Bismillaah Bang, Aku Wani Nyoblos



Anti mainstream? Iya.. bisa jadi. Disaat hampir separoh lebih mahasiswa di bumi pertiwi memilih untuk golput untuk pemilu besok, tahun lalu -2013.red- saya memutuskan untuk memutasikan hak pilih saya dari daerah asal ke tempat saya menimba ilmu kini –Jogja-. Mengapa mutasi? Karena saya ngga yakin bisa pulang ke kampung halaman –tepatnya, rumah Ibu Bapak. Karena saya belum punya rumah :D – dan, pastinya saya nggak pingin melewatkan event yang jarang2 saya temui ketika saya udah agak gede gini: Pemilu. Dan, ini adalah kali pertama saya diberikan hak pilih untuk memilih baik tingkat legislatif -9 April- dan pilihan presiden 9 juli besok. Iya, pemilu akbar kemarin saya belum nyukup umurnya. #WaniNyoblos!
Alasan lainnya, saya pingin turut andil dalam pembentukan Indonesia madani ini. Yaah.. walaupun kontribusinya itu cuma berupa dateng ke TPS. Ngga lama-lama amat sih, cuman 5 menit. Tapi 5 menit itu bakalan nentuin nasib Indonesia 5 tahun ke depan. Dan aku nganggep, dengan nyoblos itu artinya kita peduli sama nasib Indonesia. #WaniNyoblos!

***

            Ngomong-ngomong soal golput nih ya. Kemaren sempet diskusi sama temen-temen yang lain. Ada yang bilang kalok demokrasi itu bukan sistem Islam dan kita ngga boleh kita pake. Saya mikir keras saat itu. iya sih, bukan sistem Islam, bukan sistem kekhalifahan seperti jaman rasul. Tapi bro, kita sekarang di Indonesia yang make sistem pemilihannya demokrasi. Yang saya kenal sejak SD, bahawa demokrasi itu adalah dari, untuk, dan oleh rakyat. Iya sih, saya baru nge-dong kalok demokrasi ini paham dari barat. Tapi masa iya, kita sebagai umat muslim diem aja dan ngga milih alias golput karena ngga mau pake sistem demokrasi? 5 tahun ke depan, kita masih jadi warga Indonesia kan? Nah, gimana kita mau move on dan mengubah sistem di Indonesia kalo kita aja golput? #WaniNyoblos!

Sempet juga ngeliatin diskusi adik tingkat sama adik tingkat yang lain #aku jadi pengamat. Dalam diskusi itu intinya, pada bingung pas milih 9 Juli, soalnya partainya kagak ada yang bener. Pada korupsi semua katanya. Tapi bro, kita tetep kudu milih. Iya sih, gak ada partai yang sempurna. Milih pas pemilu itu kaya nyari jodoh kali ya.. jangan  nyari yang sempurna, karena sampe kapanpun kita ngga bakalan nemu. Karena kesempurnaan itu Cuma punya Allah. Maka, pilihlah yang terbaik. Masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya. Masak sih nggak ada 1 pun yang menarik perhatianmu? Kalok saya sih ada :D #WaniNyoblos!

Golput karena bingung mau milih yang mana? Gara-gara ngga kenal sama partainya? Ehm, ini nih. Kita yang kudu aktif, Bro! Peduli yuk, so mangga kita belajar dan nyari-nyari info sendiri. Pertama, cari info tentang partai-partai apa aja si yang ikut pemilu besok? Setau saya ada 12. :) kedua, cari rekam jejak politik masing-masing partai.. misal siapa aja yang disana, udah ngelakuin prestasi apa, indeks korupsinya gimana, dan taraaaat yang KETIGA, pilihlah yang menurutmu terbaik :). Saya sih udah punya pilihan :) #WaniNyoblos!

Semalem juga sempet dichat sama kakak kelas pas jaman SMA, diajak diskusi soal pemilu besok. Muter muter kluwer kluwer @_@ Beliau ngga milih partai katanya, milih presiden aja. Saya saranin juga milih partainya, karena apa-apa kebijakan yang bakal dipake 5 tahun mendatang akan datang dari partai-partai. Kalo ngga salah, namanya syusyah –parlementary threshold- *anak sosial dan politik mungkin lebih mudeng ginian. Saya saranin banyak searching soal ini. Itu tuh, yang bakalan megang kebijakan dan bisa nyalonin presiden, yak berasal partai2 yang berhasil meraup suara terbanyak. Makanya Bro, kadang kita terjebak sama tokoh yang dicalonkan, bukan partainya. Namun pada kenyataannya nanti, si calon bakalan ada SOP sama partai tempat ia dicalonkan. Pak Habibi juga bilang: Jangan milih partai A karena ada si calon X. Kau bener2 kudu teliti dan kritis menelisik 12 partai yang jadi peserta pemilu. Alhamdulillah saya udah nemu :) #WaniNyoblos!

Ini info dari bang Wikipedia :


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ambang batas parlemen (bahasa Inggris: parliamentary threshold) adalah ambang batas perolehan suara minimal partai politik dalam pemilihan umum untuk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Ketentuan ini pertama kali diterapkan pada Pemilu 2009.


Kalo yang ini dari bang hukumonline (saya googling aja sih :3 )

Dalam RUU Pemilu yang tengah digodok di DPR, konsep penyerderhanaan parpol masih menggunakan konsep Electoral Threshold (ET). ET adalah ambang batas perolehan kursi suatu parpol agar dapat mengikuti Pemilu berkutnya. Dalam pasal 9 ayat (1)  UU No.12 Tahun 2003 tentang Pemilu mengatur untuk dapat mengikuti pemilu berikutnya parpol peserta pemilu harus memperoleh sekurang-kurangnya tiga persen jumlah kursi di DPR, empat persen jumlah kursi di DPRD Provinsi yang tersebar di setengah provinsi di Indonesia, dan empat persen jumlah kursi di Kabupaten yang tersebar di setengah Kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Direktur Eksekutif Center for Electoral Reform (Cetro) Hadar Navis Gumay berpendapat ET berpotensi melanggar konstitusi. Pasalnya, sebuah parpol yang tidak mencapai batasan ET diharuskan membubarkan atau mengabungkan diri jika ingin ikut Pemilu berikutnya. Hal ini dinilai bertentangan dengan Pasal 28 UUD 1945 yang menjamin kemerdekaan berserikat dan berkumpul bagi setiap warga negara.    

Nah, gitu bro. Jadi kasian kalo ada partai baik yang ga masuk parlemen gara2 perolehan suaranya dikit pas 9 Juli besok T_T Makanya nyoblos yuk. #WaniNyoblos

@_@

Saya memang bukan anak politik, saya memang bukan anak hukum, saya memang bukan anak PKnH. Tapi saya boleh kan, peduli sama nasib Indonesia? Makanya saya nyoblos :D Bismillah, Bang. Pemilu 2014 ini saya bakalan nyoblos #WaniNyoblos!

Jadi, gimana? Udah menentukan pilihan? Eitts... jangan lupa mutasi dulu buat yang luar jogja. Percuma punya pilihan, tapi hak suaranya ngga disalurkan. #WaniNyoblos!

Jogjakardaah, 28 Maret 2014
Uki, [Bukan] Mahasiswa biasa

Komentar