Tentang Sebuah Ikatan #Persaudaraan

“Mukmin yang satu”, kata Sang Nabi, “Adalah cermin bagi mukmin yang lain.”

Bercerminlah, tapi bukan untuk takjub pada bayang-bayang seperti Narcissus, atau telaganya. Menjadikan sesama peyakin sebagai cermin berarti melihat dengan seksama. Lalu saat kita menemukan hal-hal yang tak terkenan di hati dalam bayangan itu, kita tahu bahwa yang harus kita benahi bukanlah sang bayang-bayang. Kita tahu, y
ang harus dibenahi adalah diri kita yang sedang mengaca. Yang harus diperbaiki bukan sesama yang kita temukan celanya, melainkan pribadi kita yang sedang bercermin padanya.

Itu saja.

Selamat datang dalam dekapan ukhuwah. Aku mencintai kalian karena Allah.


-Salim A Fillah, Dalam Dekapan Ukhuwah-
***

Dalam soal-persoal bersaudara, berteman, bersahabat, atau apapun itu. Silang pendapat adalah hal yang biasa. Bisajadi, sesuatu yang menurut kita baik, belum tentu baik di mata teman kita. Begitu juga sebaliknya. Makanya, tolong. Salinglah mengerti. Kadang kita sering merasa paling benar, paling benar, dan paling-paling segalanya. Dibandingkan saudara kita. Ah, kawan.. jangan sampai hati kita jadi sempit karena silang pendapat yang sepele ini..

Apalagi prasangka. Dalam sebuah hubungan -pertemanan- baik di dunia nyata, maya, maupun organisasi, lagi-lagi itu adalah hal yang biasa. Ah, prasangka itu cepat sekali merambat. Prasangka buruk, kita patut berhati-hati. Jangan biarkan ia merah merona membakar hati kita yang sudah dibasuh lebih dari lima kali sehari. Ah, berbaik sangkalah... bagaimanapun sikap saudaramu terhadapmu.. bisajadi yang tampak padanya yang menurut kita buruk sama sekali tak dimaksudkan saudara kita. Ah, bagaimanapun.. ber-pikir positiflah pada saudaramu.

Pun, rasa iri. Penyakit ini seringkali yang menjadi penggerogot iman kita.. Iman yang sudah kita usahakan sejak awal untuk tetap kuat. Kata Aa Gym kemarin, penyakit ini ditandai dengan SMS: Senang Melihat teman Sedih, atau Sedih Melihat teman Senang. Ah, tolonglah... bukankah kebahagiaan teman kita adalah kebahagiaan kita juga? Ketika temanmu berhasil dalam mencapai sesuatu, atau sukses sedang menggelayutinya.. berikan semangat, berilah motivasi.. jadilah engkau orang pertama yang menjabat erat tangannya dan mengatakan selamat... Pun, ketika temanmu sedih, harusnya kau jadi orang pertama yang mengulurkan tangan: ada yang bisa kubantu? atau, menjadi pertama yang menawarkan pundak: Mau berbagi beban? Ah.. indahnya persaudaraan ini jika diliputi dengan rasa saling mendukung dalam kebahagiaan, saling mengingatkan jika ada kesalahan, dan saling memahami dalam kondisi apapun.

Ah, tetaplah bersaudara. Saudaramu adalah cermin dirimu...

Jika ada cela yang kau temukan padanya, maafkan... mungkin dia sedang lupa..
Jika ada iri yang kau temukan pada binar matanya, ikhlaskan... mungkin itu caranya untuk mengkode dirimu agar tak terlalu larut dalam kebahagiaan
Jika ada sinis yang kau terka pada tiap ucapnya, lapanglah... mungkin ia sedang mengujimu, apakah kau bersungguh-sungguh dalam kerjamu..

Jadilah orang yang lapang, lapang hatinya, lapang pikirnya, lapang segalanya: Legowo...

Kau lihat lapangan sepak bola? Ia luas.. Ia luas..
namun, aku mau hati kita lebih luas daripada itu.

Semoga, hati kita lebih luas dan lapang dari lapangan sepak bola.

selamat berlapang, sembari rehat memikirkan apasaja yang telah terjadi hari ini: Maafkanlah, Ikhlaskanlah, Lapangkanlah...

-Rizki Ageng Mardikawati, 21/1/14-
Saya juga masih belajar untuk lapang...

Komentar