Lelaki sejuta apresiasi




Ia, tak banyak bicara.

Hanya saja, saat aku dan saudara-saudaraku; juga orang-orang di sekitarnya melakukan suatu pencapaian kecil, ia selalu mengapresiasi penuh cinta.
Padahal, pencapaian itu begitu kecil; hingga kami sendiri -yang melakoni- tak menyadari dan menganggap bahwa itu adalah sebuah pencapaian.


"Wah.. hebat sekali; besok pasti bisa lebih baik lagi."
"Wah...bagus gambarnya,,"
"Sudah 55%, ayo sedikit lagi..."


Ia, tak banyak berkomentar.
Hanya saja, setiap kali aku dan saudara-saudaraku; juga orang-orang disekitarnya mengalami keterpurukan; ia selalu menjadi yang moderat dalam menanggapi peristiwa dan suasana.

"Nggak apa-apa.. memang seperti itu."
"Ah, ini kan hanya masalah kecil. Nggak papa..."


Ia, hampir-hampir tak pernah menyalahkan.

Setiap kali aku dan saudara-saudaraku; juga orang-orang disekitarnya melakukan suatu kesalahan, ia menegur dengan penuh pesona. Tak ada satu kata pun yang menyudutkan hingga kami sendiri tak sadar sedang ditegur.


"Besok lebih pagi, ya. Kasihan kalau pak sopir travelnya menunggu; pasti beliau juga sedang diburu mengejar waktu. Dan, ada beberapa yang harus ke bandara. Telat 1 menit, tiket hangus, kan?"
"Nggak papa. Anak bapak sudah berusaha. Besok, jangan diulang ya."


Dan semuanya dilakukan dengan senyum.
Aku tersihir dan terpesona; lelaki mana lagi (yang hidup saat ini) yang bisa berlaku seperti Ia?

Bapak, jangan bosan mengingatkan anakmu yang cengeng ini. Kau selalu berkata,

"Besok, mau ingin jadi seperti apa?"


Dan kau tak pernah memaksa. Kau biarkan aku -juga saudara saudaraku- berkelana bersama mimpi; tempuh jalan-jalan yang engkau sukai. Asal benar, asal selamat, bahagia, dan kita bisa berjumpa lagi.

Allahumaghfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shagira..

Komentar