Cerita aja, aku akan mendengarnya

Scene 1
“Dek, kamu lagiada masalah ya? Kok nggak pernah cerita ke mbak, sih?
Tanyaku suatuhari, pada seorang adik akhwat yang kala itu kutemukan sedang sendiri. Di pojokanmasjid kampus. Seorang diri, menggenggam mushaf erat-erat, terbata membacanya. Disampingnya, berceceran tissue. Ia menangis.
“Dek, ayocerita.. nggak papa..”
Dan ia hanyamemeluk. Menangis tersedu di balik punggungku. Tanpa mengatakan apapun. Aku punterdiam. Allah.. ada apa ini?
Scene 2
Bertemu seorangadik di jalan.
“Hai, mbak.” Begitukatanya.
“Ehem, Assalamu’alaykum.Sehat?” sapaku.
“Sehat mbak, Alhamdulillah.Mbak gimana?” ia bertanya balik.
“Sehat, ehm,mbak duluan ya, buru-buru nih..”
Ada dua pasang mata yang beradu: seperti hendak mengatakan sesuatu. Namun, atas nama waktu,kata-kata itu terbang dimakan angin. Pergi begitu saja.
Allah…
Scene 3
“Jadi gini…bla..bla..bla…”
Seorang adik,yang lain, sedang terbata menjelaskan semuanya.
“Masya Allah,jadi selama ini…kenapa kemarin nggak cerita?” tanyaku menyesal.
“Mbak sibuksih..” jawabnya terbata.
Ternyata, adahati yang terdzalimi.
Allah…


Scene 4
“Mbak, akupingin cerita….” Seseorang bertanya.
“Ya, ceritasaja. Yuk…”
“Tapi kapan?”
“Kapan ya..”
Dan hingga kini,percakapan itu tak pernah terwujud. Satu hati lagi yang tersakiti.
Allah..

Scene 5
Bertemu seorangsahabat, di taman fakultas. Ada biru di matanya, ada bening di pelupuknya. Melihatkulewat, ia berteriak.
“Uki…”
“Heem” akucengar cengir.
“Uki, adakahsesuatu yang ingin kau katakan padaku?”
Aku diam. Ada,ada banyak, kawan. Namun lagi-lagi ia yang berkata. Si Lidah. Dan Ego.
“Nggak. Nggakada.. “ tertawa lebar aku membalasnya.
Ada yang haruskusampaikan padanya, namun mengapa hati ini terlalu kelu untuk mengatakannya?
Allah…

Scene 6
“Ageeeengggg…. Apakabar,Nduk?”
Seorang kakakmenyapa dari layanan chatting facebook. Mungkin karena hijauku selalu menyala.
“Yuhuuu…”
“Apakabaradik-adik, dan teman-temanmu?”
“Baik, mbak.InsyaAllah..”
“Jangan lupa,Nduk. Ada hati yang harus kau perhatikan. Ada jiwa yang harus kau sapa. Akankahengkau tega membiarkan saudaramu menanggung beban sendirian? “
“Mbak..” akuterbata.
“Nduk, apakahkau tega, ada seseorang yang menangis di pojok masjid sendirian. Manaperhatianmu? Mana pundakmu?”
Dan aku tak bisaberkata-kata. Terbata saja.
Allah…

Scene 7
Bertemu seorangsahabat. Akhwat, tentu saja. Aku nyengir ingin mencubit pipinya.
Namun iamenghambur, tiba-tiba.
“Uki…aku nggakkuat.”
Langit mendunglagi. Terisak ia memelukku. Dalam hujan.
Allah..
***
Untuk semuasahabat, teman seperjuangan, adik, kakak, jika ada apa-apa: ceritalah padaku. Jangangengsi, jangan ragu. Apapun posisimu. Se-kecil, se-imut, dan se-tak dewasanyaaku sekalipun. Aku tak sibuk, percayalah. Tak seperti yang kalian sangkakan. Sini,sini, aku punya pundak yang lebar. Meskipun kata-kataku tak akan membantubanyak, apalagi kerjaku, tak ada apa-apanya untuk mengurangi bebanmu. Namun setidaknya,aku punya dua telinga. Banyak, kan? Aku siap mendengar.. aku siap mendengar…berceritalah, jangan ragu. Lalu jika kau diam saja dan tak berkata apa-apapadaku, bagaimana aku bisa tahu?
Maafkan jikaselama ini aku terkesan tak peduli: namun sesungguhnya aku ingin menyapa!
Sini-sini,setelah mengadu pada Allah, kau boleh bercerita padaku. Bukankah setelah kepadaAllah, kepada kalian juga aku akan beradu?
Ini pundakku,mana bebanmu?

Bila nanti kitajauh berpisah,
Jadikan rabithahpengikatnya
Jadikan doaekspresi rindu..
Semoga kitabersua di Syurga…

RAM_19/11/13
~Aku merasa sangat ‘selo’, percayalah..

Komentar