Aku Selalu Suka Hujan (Tulisan 3)

dokumentasi pribadi



Tetiba hujan turun dengan deras. Apa kabarmu? Sudah sampai mana? 

Oh tidak. Aku tak perlu mencipta khawatir. Aku sudah menyerahkan sepenuhnya pada Allah; ialah yang akan menjagamu lebih dari apapun. Maka aku tak perlu khawatir lagi.

Dulu, saat aku masih kecil; rumahku sering bocor di sana sini. Bapak meletakkan ember-ember kecil yang biasa dipakai mencuci baju setiap pagi di sudut-sudutnya. Meski dingin dan menakutkan dengan munculnya kilat serta terdengarnya petir di sekeliling, momen hujan adalah yang paling aku sukai. 

Kau tahu kenapa?

Ya, mungkin orang-orang membenci turunnya. Sebab karenanya, pakaian mereka akan basah dan kerepotan saat berangkat sekolah dan bekerja. .Jemuran yang sudah susah payah dikeluarkan, dengan berat hati dibawa masuk rumah kembali. Orang-orang akan menahan dirinya untuk bepergian saat ia tiba. Semua merutuk menyesalkan mengapa ia datang secepat itu, Namun tidak dengan aku.

Aku suka saat hujan turun; karena hujan adalah salah satu cara mengumpulkan kami sekeluarga di rumah. Kami –aku, kakak, Bapak, Ibu, Almarhumah Nenek- (saat itu adik belum lahir), akan berkumpul dalam satu ruangan dan bercengkerama bersama. Tak lama, datanglah wangi teh hangat dan semerbak harum pisang goreng melingkupi ruangan itu, dan mungkin menelusup ke hati-hati kami. Saat itu memang kami masih serba kekurangan, namun aku tak pernah merasakan hal itu; sebab kehangatan keluarga adalah kekayaan yang sesungguhnya. Hal yang jarang dimiliki oleh mereka yang memiliki pangkat tinggi dan milyaran uang sekalipun. Kehangatan itu; hanya bisa dicipta oleh mereka yang percaya. Bahwa rumah adalah tempat kembali lebih dari apapun. Di sana ada cinta, di sana ada sayang, di sana ada kepercayaan. Di sana ada kehangatan. Di sana ada rasa saling mendukung dan menguatkan.

Maka aku sering berkata pada hujan.

Jika memang sudah waktumu turun, turun sajalah. Tak usah ragu. Abaikan kami yang terkadang sinis padamu. Itu titah Tuhan, kan? Turunlah semaumu. Basahi daerah mana saja yang engkau suka; tanpa peduli kami menyukainya atau tidak. Turun saja, lakukan tugasmu. Pasti ada orang-orang yang merindu hadirmu –mungkin termasuk aku. Turun saja, jangan malu-malu begitu.

Aku selalu suka hujan, sebab saat turunnya adalah bersamaan dengan turunnya rahmat yang Allah curahkan. Kita bisa berdoa tentang apa saja; sebanyak apapun yang kita mau. Yakinlah, Allah akan mendengar dan mengabulkannya. Aku menyebutnya hujan do’a. Oh iya, itu judul buku yang ingin kuterbitkan suatu saat nanti. Jika tidak sendiri, mungkin bersama denganmu.

Tunggu dulu. Denganmu?

***

Komentar