Writing Something

pixabay.com makasih gratisannyaa :')
Emang ya, hidayah itu bisa dateng dari mana aja dan dari apaaa saja.

Kita mungkin nggak menyadari, bahwa tegak dan kuatnya kita hari ini adalah akibat hidayah-hidayah kecil  dan besar yang Allah berikan lewat peristiwa-peristiwa yang kita alami. Atau, karena ketemunya kita dengan orang satu dan lainnya, baca tulisan apa, hingga apa saja akan bisa menjadi sebab hidayah datang memenuhi rongga dada kita.

Hidayah itulah, yang lalu mengetuk pintu hati dan kesadaran kita. Pas kita mulai berbuat salah, kita berhenti terus ngaca: Ya Allah, aku udah jalan sejauh ini. Ngapain aja? Terus berakhir pada kita nangis sejadi-jadinya gara-gara ngerasa hina banget di hadapan Allah. :'(

Hidayah itu pula, yang lalu menyadarkan kita kala kita mulai angkuh dan sombong. Atau, mulai acuh dan tak peduli. Hidayah itu datang dari berbagai macam sumber, dan bisa jadi hidayah itu datang dari kamu yang lagi baca tulisan ini. Iya kamu. (Udah jangan mulai ih, Ki!)

Malem ini, ngerasa dapet hidayah eh tepatnya pencerahan, pas mbuka2 akun google plus. Terus disana aku nemu google plusku dipenuhi oleh tulisan adek di suatu organisasi yang jarang kukunjungi karena kesoksibukanku ini :( (Inget, kesoksibukan, bukan karena beneran sibuk). Betewe soal google plus, aku pernah ditegur seorang temen ikhwan gegara profile picture nya pake wajahku yang lagi ketawa unyu. Heu, udah berapa kali ditegur, Ki? :( Seneng sih ditegur, masih ada yang ngingetin. Tapi kenapa harus ikhwan yang ngingetin? Mendadak merasa hina lagi dan pengen nangis guling guling, mbenemin muka ke bantal dan nggak muncul lagi :( Eh, udah-udah. Malah nyeritain soal ini haha. XD

Betewe betewe, balik ke topik awal ya.

Iya, jadi, aku nemu tulisan seorang adek yang memenuhi beranda google plusku yang jarang dibuka itu (mainan IG sama fesbuk mulu sih ki -_-). Meskipun aku sudah beberapa kali berkunjung ke blognya, namun malam ini rasanya aku tersentak banget sama judul dan deskripsi blognya; berasa menohok-nohok dan menonjok-nonjok hatiku yang kayanya emang lagi perlu disiram ini. Kalian tau apa tulisannya?

Yes. Writing something. Terus deskripsi dibawahnya adalah: Writing, like no one's watching.

Iya, nulis aja. Nulis, kayak nggak ada yang ngeliatin.
Nulis, kayak kamu lagi ngomong sama diri sendiri.
Bebas, nggak ditutup-tutupin.
Nggak pura-pura.

Bertahun-tahun berkelana menjadi anak media, yang kadang kudu nulis formal dan tulisannya kesebar ke berbagai linimasa, kadang membuat aku merasa ada sesuatu yang hilang dalam tulisanku: kejujuran yang sejujur-jujurnya.

Karena dilihat orang dan harus ditinjau ulang berkali-kali itu, aku terbatas hanya menyampaikan apa yang memang harus kusampaikan -namun tak semuanya. Kadang harus ada yang ditutupi karena jika ikut diumbar itu tak baik.

Hehe. Diluar konteks itu, kadang nulis buat diri sendiri pun nggak jujur. Kebawa-kebawa pas harus nulis buat dilihat ribuan mata memandang. Jadi penulis itu berat, ya ternyata. Berat karena setiap isi tulisannya harus bernas dan nggak sembarang. Berat karena nantinya itu bakal jadi pahala jariyah jika membawa orang ke dalam kebaikan dan bisa jadi dosa jariyah saat membawa ke sebaliknya. Kan deg-degan to :(

Iya. Di luar itu, kadang kita jadi takut untuk jujur pada diri sendiri; apalagi soal perasaan. Jangan-jangan ini tulisan nanti dibaca orang, dan dampaknya nggak bagus. Makanya, aku berani jamin; bahwa orang-orang yang suka nulis dan tulisannya kece dibaca banyak orang itu; pasti punya 2 media buat nulis minimal. Satu dipublish, dan satunya disimpen di file word terus dimasukin ke folder yang didalemnya ada folder dan folder lagi. Eaaa. Kayak dokumen aminah aja XD Soalnya, yang didalem folder itu adalah apa yang dinamain rahasia alias privasi bagi si penulis yang dia nggak pengen orang lain tau tentang dia. Hayo, kamu yang lagi baca; punya yang semacem itu nggak? Ngaku ajaa deh, hehe.

