Ibuk

Pagi-pagi

Ibu : Nduk, hari ini mau pulang kan? Udah pesen travel? Jangan kesorean..
Aku : (Kaget) Eh, belum buk.. masih ada beberapa hal yang harus dikerjakan. Belum bisa pulang sekarang. Akhir Januari atau maksimal minggu kedua februari ya, Bu.. (memelas)
Ibu : Iya, Nduk. Nggak papa.

Slash (!)

Serasa dejavu tiba-tiba ingat materi ustadz Fatan.
"Kalau dipanggil Ibu, segera datang.. meskipun cuma ngambilin sendal atau nimbain air di sumur..."

hening

Sore-sore

Aku : Buk, rumah hujan nggak?
Ibu : Iya nduk, kenapa?
Aku : Nggak papa buk.. ^_^ 
Slash (!)

^_^ --> emot (sok) tegar.

Membayangkan syahdunya hujan di rumah. Bau tanah menyeruak.. hmm.. simbah menggoreng pisang goreng hangat. (Nyammm!) Sekeluarga ngumpul di rumah; terjebak (dan harus!) di ruang keluarga. Bapak menyanyi duet dengan adik; nggitar. Kakak mencuri-curi ikut nyanyi. Simbah duduk selonjoran. Aku bikin teh anget dan (kadang) mulai autis di depan laptop. Ibu dengan setumpuk pekerjaannya dan... rasa nyaman!

Slash (!)

"Kamu belum bisa dikatakan menginspirasi orang lain; jika belum bisa menginspirasi, atau setidaknya membahagiakan dan melegakan keluargamu sendiri, orang-orang yang dekat denganmu, yang tahu kamu luar dalamnya, yang mengerti saat saat kamu sedang sedih atau gembira, orang-orang 'mahal' dalam hidupmu, orang-orang yang jika bertemu kau sok-sokan tak rindu padahal jika jauh kau begitu merindukannya..."

Keluarga; mata air yang tak pernah habis. Surga yang tak akan pernah pudar.

Sedekat apakah kamu dengan Ibumu?
Sedekat apakah kamu dengan Bapakmu?
Sedekat apakah kamu dengan Kakak, Adik, Simbah, -dan keluargamu-?

"Maaf. Bu.. sebesar ini belum bisa memberikan apa-apa untukmu."

Komentar