Bismillahirrahmanirrahiim..
Hei
kawaaaaaaan >.<
Sibuk?
Pernahkah engkau merasa sibuk? Ya… setidaknya kita bisa tahu definisi waktu
luang saat kita berada dalam kondisi sibuk.
Sibuk,
apaan sih, sibuk?
Apakah
disaat jari jemarimu tak henti-hentinya mengetikkan kata-kata di layar HP dan
mengirimkannya pada orang2 yang berkepentingan dengan urusan yang sedang kau
hadapi?
Apakah
saat kau berlari-lari bolak-balik melintasi tempat yang sama? Entah itu karena
tak ada alternatif jalan itu, atau karena kau memang berkutat di dua tempat dan
harus melewati jalan itu, hingga orang2 yang berada di jalan itu dan melihatmu
akan geleng-geleng kepala sambil bergumam, “Orang ini….”
Ataukah
saat kau sibuk membolak-balik note-mu, moncoreti dan mencermati agenda-agenda
apa yang sudah, sedang, dan akan kau lalui hari ini?
Atau,
bisa jadi saat satu, dua, tiga, empat, bahkan lima orang ingin menemuimu dan
mengajakmu bicara –tentu saja dengan masalah dan persoalan yang berbeda-beda-
dan kau sama-sama tak fokus ketika berbicara dengan yang satu karena kau
mencemaskan nasib empat yang lainnya.
Atau
nih ya, saat kau sibuk dengan kertas-kertas di hadapanmu, mencermati rumus yang
tak kunjung ketemu meski kau mencarinya di kolong langit, mondar-mandir sambil
guling-guling karena tak juga menemukan inspirasi untuk karangan atau karya
atau puisi atau apapun yang akan kau buat,
Boleh
jadi, saat kau terpekur melihati deadline-deadline yang makin dekat, lalu kau
meringkuk ketakutan sambil menutup mukamu dengan bantal dan enggan melirik
kertas berisi ancaman deadline itu.
Atau,
kau sibuk menjawab panggilan di ponselmu, sms-sms yang mengingatkanmu kalau
hari ini ada dua, tiga, empat, hingga tujuh (versi alay) rapat atau agenda yang
harus kau ikuti.
STOOOPPPP!!!!
Kebayang
gimana stressnya aku dan kamu bila ada di posisi itu (meski aku yakin diantara
kita pasti pernah atau bahkan sering merasa mengalami hal-hal semacam itu).
Lalu,
jika sudah berada di posisi itu, apa yang biasa kau lakukan, kawan?
Aku
serius bertanya padamu. Baiklah, jika kau tak juga menjawab, aku akan
memberikan alternative-alternatif jawaban ini untukmu.
Pertama,
kau buang HP-mu. Ah, tidak. Itu terlalu ekstrim. Kau matikan sejenak HPmu, lalu
kau melakukan aktivitas kesukaanmu: nulis, nggambar, nyanyi, atau melakukan
aktivitas lainnya; nyuci, nyetrika, apapun yang kau mau dan mengacuhkan HPmu
seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Pernah melakukannya? Saya pernah, kamu?
*manggut-manggut
Kedua,
kau pura-pura mati. Ah, tidak. Itu mengerikan. Hemm, pura-pura tidur dan pada
akhirnya memang tertidur. Ini nih sengaja, hehe.. saat kau merasa seakan-akan
otak panas dan kelebihan pikiran, lalu kau terhuyung-huyung, pamit pulang dan
segera tancap gas menuju kosmu, membuka pintu dan menjatuhkan tubuhmu di kasur.
Pernah? Ngaku!
Ketiga,
kau nggak kuat atas semua amanah-amanah atau urusan yang menghimpitmu. Lalu kau
lari ke tempat wudhu, mengambil botol air minummu yang ternyata kosong, lalu
kau mengisinya dengan air kran lalu meminumnya. Oh tidak, aku hanya bercanda.
