Teman Seperjalanan



Iya. Dulu, aku menyangka bahwa aku bisa berjalan sendirian. Aku begitu yakin dan mengira-ngira, bahwa aku bisa berlari bersama angin walau tanpa kawan seperjalanan. Menikmati hembusnya dan sesekali tertawa.

Pada mulanya iya. Awal-awal aku bisa. Namun nyatanya, aku tak sekuat itu.
Adakalanya kita memang butuh sendiri -walau pada hakikatnya tak sendiri-, menyepi, instrospeksi, dengan Allah lalu kita berdiskusi. Mengadukan ini itu, melapangkan hati soal banyak hal, menegakkan hati dan menegarkan diri. Bercakap dengan diri, adakah yang harus diperbaiki dan dibenahi lagi dan lagi. 

Seperti Musa yang membutuhkan Harun; aku selalu membutuhkan teman. Teman seperjalanan, teman sefrekuensi, teman suka duka dalam kehidupan. Seorang teman, yang menginjak kakiku ketika aku mengantuk dan terlalu banyak melamun. Seorang teman yang menampar pipiku dan memukul punggungku saat aku sudah kelewatan. Seorang teman yang menyeka tangisku saat bulir-bulir mulai berjatuhan. Seorang teman yang membantu menguatkan saat yang lain mulai berjauhan. Seorang teman, yang selalu mengingatkanku pada Tuhan. Pada janji-janji yang benar: SurgaNya dan kasih sayangNya.

Hei, kau; bersedia berjalan bersamaku lagi? Berlari kencang sekencang yang kita bisa -saat semangat memenuhi dada-, lalu melambat bersama saat kita mulai tersengal untuk mengatur napas, lalu berlari kencang lagi: Bersama, tersenyum beriringan. Lalu saat hujan, kita berteduh bersama; saling melindungi. Saat terik, kita sama-sama menepi, membeli es teh di pinggiran; menikmati pemandangan. Saat adzan berkumandang, tak ada tempat lain yang memenuhi hati selain rumahNya; lalu bersama kita menepi, memenuhi panggilan suci. Takbir, Ruku, Sujud, pada Penggenggam Hati.

Rabbi, jaga ia sebagaimana kau menjagaku. Pertemukan do'a do'a kami. Kobarkan semangat-semangat kami.

Hei, kau; semangat ya! Kata orang kita sefrekuensi. Saat aku semangat kau ikut tersengat. Saat kau bermuram, aku pun turut temaram. Janji tak akan kalah oleh lelah lagi? Semangat, biar aku juga turut tersengat. Sumringah! Biar aku juga ikut merekah.

Bersama Allah, dan bersamamu -siapapun kawan perjalananku-; Aku siap mengejar mentari. Lihat, ia sudah mendekat: Sebentar lagi kita sampai. Dan perjalanan kita, kelak akan kutulis dalam buku dan kuceritakan pada anak cucu.

- Kuatkan ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah dengan cahayaMu yang tidak akan pernah padam, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan tawakal padaMu, hidupkan dalam makrifatMu, matikan dalam syahid di jalanMu-



Komentar