::Maaf, aku pulang duluan::

Tentang kertas yang masih berserakan,
Tentang tumpukan nota yang kabarnya masih revisian,
Tentang janji ngobrol santai yang terabaikan,
Tentang sekedar mendengar ceritamu dari negeri seberang.
Maaf, kemarin aku memutuskan untuk pulang duluan


Kudengar kabar,
kalian bersama menghadap sang master keuangan; merasakan hangat kekeluargaan dan kebersamaan.
Kudengar kabar, kalian sedang berlembur ria bersama malam; mengejar khusnul khatimah di akhir kepengurusan,
Memberi yang terbaik yang mampu tangan-tangan kalian raih, membayar yang belum tertunaikan.
Maaf, kemarin aku memutuskan untuk pulang duluan...

Ada yang tertahan menyesak perlahan; kau tau?
Aku ini cengeng dan penuh perasaan.
Tak tegaan; payah dalam mengungkapkan.
Tak pandai membagi job, hanya bisa diam dan melihat kalian geregetan;
"Ngomong, ki! Ngomong! Jangan dipendam!"
beratus kali kau sudah mengingatkan.


Dan aku?
Hanya bisa menjawab dalam kebisuan, tergugu, dan menderas tanpa suara.
Aku memang payah.
Maaf, kemarin aku memutuskan untuk pulang duluan.

Pagi tadi kalian mengirim pesan; bagaimana kabar peraduan. Aku menjawab, baik, jangan khawatirkan. Kabar? Disini, tentang kehangatan khas keluarga, adikku yang mendewasa, dan juga kabar bahagia; teman SD ku yang hari ini melangsungkan pernikahan.

Dan tentang semua yang belum tergapai; maafkan. Tangan yang dua., merangkul semampunya. Kaki yang dua, berjalan sesanggupnya. Dan hati yang semoga masih lebih luas dari lapangan, semoga tiap kita masih memilikinya.

Kalian, gadis-gadis hujan;
tak dicipta sembarangan.

Kalian, lelaki-lelaki matahari; tak dicipta tanpa arti.
Masing-masing kalian punya warna tersendiri.

Sekali lagi; maaf, aku pulang duluan. Esok aku sudah kembali, dg niat yang lebih tertata. In syaa Allah

Dan aku, masih seperti dulu; masih mencintai kalian karena Allah...

Jawa Timur, 20 Desember 2014

Komentar