---Menjadi Ibu---

dokumentasi pribadi; KKN Ngelosari 2014
"Capeknyaaaaa...."

Ungkapan dua tahun yang lalu -2014- saat menjalani masa KKN-PPL. Bagaimana tidak; jiwa raga dan hati kami serasa diforsir dalam satu lingkaran putaran waktu. Pagi-pagi betul kami harus bangun, antri mandi; menyiapkan ini-itu. Pukul enam kami harus sudah siap menembus dingin menuju tempat pengabdian: Sekolah tempat PPL. Seharian di sekolah, pukul 14.00 kami pulang. Menuju posko KKN.

Sesampai di posko KKN; Ulala~ Anak-anak itu sudah menanti; minta diajak main.

"Maaas ajari pe er.."

"Mbaaak... aku punya mainan baru.."

Waktu beranjak sore dan proker-proker terus terjalankan. Hingga malam-malam; masih harus rapat dengan para pemuda karangtaruna; hingga salah satu dari kami harus memberanikan bicara,

"Mas, boleh izin dulu? Kami belum bikin RPP.. besok jadwal ngajar e..."

----

Badan serasa remuk redam. Dua bulan terjalani dengan rutinitas seperti itu. Sampai-sampai kita merenung bersama,

"Kok capek banget e.. Besok kalau kita jadi guru mungkin kaya gitu, ya..."

"Ini aja belum punya suami sama anak, ya.. Apalagi kalau udah..."

---

Tak sesederhana itu. Sebab kita belum memiliki suami dan anak. Kami membayangkan; pasti berlipat-lipat capeknya. Ah ya, tak pantas rasanya kami mengeluhkan hal seperti itu.

Lalu kami jadi ingat Ibu. Wanita yang bangun paling awal sebelum semuanya bangun. Menyiapkan ini-itu. Mengerjakan ini-itu. Dan -parahnya- kita seolah-olah sengaja tak mau tahu.

Wanita itu juga orang yang paling akhir tidurnya. Memastikan anak-anaknya lelap dalam ketenangan; barulah bisa sekedar merebah melepas kepenatan.

Ibu tak marah melihat rumah berantakan. Ibu hanya tersenyum saat piring-gelas masih teronggok tak kami cuci seusai makan. Ibu tetap berjalan dengan tegar. Tak seperti kita yang langsung emosi saat melihat tumpukan barang kotor di kontrakan,

"Hayoooo...siapa belum nyuci piringnyaaa..."

"Bu, udah jam 8 loh.. telat ngantor nanti..." Aku menanyakan pada Ibuku yang masih asyik dengan aktivitas dapurnya, -pada suatu hari di hari libur kuiahan-

"Ya gimana, Nduk. Belum selesai e, hehe.."

Padahal Ibu memulai aktivitasnya dari pagi. Pagi-pagi sekali.

---

Maka; para anak perempuan dan lelaki -termasuk aku- cobalah sedikit peka dengan pekerjaan Ibu kita; bantulah ia. Jangan repotkan ia. Senangkan hatinya. Ceriakan harinya. Jangan buat muram wajahnya. Persembahkan mahkota dan jubah kemuliaan suatu hari nanti...

Suatu sore, cobaah sesekali mendekat manja padanya..

"Ini teh buat Ibuu..."

Lalu pijit bahunya! Mulailah bercerita...

Langit Yogyakarta, Atap Masmuja, 29 Juni 2016/25 Ramadhan 1437 H, 01.10
Rizki Ageng Mardikawati
‪#‎MenulisBahagia‬

Komentar