dokumentasi pribadi |
Tetiba
hujan turun dengan deras. Apa kabarmu? Sudah sampai mana?
Oh
tidak. Aku tak perlu mencipta khawatir. Aku sudah menyerahkan sepenuhnya pada
Allah; ialah yang akan menjagamu lebih dari apapun. Maka aku tak perlu khawatir
lagi.
Dulu,
saat aku masih kecil; rumahku sering bocor di sana sini. Bapak meletakkan
ember-ember kecil yang biasa dipakai mencuci baju setiap pagi di
sudut-sudutnya. Meski dingin dan menakutkan dengan munculnya kilat serta
terdengarnya petir di sekeliling, momen hujan adalah yang paling aku sukai.
Kau
tahu kenapa?
Ya,
mungkin orang-orang membenci turunnya. Sebab karenanya, pakaian mereka akan
basah dan kerepotan saat berangkat sekolah dan bekerja. .Jemuran yang sudah
susah payah dikeluarkan, dengan berat hati dibawa masuk rumah kembali.
Orang-orang akan menahan dirinya untuk bepergian saat ia tiba. Semua merutuk
menyesalkan mengapa ia datang secepat itu, Namun tidak dengan aku.
Aku
suka saat hujan turun; karena hujan adalah salah satu cara mengumpulkan kami
sekeluarga di rumah. Kami –aku, kakak, Bapak, Ibu, Almarhumah Nenek- (saat itu
adik belum lahir), akan berkumpul dalam satu ruangan dan bercengkerama bersama.
Tak lama, datanglah wangi teh hangat dan semerbak harum pisang goreng
melingkupi ruangan itu, dan mungkin menelusup ke hati-hati kami. Saat itu
memang kami masih serba kekurangan, namun aku tak pernah merasakan hal itu;
sebab kehangatan keluarga adalah kekayaan yang sesungguhnya. Hal yang jarang
dimiliki oleh mereka yang memiliki pangkat tinggi dan milyaran uang sekalipun.
Kehangatan itu; hanya bisa dicipta oleh mereka yang percaya. Bahwa rumah adalah
tempat kembali lebih dari apapun. Di sana ada cinta, di sana ada sayang, di
sana ada kepercayaan. Di sana ada kehangatan. Di sana ada rasa saling mendukung
dan menguatkan.
Maka
aku sering berkata pada hujan.
Jika
memang sudah waktumu turun, turun sajalah. Tak usah ragu. Abaikan kami yang
terkadang sinis padamu. Itu titah Tuhan, kan? Turunlah semaumu. Basahi daerah
mana saja yang engkau suka; tanpa peduli kami menyukainya atau tidak. Turun
saja, lakukan tugasmu. Pasti ada orang-orang yang merindu hadirmu –mungkin
termasuk aku. Turun saja, jangan malu-malu begitu.
Aku
selalu suka hujan, sebab saat turunnya adalah bersamaan dengan turunnya rahmat
yang Allah curahkan. Kita bisa berdoa tentang apa saja; sebanyak apapun yang
kita mau. Yakinlah, Allah akan mendengar dan mengabulkannya. Aku menyebutnya
hujan do’a. Oh iya, itu judul buku yang ingin kuterbitkan suatu saat nanti.
Jika tidak sendiri, mungkin bersama denganmu.
Tunggu
dulu. Denganmu?
***
Komentar
Posting Komentar
Bismillah..
Sahabat, mohon komentarnya ya..
-demi perbaikan ke depan-