Pulang



“Nduk, kapan pulang?” tanya suara di seberang; berat.
Aku memainkan jemariku sambil menata kertas-kertas yang berserakan di kamar. Kertas-kertas rapat siang ini, bercampur dengan laporan praktikum kemarin.
“Eng.. belum tahu, Ibu. Besok masih ada koordinasi terkait agenda A. Tapi pasti pulang kok, Bu..”
Terbata, memberikan harapan.
***
1 sms
“Lagi sibuk banget, ya? Sehat?”
Sekilas. Karena mengejar dosen yang lama ditunggu dan baru bisa ditemui. Nanti ya, Bu. Tangan mungil ini tak sadar memasukkan handphone ke dalam tas lagi. Terlupa.
***
Malamnya,
1 sms
“Nduk, kok sms Ibu belum dibales? Nggak ada pulsa, po?”
Astaghfirullah. Hati beristighfar sembari tangan mengetikkan kata-kata permohonan maaf.
“Maaf Ibu, tadi sms nya kelewat. Alhamdulillah baik, Bu. Ibu gimana?”
Hitungan detik, ada 1 sms.
“Ibu sehat, jadinya kapan pulang?”
Menatap langit-langit masjid, memohon keringanan.
“Selasa ya, Bu. Bakda monev PKM.”
“Iya, Ibu tunggu ya. Selasa.”
Menyuburkan harapan, menerbitkan harapan. Lagi.
***

Senin malam.
1 sms.
“Nduk, udah pesen travel belum?”
Terhentak. Ada satu janji yang teringkari.
“Astaghfirullah.. belum, Bu. Tapi kayanya ditunda kamis pagi-pagi; nggak apa, Bu?”
Terbata. Merasa bersalah.
1 sms
“ :( “
Allah... cepat kubalas,
“ :’( Ibu maaf, masih ada proyek praktikum buat UAS. Maaf...Kamis pagi-pagi banget ya, Bu...”
1 sms
“Iya. Nggak papa, Nduk.”
***
seperti udara kasih yang engkau berikan
tak mampu ku membalas, ibu... ibu...

***
Rabu malam, masmuja lantai 2.
“Pak travel, masih ada?”
“tinggal yang jam 6 sore mas,”
“Yang lebih cepet nggak ada ya, Pak?”
“Nggak ada mas. Besok dijemput jam setengah lima, ya.”
Lemas, tapi cerah. Allah beri jawaban.
***
Hati-hati, menelepon pelan.
“Assalamu’alaykum, Ibu.”
“Wa’alaykumussalam, Nduk. Gimana, jadi besok pagi?”
“I..iya.. bu, tapi dapetnya Cuma travel yang jam 6 sore, nggak papa, Bu?”
Terbata. Menyusun kata.
“Jam 6 sore? Nggak ada yang lebih gasik?”
“Nggak ada, Bu...”
“Tapi nanti sampai rumah malem banget. Gak apa?”
“Ngga papa, Bu. InsyaAllah bisa jaga diri.”
“Ya sudah.. hati-hati.”
Ada yang kecewa. Walau sedikit, tetap saja ada ruang kecewa.
Menghela napas. Panjang.
***
ribuan kilo jalan yang kau tempuh
lewati rintang untuk aku anakmu
ibuku sayang masih terus berjalan
walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah

***
Wanita muda itu tengah menimbang berat badannya,
“Hamil anak kedua, ya Bu?” kata bidan yang ditugaskan untuk menemuinya. Setelah melirik seorang anak cantik umur 2 tahun yang sedang digendong lelaki berkacamata, ayahnya.
“Iya. Alhamdulillah. Dia sudah mau punya adik lagi.”
Senyum, tulus. Syukur.
“Wah kira-kira perempuan apa laki-laki ya, Bu?” tanya bidan itu lagi.
“Kakaknya sudah perempuan, sepertinya ini laki-laki.”
Kali ini si ayah yang menjawab. Sambil menimang putri pertamanya yang memandang tak mengerti.
Si Ibu terlihat payah, lalu duduk. Sudah 6 bulan, makin membesar. Sakit? Tentu. Payah? Iya. Tapi syukur lebih besar, tapi bahagia lebih menyebar.
***
Bakda Upacara Kemerdekaan.
Lelaki muda berkacamata, tergopoh menggendong putri kecilnya yang pertama.
“Dek, mau punya adek lagi, mau?” si Ayah berdialog dengan anaknya.
Si anak tak kunjung mengerti. Ia mengangguk saja.
23.11 WIB
“Selamat, tapi Ibunya pendarahan. Tipis; kekurangan darah!”
Dokter menyeka wajahnya.
Serombongan pasukan putih datang; memisah Ibu dari anak yang baru dilahirkannya; perempuan. Membawa menuju ambulance.
Rujuk ke rumah sakit si provinsi seberang.
Donor berdatangan, kawan-kawan merapat menyumbang. Bukan uang, tapi cairan merah bernama darah.
Ibu selamat.
Anak selamat.
***
“Iiih... Ibu... anaknya dikerubung semut...” Tetangga menyeletuk.
“Uh.. sini-sini, bude bersihkan.” Tangan yang lain datang, membersihkan semut-semut pada si bayi mungil.
“Bayinya manis, makanya dikerubungi semut...” celetuk yang lain.
Riuh, si Ibu menyeka kedua matanya.
Adinda...
***
ingin ku dekat dan menangis di pangkuanmu
sampai aku tertidur bagai masa kecil dulu
lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
dengan apa membalas,

Ibu...

Infiru Khifafan wa tsiqolan...
Ibu, kali ini untukmu.

Komentar

  1. Assalamualaikum mbak rizki, sebelumnya salam kenal mbak, saya husnul..cerpen, puisi, novel, yang pernah mbak tulis menggugah banget, bagus, sntai dan menarik..
    Mbak, sukses selalu. Semoga selalu dalam lindunganNya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaykumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh.. Terimakasih mba khusnul.. Namanya indah banget :) Semoga kita khusnul khatimah ya :)

      Wah, saya juga baru belajar ini. Aamiin.. doa yang sama untuk mba khusnul :)

      Hapus

Posting Komentar

Bismillah..
Sahabat, mohon komentarnya ya..
-demi perbaikan ke depan-