Namanya Maulana, Salma, dan Mona

Anak-anak belia itu.

Ah, mereka. Polos. Berlarian, bersenandung dengan ringan. Tertawa lebar, lepas, tanpa beban. Bahagia? Jelas.

"Maulana.." aku keluar dari beranda memanggil; menerka menerka yang mana si empunya nama.

"Mas Lanaaaa..." Yang lain ikut berteriak; sambil ikut berlarian.

Kukira anak SD si pemilik nama, ternyata lebih mungil dari yang kukira. Giginya gigis, meringis. Berlari ke arahku.

"Ngaji sekarang ya."

Dia mengangguk cepat; senang. Antusias.

Sementara, si cantik malu-malu mendekat. Entah kenapa dari tadi dia terus melihatiku; curi-curi pandang. Dan tiap pandang kami bertemu, kami saling senyum.



"Siapa namanya?"

"Salma, kak.."

"yang ini?"

"Mona, kak..."

Ohiyaa.. kemarin aku sudah berkenalan.

"Besok datang lagi ke sini, kan?"

"Iya, insyaAllah... besok ketemu lagi ya."

Senang. Bahagia.

Di scene yang lain, bakda kultum dan berucap salam, sang khatib turun dari mimbar; anak-anak itu berlarian. Ah iya, minta tanda tangan. Buku panduan ramadhan. Sepertiku beberapa tahun yang lalu. Kapan? Ah, sepertinya lama sekali.

Dari anak-anak, kita belajar banyak hal; tentang keceriaan, tentang kebahagiaan, tentang lepas -apa adanya- dan tanpa beban. Dari mereka kita belajar tentang semangat; antusias, dan tak kenal lelah dalam belajar.

"Coba diulang..." aku melirik ke arah maulana kecil.

"Ha ba sa" terbata.

"Hmm? itu ba' di kasroh jadinya apa?"

"Biiiii..."

"Iya, jadi?"

"Ha bii sa..."

Masjid Umar bin Khattab,
Langit Ngelosari, 11 Juli 2014/13 Ramadhan 1435 H
Salam Keluarga Cemara ^^

Komentar