Tentang Solidaritas (Lagi) : Kita Tak Tersekat Jarak, Ruang, dan Waktu.

Solidaritas
Tiba-tiba saja, teringat sebuah percakapan dengan teman.

.......Hai bro, mau kemana kamu?
.......Insya Allah mau aksi damai Palestina, Mesir, Somalia, sama Rohingya, kawan.
.......Eh, ngapain sih kamu ngurusin urusan negara lain? Sok Alim bener...
.......Lho, bukannya kita saudara? Kita ini sama-sama muslim, dan kita wajib saling tolong-menolong.
.......Ngapain sih, capek-capek mikirin dan berjuang buat mereka? Panas-panasan di jalan padahal nggak ada manfaatnya buat kita.
.......Ya, nggak papa...
.......Emang negara sendiri udah bener? Wong Indonesia aja masih kacau balau, bencana di sana-sini, korupsi merajalela.. urusin negara kita sendiri, Bro..
....... ini bentuk solidaritasku untuk mereka, minimal sesama muslim...

@@@


                Ya, kawan. Seringkali rasa –solidaritas- kita harus dipertanyakan ketika berbenturan dengan hal-hal semacam ini. Mengapa harus mengusung simpati pada yang lain, sementara diri sendiri belum benar? Mengapa harus berpayah memikirkan yang lain, padahal negeri sendiri sedang carut-marut? Ya, kawan. Ini semua ada alasannya. Sebuah alasan yang mungkin akan sulit sekali untuk kujulaskan. Bagaimana tidak, ini tentang solidaritas. Ia tak bisa ditawar dan dialihkan. Solidaritas, adalah sebuah kata di mana kita benar-benar peduli, solider, dan memberikan bantuan ikhlas pada kawan kita. Ya, sederhana saja. Solidaritas.

                Soidaritas, adalah suatu rasa yang tak mudah diungkapkan dengan kata-kata. Karena ia, berdiri anggun dengan kerja-kerja. Praktik lapangan. Terjun ke medan. Solidaritas adalah rasa di mana kita merasa saling terikat satu sama lain, rasa persaudaraan yang tinggi, rasa memiliki yang kuat. Ya, solidaritas adalah dimana kita merasa bahwa kita dan saudara-saudara kita adalah satu tubuh, di mana jika satu anggota badan saja yang sakit, maka yang lain juga akan terpengaruh dan merasakannya. Ibarat jika kita menangis, tangan yang mengusapnya. Pun ketika tangan terasa sakit, maka mata menangisinya.

                Solidaritas adalah bentuk kepedulian, solidaritas adalah bentuk kasih sayang, solidaritas adalah wadah yang tepat untuk merekatkan sebuah hubungan persaudaraan. Tak perlu harta melimpah dan hadiah yang mewah, tak perlu janji-janji yang muluk dan perangkat-perangkat uyang harus dipenuhi. Cukup dengan satu senyuman dan seuntai doa, maka rasa empati dan peduli itu akan muncul dengan sendirinya.

           Tak perlu menunggu orang bersimpati dengan kita, dengan negara kita. Namun, simpatimu, perhatianmu, dan seluruh untaian do’a-do’a panjang yang kau panjatkan di sepertiga malam terakhir, kiranya sangat berharga untuk teman-temanmu di belahan bumi bagian sana. Ya, kita memang saling tak mengenal. Kita bahkan belum pernah saling bertemu dan bertatap muka. Bahkan, nama saja kita tak saling tahu –dengan mereka-. Namun, haruskah menunggu kenal untuk bisa membantu? Haruskah menunggu bisa bertemu untuk bisa mendoakan? Dan haruskah menunggu saling tahu, untuk berkata “Aku bersimpati padamu”? Tidak, kawan. Jarak kita memang jauh, waktu kita mungkin beda. Namun kawan, bukankah kita tetaplah saudara? Ya, siapapun kita: Kita tetap berada dalam bumi yang sama. Langit yang sama. Samudera yang mengalir pada hilir hulu yang sama. Kita tak terpisahkan oleh jarak, ruang, dan waktu.
Aku ada untukmu, tenanglah!



Dedicated to pejuang palestina, mesir, somalia, rohingnya, irak, dimanapun berada: Allah Maha Melihat, Ia tak tidur. Kebenaran pasti menang, percayalah...

Komentar