Menjaga niat





Kau tau?
Hal yang paling berat di dunia ini; selain menjaga amanah adalah menjaga niat.

Ya. Menjaga niat.

Terkadang, ia kokoh di awal. Namun dalam perjalanannya, akan ada banyak sekali godaan-godaan yang membuatnya tak lagi tegak. Lalu ia koyak. Ia jatuh. Ia goyah.

Padahal, sandaran dari semua amal adalah niat. Niat itu pulalah yang akan mengantarkan pemiliknya menuju kesudahan; baik ataupun buruk. Bukankah amat merugi, manusia yang kokoh niatnya lantas menjadi goyah dan ambruk di penghujungnya? Itu sama sekali tidak kita inginkan.


Itulah mengapa, kita diminta untuk memperbarui niat di setiap harinya.
Oh, bukan.
Bahkan tidak hanya setiap hari, kita harus selalu memperbarui niat itu setiap jam, menit, hingga detiknya. Detik saat kita tersadar kita telah sedikit melenceng atau salah niat.

Menjadi peka saat niat mulai melenceng tentu tak hanya sekejapan mata. Ia perlu dilatih setiap hari dengan latihan-latihan yang keras. Latihan-latihan yang kelak akan menjadi alarm berguna yang akan selalu mengingatkan kita untuk peka.

Peka saat mulai merasa salah.
Peka saat mulai melenceng niatnya.
Peka saat kebaikan seringkali terkalahkan oleh niat yang tak pada tempatnya.

Aduhai,
Sungguh dunia ini penuh dengan keindahan,
Dan tak semua keindahan itu berujung membahagiakan;
ada yang melenakan, ada yang menyesatkan.

Sungguh dunia ini penuh dengan tawaran-tawaran.
Tawaran untuk tetap kokoh, atau tawaran untuk goyah.
Bahkan tawaran untuk patah.

Dunia selalu memberikan pilihan-pilihan.

Sekarang, semuanya kembali pada kita; manakah yang akan kita pilih?

Akankah kita menjadi seorang hamba yang niatnya selalu terjaga karena hanya Allah yang menjadi tumpuan akhirnya -lalu dunia akan mengikutinya-; ataukah menjadi muhajir ummu (saya lupa namanya) yang memang ia mendapatkan dunia dan wanita seperti yang ia niatkan?

Semoga kita termasuk yang kokoh.
Semoga kita termasuk yang tetap tegak.

Aamiin.

Astaghfirullahal'adziim...

Perpustakaan pascasarjana, dalam kunjungan kedua kalinya.
Kamis, 20 Oktober 2016
Rizki Ageng Mardikawati.

Allah. Selalu jaga niat kami. Luruskan niat kami. Pekakan hati kami. Segeralah bimbing kembali ke jalanMu jika niat kami mulai melenceng. Allahu, jangan biarkan kami condong pada kesesatan setelah engkau beri petunjuk kepada kami.

عَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Komentar