Islam is perfect, but I am not

Teringat kata-kata seorang teman waktu SMA, saya lupa redaksinya, cuma intinya: "Islam terhijab oleh perilaku penganut-penganutnya..."

Sayang, sungguh Islam itu indah. Ia adalah agama terakhir, penyempurna dari masa ke masa. Ia bukan hanya diturunkan pada satu kaum tertentu; ia diturunkan untuk seluruh umat manusia
Ya, se-lu-ruh-nya.

Pembawa risalahnya pun bukan sembarang orang. Seorang maksum, yang ummi. Muhammad namanya. Al-Qur'an adalah akhlaqnya.

Duhai. Perdamaian adalah pesan yang dibawanya. Makin kita mau mengenalnya, kita akan semakin cinta.

Duhai. Karenanya berbagai peristiwa membuat kami makin menginsyafi, bahwa ada salah persepsi di dunia ini. Ada banyak yang berbicara, namun sedikit sekali yang menggunakan hatinya. Apalagi media-media. Sekarang saya tanya, adakah yang 100% bisa kita yakini keshahihan beritanya?

Pernah saya berdiskusi dengan teman SMA juga, tentang jilbab contohnya. Ara yang enggan mengenakan, karena merasa belum pantas

"Kalau ujian.. Aku masih nyontekan.. Gimana coba. Masak perempuam berjilbab masih nyontekan?"

Terisak, ia menerangkan.

Tidak. Kami sama-sama menggeleng waktu itu;

Justru jilbab adalah penyelamat! Ia pelindung! Saat ia telah kita kenakan, ada konsekuensi besar yang harus kita jalankan.

Dengan jilbab, kita lebih mudah menjaga diri. Kita lebih mudah menjaga hati. Juga, berbagai macam bentuk perilaku jahili.

Duhai. Adapun jika kita masih saja melakukan kesalahan; jangan salahkan jilbab kami. Salahkan saja kami.

Pun dengan Islam. Berbagai macam pemberitaan tentang ini itu, -terlepas benar atau tidak, terlepas dari konspirasi atau politik- membuat publik makin phobia dengan Islam.

Rohis Teroris, dsb..

Orangtua melarang anaknya ikut rohis,
Mahasiswa takut ikut lingkaran pekanan dan kajian
Jilbab lebar dianggap ekstrimis...

Duhai. Manusia memang tak ada yang sempurna. Salah selalu saja melekat dalam langkahnya.

Ya, aku adalah seorang muslim. Islam adalah agama yang sempurna. Jika saya salah, jangan salahkan Islam. Salahkan saya.

Rumah cahaya: menjelang senja, 15 Agustus 2015
Rizki Ageng Mardikawati

Gambar: taken from Muslim Designer Community (Noer Malaky)

Komentar