Memilih dengan Ilmu-Nya



Original designed by: @rizkiagengmardikawati

“Ukhti.. . Maafkan ana yang lancang menanyakan ini; apakah anti sudah ada yang mengkhitbah? Jika belum, bolehkah ana bertandang ke rumah anti dan bertemu dengan orangtua anti?”

“Nduk, udah siap nikah? Ini ada proposal masuk ke mbak... Jika sudah siap, mbak minta anti bikin CV segera dan kita lanjutkan dalam proses taaruf.”

“Nduk, teman Bapak punya anak. Anaknya baru lulus kemarin, sama kayak kamu dan sekarang diterima kerja di perusahaan X. Kemarin Bapaknya nanyain kamu; gimana, mau nggak Nduk, Bapak jodohin?

Ukhti A lemas menerima 3 pesan beruntun yang masuk dalam ponselnya. Dari rekannya di dakwah kampus, murabbiyah, dan Bapak yang sangat dicintainya, lepas maghrib itu; bagaimana ia akan memilih?

***

                Didalam memilih pasangan yang akan mendampingi kita di dunia akhirat (atau apapun yang menuntut kita untuk memilih dan ada konsekuensi besar atasnya: memilih pekerjaan, lanjut kuliah S2 atau tidak, menikah, dan lain sebagainya), libatkanlah Allah SWT dan orang-orang saleh disekitar kita. Nabi SAW bersabda, “Tidak akan kecewa dan menyesal orang yang beristikharah, dan tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah.” Karenanya, di setiap peristiwa besar yang ada di hadapan kita, kita dianjurkan untuk melaksanakan shalat istikharah dua rekaat.


Kondisi ini menunjukkan bahwa kita berada pada kondisi pasrah dan berserah atas pilihan-pilihan pada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan ilmu-Nya, bukan dengan ilmu kita. Sebab Allah yang paling tahu yang dhohir (tampak) dan zhahir (tak tampak) tentang ia. Allah yang tahu ia; melebihi pengetahuan kita tentangnya. Mungkin iya, kita tahu kesehariannya. Mungkin ia yang shaleh, ia yang selalu berbuat kebaikan, ia yang ramah, dan lain sebagainya. Itu ilmu kita. Namun Allah lebih tahu tentang ia, luar dan dalam. Sebab ia adalah hambaNya. Itulah ilmu Allah.

Mengapa selain beristikharah (di mana kita berhadapan face to face dengan Allah), kita diminta untuk bermusyawarah dengan orang-orang saleh? Sebab mereka memiliki bashirah (pandangan) yang kuat. Takutlah kita akan firasat orang mukmin, sebab mereka mampu merasa dan peka terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. Mungkin, dalam konteks ini kita akan berhadapan dengan murabbi (guru ngaji kita), maupun asatid asatidzah yang setiap hari kita menimba ilmu pada mereka. Sebab mereka paling tahu –setelah Allah- tentang baik buruk kita dan mereka memiliki Ilmu atas apa-apa yang kita resahkan itu.

Bagaimana jika kita tidak bisa memilih? Segalanya kita pandang baik. Si A baik, si B baik; lalu manakah yang akan kita terima? Maka,  Imam syafii berkata, “selisilah hawa nafsumu!” Ya, mintalah pada Allah dengan sebenar-benar pinta; bukan mengikuti hawa nafsu kita semata.

Buah dari istikharah bukanlah adanya mimpi, namun kemantapan hati. Ia akan datang dengan sendirinya saat semua ikhtiar telah kita tunaikan; segala doa telah kita panjatkan; dan... pasrah kita pada Allah benar-benar pada puncaknya

Akhwat, hormatilah Ayah dan para wali; sebab kewajiban mereka; bukan hanya menyetujui siapa yang anda pilih, bukan mengiyakan si dia yang sudah anti tambatkan hati kepadanya. Tapi, mereka berhak memilihkan siapa yang pantas dan layak yang akan mendampingi putrinya. Kisah tentang Abu Bakar yang mencarikan suami untuk Hafsah putrinya cukuplah menjadi cermin; ia menawarkan pada Umar dan Utsman. Namun langit menjawab lebih baik; Rasulullah SAW untuknya.

Ada beberapa tips untuk memantapkan hati anda soal memilih pasangan;
Pertama, bagaimana hubungannya dengan Allah,
Kedua, bagaimana sikapnya terhadap Ibundanya,
Ketiga, bagaimana ia bergaul dengan rekan kerja dan teman sebayanya,
Terakhir, bagaimana akhlaqnya dengan anak-anak kecil

Allah tidak ingin memberikan kesempitan dan kesusahan bagi ummatNya. Allah menghendaki kemudahan dan kebahagiaan untuk hambaNya.

Sebagaimana rizki, jodoh adalah misteri. Maka sambutlah ia dengan sepenuh do’a dan pasrah mengharap keberkahan dari Sang Maha Pemberi...

Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Allahumma in kunta ta’lamu annahu syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifnii ‘anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih.

Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku (atau baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya. Kemudian dia menyebut keinginanya” (HR. Ahmad, Al-Bukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan yang lainnya).

                Langit Pacitan, 10 Juli 2018
Tulisan special untuk saudari-saudari muslimah yang amat kucintai karenaNya; semoga jika masa itu benar-benar tiba; kita mampu memilih dengan tenang dan dengan ilmuNya. Jika belum masanya, galaunya disimpen dulu ya... hihi.
Rizki Ageng Mardikawati

Aku memasrahkan padaMu dengan sepenuh pasrah; pilihkanlah yang menurut Engkau paling tepat dan paling baik untuk kami ya Rabb...

Referensi:
Taushiyah Ayahanda Ustadz Salim A Fillah (Memilih dengan ilmu-Nya, Jodoh Dunia Akhirat; Pro U Media Channel)
https://konsultasisyariah.com/8754-tata-cara-shalat-istikharah.html

Komentar