Ada haru disudut hati; aku sedang rindu

Tanpa sadar, titik-titik air mata merembes dari sudut mataku.
Ah, aku memang cengeng.
Pelan-pelan, kusapu titik-titik basah itu.
Kulirik samping kanan kiriku.
Nampaknya tak ada yang menyadari keluarnya titik-titik itu dari mataku.
Kacamata pink ini menyamarkannya.
Semuanya khusyuk dan tunduk dengan renungan masing-masing...
Boleh jadi, apa yang ada dipikiran mereka sama dengan apa yang sedang kupikirkan.

"Dengar seluruh angkasa raya memuji pahlawan negara. Dan gugur remaja di ribaan bendera, bela nusa bangsa. Kau ku kenang, wahai bunga putra bangsa. Harga, jasa, kau cahaya pelita, bagi Indonesia merdeka..."

Iya. Pagi-pagi sekali kemarin (24/2) aku dan teman-teman seperjuanganku setengah tahun ke depan berangkat ke sekolah. Iya, PPL. Praktik Pengajaran Lapangan. Pukul 6 pagi, kami berangkat menuju medan perjuangan: SMA Negeri 1 Piyungan.

Dengan baju putih-hitam jilbab hitam. Meluncurlah kami dengan perasaan ringan maupun berat: berangkattt!!!

Sesampainya di sekolah, kami (tepatnya aku) celingak-celinguk melihati bangunan SMA. Anak-anak SMA (yang tingginya melebihi tinggiku, hehe), berbaju putih-putih tampak mulai memasuki gerbang. Ada yang menelusup lagi di dalam hati: seonggok rindu.

Kami, squad PPL disambut dengan hangat oleh humas SMAN 1 Piyungan. Lalu, diarahkan untuk mengikuti upacara bendera. Kami berjajar rapi di belakang para guru. Menikmati tiap detik yang berlangsung tanpa terlena sedikitpun.

Iya. Karena kami sedang sama-sama sefrekuensi: rindu Upacara Bendera. Setelah 2,5 tahun tak mengikutinya secara lengkap seperti ini.

Rindu.
Rindu rangkaian agenda rutin tiap pekan seperti ini.
Rindu disiapkan oleh pemimpin barisan, lalu diambil alih oleh pemimpin upacara.
Rindu menirukan sila-sila pancasila. Rindu menghayati pembacaan pembukaan Undang-Undang Dasar NKRI 1945. Rindu mendengar taujih hamasah (#eh) dari pembina upacara. Rindu ada pengumuman-pengumuman. Rindu melihat prosesi pengibaran bendera. Rindu menyanyikan bersama-sama Indonesia Raya. Rindu menunduk sambil mendengar lagu mengheningkan cipta.

Ah, iya. Mungkin inilah salah satu sebab siswa/i SMA lebih sedikit dis-orientasi kenegaraannya. Lebih cinta tanah airnya. Lebih diingatkan jasa-jasa pahlawannya. Lebih diingatkan lagi mengapa harus belajar sekuat tenaga untuk negara, berprestasi untuk bangsa.

Ah. Lagi-lagi, masih belajar. Namun sampai di titik ini aku berani menyatakan; ada haru di sudut hati, kami merindukan momen-momen seperti ini.

Sudut Ruang Islamic Education Center, 25 Feb 2014. 8.11 WIB

(Calon) pendidik inspiratif, insyaAllah.

r.a.m

Komentar