But. Tulisan Writing, like no one's watching terdengar begitu jernih dan menjernihkan, kayak air galon MQ *apasih kii. Ya, jadi inget aja jaman SMA nulis blog tulisannya masyaAllah masih alay. Bayangpun, lagi marahan sama temen, ditulis. Lagi jatuh cinta, ditulis. Kagak ada filternya sama sekali. Tapi justru disitu kita jadi menginsyafi, bahwa sekeren apapun kita hari ini, kita pernah melewati fase-fase berat itu. Hyaa... sekarang emang lagi nggak berat? Enggak. Kan cuma proposal tesis :p Ya, intinya dibalik tulisan-tulisan alay itu; seringkali kita temukan hal yang jarang kita dapatkan hari ini. You know what? Yes, honesty. Kejujuran.

Ngapain sih, nulis aja pakai ditutup-tutupin?
Padahal nulis itu adalah soal kejujuran, dan kita lagi bercermin banget saat nulis.
Woi, beneran nggak yang kamu tulisin? Udah ngelakuin belum?

Gitu.

Makanya, tiap orang pasti punya media nulis. Mau ditampilin ataupun nggak. Soalnya itu kebutuhan banget. Bisa gila seseorang kalau nggak punya tempat buat mencurahkan segala resah dan perasaan. Tentu saja after Allah yaa..

Galaunya para ulama itu ngapan? Nulis kitab! kita? scroll sosmed dan paling banter nulis status. Deu, merasa hina lagi. T.T

Udah ah. Kepanjangan. Hem, besok-besok nulis yang jujur ya, tapi jujur yang baik. Kalo jujur nyinggung perasaan teman yang tak bersalah itu juga nggak baik. Jujurlah yang bisa membawamu ke surga :')

Udahan ya, gagal fokus nih gara-gara ngechat mba Muji, bilang "Mbaa..uki sayang mba muji karena Allah," terus mba Mujinya ngga percaya. Kan gue patah hati :( Tapi bercanda, ehehe...

Betewe betewe, tadi ituh mau nulis PRnya mba muji yang judulnya *Rumah* tapi malah nulis ini dan sudah terlampau malam. Haha. Nulisnya besok aja lah ya, hihi. Betewe-betewe lagi, jadi inget para PH MJ yang sudah sangat kece badai 2 tahun terakhir ini, dan nggak nyangka bahwa masa bakti kita tinggal 3 bulan lagi dan aku baru menyadari bahwa belum melakukan apapun yang maksimal untuk FLP dan MJ ku yang tercinta itu. Ya Allah maafkan hambaMu lagi ini :(

Buat Mba Muji, Fitri, Tyani, Mas Solli, Nadiyah (dulu ada mba Rima sama mas Mpick), Mas Ejak (yg udah gajadi kadep MJ :( , Mba Alfi, Mas Agus, Mba Lyn, Ammah Yola, anak2 MJ: mba dwis, alya, hanif, titin, upi. Maafkan Uki yaa... :( "Apa perlu ada alarm perpisahan terlebih dahulu untuk menumbuhkan rasa memiliki akan keluarga ini?"

Jadi keinget di keluarga-keluarga sebelumnya -yang memang mengharu biru di akhirnya, terus kita tereak, "Kenapa sih cinta selalu datang terlambat? :(" dan "Kalo udah nyaman, dan bisa yakin tumbuh dan menumbuhkan, kenapa sih selalu dipersilakan untuk pergi dan membangun imperium di tempat asing dari nol lagi?"

Ya, itu cara Allah buat kamu bisa tumbuh ki. Biar cinta yang udah kamu dapatkan dari satu rumah bisa kamu kasihin ke rumah lainnya yang masih suram. -di matamu. *Nguayaaa tenan iki bocah.

Ya Allah, kasih kesempatan biar bisa selalu on dan berakhir khusnul khatimah :")

"Ya muqalibbal quluub, tsabit qalbi ala dinnik, wa ala thoatik.."

Special thanks:
Fitri Hasanah Amhar- mbak (merasa) dapet inspirasi dan hidayah setelah baca judul dan deskripsi blognya Fitri nih. Baarokalloh ya ujian dan persiapan yudisium-wisudanya :-*
Rohmah Nurhuda- tadi kepo tumblr mu, terus ada musiknya bang Azhar, itu musik muter terus sepanjang nulis ini wkwkw. Kok kepo mba? Kangen sama kamuu :P
Mba Jia Mujia- yang aku nggajadi nulis soal rumah malem ini. Maafkeun adekmu yang nakal ini ya mbaa :-*


Pacitan, 27 Januari 2017
00.15 (selesenya jam segituuu... hihi)
Penuh Cinta,
(cuma) seorang uki.

Tuhanlah yang Maha Romantis,
Tuliskah kisah fantastis,
Pertemukan kita, lalu- 
Bersemilah Cinta...
-Azhar Nurun Ala

Komentar