Menanti Tulisanmu

Sumber: dokumen pribadi
Aku selalu menanti tulisanmu. Karena darimana lagi aku bisa tahu tentang apa yang sedang kamu pikirkan bila tidak dari sana. Kita tidak pernah bercakap-cakap tentang sesuatu yang dalam, hanya sebuah sapaan. Aku selalu menunggu tulisanmu. Karena darimana lagi aku bisa tahu tentang jalan pikiranmu, tentang masalah yang sedang kamu hadapi, atau tentang perasaan yang sedang kamu rasakan. Meski tulisan itu tidak sepenuhnya mewakili perasaan, setidaknya aku tahu perasaanmu masih hidup untuk nantinya aku cintai. Itu pun bila kamu mengijinkan.

Aku selalu membaca tulisanmu. Dari halaman satu hingga halaman yang aku yakin akan terus bertambah. Karena darimana lagi aku bisa mengenalmu dengan leluasa bila tidak dari sana. Aku bahkan tidak kuasa menyebut namamu di hadapan temanmu. Aku harus menunggu sepi atau malam hari untuk bisa leluasa memandang layar dan membaca berulang-ulang setiap kata yang lahir dari pikiran dan hatimu.
Aku menyukai cara jatuh cinta seperti ini. Tidak kamu tahu dan aku pun tidak harus repot-repot bertanya kesana kemari tentangmu hari ini. Teruslah menulis, karena suatu hari salah satu tulisanmu akan kuwujudkan. Tentang resahmu menunggu seseorang yang tak kamu tahu siapa, tapi kamu percaya pasti datang. Aku pasti datang.

----masgun

Hei kak, aku baru saja menangis membaca ulang tulisan yang diam-diam kau post di tumblr beberapa waktu yang lalu, saat usiaku tepat bertambah satu. Tulisan yang berhasil membuatku, yang saat itu sedang melewati masa-masa berat KKN PPL di ujung gunung; diam-diam mengusap mata. Lalu menderas tanpa seorang pun yang tahu.

Hei, Kak. Sama sepertimu, tahukan engkau? Aku juga menyesal, dulu tak selalu menemani malam-malam panjangmu. Kau sering menghabiskan malam sendirian, dan membiarku tertidur begitu saja di sampingmu. Malam-malam, yang bisa jadi adalah tempat merenungmu dan jawaban atas pertanyaan dari keresahan-keresahanmu. Waktu dimana kau bebas bercakap dengan imajimu, mengobati seharian penuh yang kau habiskan bersama orang-orang: memperjuangkan suatu urusan. Berdiskusi panjang, berlama-lama berlelah di hadapan layar, mencermati demi satu nama-nama. Hingga kau kelelahan, dan saat senja tiba kau pulang dengan muka lesu; kelelahan menatap data data, namun tak lupa kau bersujud pada Tuhan. Menghabiskan malam, menulis, terisak saat membaca kalimatNya; meneguhkan diri bahwa janjiNya adalah nyata.

Kini, aku merasakan apa yang kau rasakan.

Ah tidak. Aku; tak ada apa-apanya dibanding dirimu.

Kau, masih setegar karang, kan?
Kau, masih mencintai jatuh karena ia adalah seni perhatianNya, kan?
Kau, masih dewasa dan paling depan saat cobaan menhadang, kan?

Mana tulisanmu; darimana aku tahu keadaan dirimu jika tidak lewat tulisan?

Maka, maafkan aku jika aku sering mengabaikan pesan-pesan singkatmu.
Jangan salahkan aku.
Sebab banyak yang ingin kuceritakan.

Maka, jangan salahkan aku jika sering menge-chatmu hanya dengan panggilan,
Lalu tak melanjutkan.
Sebab terlalu banyak yang ingin kutumpahkan.

Ah, kak. Semoga Allah menjagamu, juga menjagaku.

Adikmu, yang sedang merindu.

Komentar