 |
| sumber: google.com |
"Ah! Payah. Aku telat lagi.."
Hampir-hampir saja aku menabrak 2 Mahasiswa yang sedang berjalan sambil berdiskusi.
Jangan bayangkan susananya akan berubah macam adegan-adegan di
televisi. Di mana ada seorang mbak-mbak yang buru-buru lalu nabrak
mas-mas. Lalu masing-masing mereka membawa buku dan bukunya berhamburan
di lantai. Lalu mereka saling tersipu dan berkenalan. Jangan pernah
bayangkan itu!
"Woi Mbak! Bisa lihat jalan nggak?!!!"
Pada akhirnya, kalimat itulah yang aku dapatkan.
Aku berucap maaf lalu bergegas meninggalkan mereka tanpa muka berdosa; seperti biasa.
"Gue nggak salah-salah banget keuleus.."
.....
Aha! Sampai..!
Bangunan putih di fakultas ini. Tempatku akan menjalankan yang wajib sehari-hari. Kubasuh anggota badan yang harus dibasuh sesuai yang dicontohkan nabi.
Dengan gontai aku berjalan menuju pintu dan masuk ruangan. Tampak Mahasiswa berbalut kain putih-putih telah usai menunaikan apa yang kesebut kewajiban rutin sehari-hari.
"Tuh, kaaan. Ngga dapet jama'ah lagi.. "
Aku cemberut. Kuambil mukena dari lemari..dan...
...
Datang seorang mahasiswi! Sepertinya ia akan shalat..
Aku memberanikan diri mengajaknya shalat berjamaah.
Kulihat ia prepare sekali. Mukena matching ia bawa di tas; tak sepertiku yang selalu mengandalkan prasangka baik 'pasti ada mukena yang bisa dipinjam'. Dan hei, lihat! Ia juga membawa alas sajadah! Ah. Aku butiran debu!
"Mbak... Jama'ah yuk.."
Aku pedekate. Ia tersenyum mengangguk. Manis sekali.
"Imam ya, Mbak..."
Aku meringis. Memintanya menjadi imam -atas diri yang tidak terlalu _prepare_ ini-
"Saya mualaf, Mbak. Mbaknya aja yang jadi imam."
Ia tersenyum. Aku tercekat. Berjinjit berganti posisi. Pelan-pelan kulantun takbir.
"Allahu Akbar..."
Allah, maafkan hambaMu yang (masih) compang-camping ini.
Yogyakarta, 19/6/16
Rizki Ageng Mardikawati
#14Ramadhan
#Day6
#MenulisBahagia
"Woi Mbak! Bisa lihat jalan nggak?!!!"
Pada akhirnya, kalimat itulah yang aku dapatkan.
Aku berucap maaf lalu bergegas meninggalkan mereka tanpa muka berdosa; seperti biasa.
"Gue nggak salah-salah banget keuleus.."
.....
Aha! Sampai..!
Bangunan putih di fakultas ini. Tempatku akan menjalankan yang wajib sehari-hari. Kubasuh anggota badan yang harus dibasuh sesuai yang dicontohkan nabi.
Dengan gontai aku berjalan menuju pintu dan masuk ruangan. Tampak Mahasiswa berbalut kain putih-putih telah usai menunaikan apa yang kesebut kewajiban rutin sehari-hari.
"Tuh, kaaan. Ngga dapet jama'ah lagi.. "
Aku cemberut. Kuambil mukena dari lemari..dan...
...
Datang seorang mahasiswi! Sepertinya ia akan shalat..
Aku memberanikan diri mengajaknya shalat berjamaah.
Kulihat ia prepare sekali. Mukena matching ia bawa di tas; tak sepertiku yang selalu mengandalkan prasangka baik 'pasti ada mukena yang bisa dipinjam'. Dan hei, lihat! Ia juga membawa alas sajadah! Ah. Aku butiran debu!
"Mbak... Jama'ah yuk.."
Aku pedekate. Ia tersenyum mengangguk. Manis sekali.
"Imam ya, Mbak..."
Aku meringis. Memintanya menjadi imam -atas diri yang tidak terlalu _prepare_ ini-
"Saya mualaf, Mbak. Mbaknya aja yang jadi imam."
Ia tersenyum. Aku tercekat. Berjinjit berganti posisi. Pelan-pelan kulantun takbir.
"Allahu Akbar..."
Allah, maafkan hambaMu yang (masih) compang-camping ini.
Yogyakarta, 19/6/16
Rizki Ageng Mardikawati
#14Ramadhan
#Day6
#MenulisBahagia
Komentar
Posting Komentar
Bismillah..
Sahabat, mohon komentarnya ya..
-demi perbaikan ke depan-