. Dengan selapangdada mengumpulkan segenap ketegaran.

Ini rumahku. Dan itu bapakku. Baik-baiklah padanya, sebab hingga detik ini ia adalah pria yang paling kucinta.

Selesai.
Oleh: Rizki Ageng Mardikawati / MJ/ FLP 15

*Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh dan cerita, itu adalah unsur ketaksengajaan semata ^^v

Komentar