Pick Up Shalih: Amazing!

Amazing!

Satu kata itu yang ada dipikiranku saat ini. Ada banyak hal yang ingin kutuliskan sebenarnya. Ini adalah salah satunya. Kemarin, 6/7/14 kelompok KKN-ku yang berlokasi di dusun Ngelosari, Srimulyo, Piyungan, Bantul boyongan alias pindahan tempat tinggal dari jogjakardaah. Awalnya, kami berencana untuk berangkat bersama dan membawa barang di mobil temannya temenku (*eh!). Namun hal yang tak terduga terjadi: DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) kami sudah ada di lokasi. Dan itu artinya: Kami harus segera menuju lokasi!

Alhasil, kami belum membawa apapun, barang-barang masih tinggal di jogja. Bukan pertemuan dengan DPL yang ingin aku bagikan dalam catatan ini; melainkan hal setelah itu. Karena lokasi KKN kami yang ada di pucuuuk gunung (kira-kira 15-20 menit dari sekolah tempat kami akan praktik mengajar nanti :') ), juga medan-nya yang masyaAllah keren sekali. Kau tak perlu bersusah membayar tiket roler coaster karena kau mendapatkannya di medan ini. #Alhamdulillaah. Karenanya, kami tak mungkin membawa barang-barang di jogja yang besar-besar itu, hehe..

Sudah sore, ashar berkumandang. Kami yang belum membawa barang segera bergegas untuk pulang dan mengambil barang. Ehm, tapi gimana bawanya? Acak, aku mengirimkan sms ke beberapa teman.

"Ada yang punya nomernya Jasa Pengangkut Barang -Pick Up-?"

satu sms masuk dan aku segera menyimpan nomer yang diberikan temanku itu.

"Jogja?" tanyaku.

"Bukan :3. Ya iyalah, Ki!"

hehe.. ku sms lah si Bapak. Dan apa yang terjadi? Fast Respons! Bapaknya langsung mengiyakan. Selama perjalanan ke jogja (Aku dibonceng temanku, Ila) aku bernegoisasi dengan si Bapak dan akhrnya mencapai kesepakatan: 150ribu, jam 5. Dari karangmalang, deresan, brimop mandala krida menuju piyungan atas. Alhamdulillah...

"Jam 5, Mbak? Nggak terlalu mepet sama waktu berbuka puasa?"

Amazing#1 : Jarang ada supir seperti ini, memikirkan waktu berbuka.

Aku pun membalas,

"Kalau sekarang kami belum siap, Pak. Habis dari sana :')"

dan akhirnya Bapaknya mengalah; menjemput sesuai jam permintaanku.

Benar saja, pukul 17 tepat Bapaknya sudah sms kalau beliau dibawah. Aku agak kerepotan menurunkan barang, dibantu oleh Risca, adek kosku kami memasukkan barang ke dalam pick up. Setelah selesai, kami meluncur ke deresan untuk mengambil barang di tempat Ila. Ternyata anak-anak pada titip di tempat Ila; alhasil pick up yang awalnya kosong blong jadi penuh, wkwk..

Selesai, aku dan Ila duduk di depan; di samping Pak Supir. Dan kami meluncur ke Piyungan!

***

Pak Supirnya ramah dan friendly; kami mengobrol layaknya sepantaran.

"Biasanya ngangkut sampai jam berapa eh, Pak?" Aku membuka percakapan. 

Sampai di demangan, ternyata adzan sudah berkumandang.

"Mbak, udah bawa minum buat mbatalin?" tanya pak supir.

Aku dan Ila mengangguk; sambil perpandangan. Kami belum membelikan untuk beliau!

"Nggak apa mbak, nanti mampir Indomaret aja beli minum." Kata beliau sambil tersenyum, melanjutkan perjalanan.

Amazing#2 : Berarti Bapaknya Puasa. Jarang ada sopir yang seperti ini, biasanya berdalih jalan jauh alias safar lalu tak berpuasa..

Beliau mampir ke indomaret, membeli minum dan biskuit. Kami malah yang ditawari biskuit (yang akhirnya kami makan :3 )

Perjalanan dilanjutkan, menuju kos Rizqi untuk mengambil kompor dan mengisi galon.

***

Sebenarnya aku sudah resah; ini memasuki waktu maghrib dan kami belum shalat. Padahal waktu maghrib itu sangat singkat, kan? Seperti membaca keresahanku, -padahal beliau merasakan keresahan yang sama-, beliau berkata,

"Mbak, kita shalat dulu ya.."

"Ohya pak, shalat di jalan aja..." kataku cepat.

"Jangan di jalan mbak, di masjid pinggir jalan aja."

Glek, Bapaknya -_-

Akhirnya, sampailah kami di POM Bensin dan shalat di sana. Bakda wudhu, bapaknya menoleh ke arah ku dan ila;

"Shalat sendiri-sendiri, mbak?"

Aku langsung menjawab dengan bersemangat,

"Jamaah aja, Pak!"

Amazing #3: Shalat :')

"Udah Plong, kan Mbak?' Pak Supir tampak begitu lega. Kami mengangguk mengiyakan.

Di jalan, beliau berdiskusi dengan kami soal shalat jamak dan qashar selama perjalanan.

"Sebenarnya kita bisa mengatur jadwal berkendara, apalagi jika kita penguasa kendaraannya ya, Mbak?"

"Iya pak, meskipun sudah ada keringanan untuk beberapa hal."

"Kalau di bus umum mungkin nggak bisa, tapi kalau mobil sendiri, kenapa tidak? " kata beliau.

"Iya pak, berarti nggak ada alasan buat nunda apalagi nggak shalat kalau kita lagi di jalan ya.."

Amazing #4: beliau memperhatikan masalah ini; yang berkenaan dengan hidupnya sebagai supir angkutan.

Percakapan hangat terus berlanjut soal itu hingga sampailah kami pada tujuan. Kami mengajak pak Supir untuk berbuka bersama sebelum pergi,

"Nggak usah mbak,"

"Sudah disiapin temen-temen, Pak, hehe.."

***

Aku membayangkan jika semua profesi di dunia ini menggunakan waktu shalat sebagai pedoman kegiatannya. Subhanallah ya. Melihati penjual-penjual makanan yang segera bergegas ketika adzan berkumandang; meninggalkan harta nya untuk sementara. (Aku sudah menemui penjual tipe ini, semoga makin bertambah). Apalagi supir, yang notabene adalah pejalan safar; jika semua kendaraan berhenti dan segera menghadapNya; luar biasa sejahtera negeri ini.

Harmoni tercipta, dan kepahaman manusia atas tugasnya di dunia memang berbeda-beda. Dan aku, menemukannya pada pak sopir hari itu. Bahwa manusia; apapun profesinya, sepadat apapun kegiatannya; tetaplah seorang hamba. Bahwa shalat dan amalan ibadah lainnya adalah suatu kebutuhan; bukan paksaan atau tekanan. Bahwa beribadah itu, adalah ekspresi rindu seorang hamba kepada Rabb-nya. Ia berikan ketenangan, kesejukan, dan ketentraman tersendiri. Bahwa Islam adalah agama yang indah dan syummul; ia mengatur segala sesuatunya!

Terimakasih Pak Supir -yang belum sempat kutanya siapa namanya-

Langit Ngelosari, Srimulyo, Piyungan, Bantul.
meski di pucuk, ini tetap Jogja!

9 Ramadhan 1435 H/ 7 Juli 2014
Uki

Terimakasih, Allah...

Komentar