Maksudnya, kau lari ke tempat wudhu, lalu kau memang bewudhu *ekstrimnya kau
mengguyur badanmu dengan air. Lalu kau ngacir ke mushola dan menunaikan sholat
dhuha, habis itu kau mengambil mushafmu, mulai ngaji dan menangis sesenggukan.
Kau curahkan semuanya pada Rabb-mu dan setelahnya kau merasa jadi orang paling
sholeh sedunia karena merasa dekat dengan Rabbmu. (padahal temanmu pada
bisik-bisik tetangga, “tumben anak ini…”)
Keempat,
yang ekstrim lagi. Kau menjedug-jedugkan kepalamu di tembok saking bingungnya.
Kelima,
kau abaikan semua janji-janji rapat dan segala permasalahan itu, lalu kau pergi
jalan-jalan, seorang diri saja, tak ingin diganggu.
Hyaaaaa….
Cukup-cukup.
Silakan temen-temen tuliskan sendiri apa yang teman-teman lakukan apabila
berada di situasi sulit seperti itu.
J J J
Senyum
dulu, ah :D
Yang
pasti, kawan. Satu hal yang ingin kutegaskan. Bukan untuk menasihatimu, tapi
lebih untuk diriku sendiri yang masih polos, naïf, dan berlumur dosa ini. Ini
hidup, kawan. Nggak hidup namanya kalau nggak ada masalah. Nggak seru, men!
Gitu kata orangtua. Ya… satu fakta yang harus kita terima, siap atau tidak:
bahwa selama kita hidup, amanah-amanah itu akan terus menyapa. Ya, mau kita
lari sekenceng apapun, sampe jepang, yang namanya amanah dia tetep say hello ke
kamu, ke aku . dan, kita mau ngumpet kayak apapun, dimanapun, yang namanya
perasaan ‘memiliki tanggung jawab’ itu nggak akan bikin ngumpet kita sejahtera,
hehe…
Seorang
kawan, pas mumet sama amanahnya pernah bilang,
“Ah,
kalau gini rasanya pingin ngilang aja.” Ya, syukur-syukur ngilang, tapi pada
akhirnya kita tetep balik lagi, mak cliiing kembali, kan?
Yaa..
ibroh dari tulisan nggak jelas kali ini adalah aku ingin berbagi padamu, kawan.
Bahwa, rehat –istirahat- -quiet- sebentar itu boleh. Refreshing itu ndak haram,
asalkan baik dan memberikan kemanfaatan. Adakalanya ketika kita suntuk dan
benar-benar tidak ingin diganggu, lalu kita membuat gua kita sendiri dan
menetap di sana untuk beberapa waktu. Ya, itu sah-sah aja, itu boleh.
Yang
pasti, itu semua akan mengindikasikan kalau kita memanglah masih manusia, bukan
malaikat yang nggak pernah capek dan futur. Baiklah, segitu aja deh buat hari
ini.
Masih
lelah dengan amanah? Istirahat, Bro, bentar aja, jangan lama-lama. Abis itu,
jangan lupa segarkan diri dengan siraman2 tilawah dan sholat sunnah, atau
jalan-jalan sore untuk berdialog dengan diri. Setelahnya, cliiing… kau bisa
tampil prima dan menginspirasi lagi: menjadi dirimu sendiri, yang ceria, yang
semangat, yang smart, yang shalih, dan shalihah…
Markas Kepompong –rumah Ibu Bapak-
Senin,
14/9/13 , 21.30 WIB
Taukah engkau, saat aku mulai
nyut-nyut dengan amanah, salah satu obat manjur adalah pulang ke rumah. Rumah
ibu bapak tentunya, aku belum punya rumah. Aku bisa jadi kepompong seperti
apapun yang aku mau. Kamu, gimana?
Komentar
Posting Komentar
Bismillah..
Sahabat, mohon komentarnya ya..
-demi perbaikan ke depan-