Manusia ‘Luar Biasa’ yang Luar Biasa

Oleh: Rizki Ageng Mardikawati

           Sebenarnya, aku tak tahu betul siapa namanya. Dari pertama melihatnya hingga detik ini pun aku tak tahu siapa namanya. Dan aku pun heran, kenapa aku tak menanyakan padanya, siapakah namanya.Atau setidaknya pada orangtuanya, atau pada adik-adiknya yang satu sekolah denganku. Ah, entahlah. Mungkinkah aku terlalu terpesona? Atau malah ternganga?Aku terlalu kecil waktu itu, untuk mengerti betapa berharganya seandainya aku bisa bercakap dengannya. Aku terlalu takut waktu itu, untuk menyapa, mendekat, atau sekedar bertanya padanya. Padahal, jika saja aku sedikit ‘berani’ untukmendekati dan bertanya-tanya padanya, aku yakin ada banyak ilmu dan hikmah yangbisa kupetik dari cerita-ceritanya. Tentu saja, bila ia bisa mengucapkan kata-kata dengan sempurna...

***

         Aku tinggal di sebuah desa dalam sebuah kabupaten pinggiran. Waktu itu, aku duduk di Taman Kanak kecil (TK A).Kebetulan, tempat TK ku satu kompleks dengan sebuah Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB).Seperti layaknya anak TK kebanyakan, aku menjalani kehidupan penuh dengan canda bersama teman-temanku. Tak pernah terbesit dalam pikiranku, atau terlintas sedikit saja dalam hatiku, bahwa ada manusia-manusia ‘luar biasa’ yang ada di bumi ini juga. Luar biasa disini artinya ia memiliki sesuatu hal yang tak dimiliki oleh kebanyakan yang lainnya. Atau bahkan, karena ia tak memiliki apa yang biasa dimiliki yang lainnya. Tapi bagiku, mereka luar biasa.


         Saat bermain sepak bola dan berlarian dengan teman laki-laki di lapangan depan TK, aku menemukan orang luar biasa yang pertama. Dia sedang duduk. Tampak sedih? Tidak juga. Ia malah nampak tertawa lebar dan menikmati birunya langit. Ia menatap ke atas dan tertawa-tawasendiri. Dan ketika kucermati lebih langsung, aku kaget. Ternyata, -maaf-kepalanya besar, besar sekali. Bukan besar kepala dalam makna konotasitentunya, namun ukuran kepalanya memang lebih besar dibandingkan denganteman-temannya. Kala itu, kawan-kawan sepermainanku seringkali menertawakannya..

“Kepalagede..”

Alien..”

                Aih,terdengar jahat sekali. Dan aku pun hanya bisa diam, karena aku memikirkanmengapa ia bisa seperti itu. Kejadian yang akhirnya kutahu bahwa ia mengidaphydrosephalus, entah aku tak tahu persisistilahnya- semacam pembesaran pada bagian kepala. Kelainan. Dan disaatteman-temanku mengejeknya, aku hanya bisa diam saja. Yang aku kagum, ia takpernah marah ketika dikatai seperti itu.

                Lain lagi dengan si kepala besar,dalam SDLB itu ada pula teman yang –maaf-, ia tak bisa melihat alias buta;tunanetra. Setiap hari ia diantar ibunya ke sekolah di depan TK ku. Jikabelajar, katanya, ia memakai huruf braille,semacam huruf timbul yang bisa diraba. Ada lagi kakak yang tak bisa mendengardengan baik –ah, lagi-lagi aku harus berucap maaf-. Sebingga bulik Trini, tetanggaku yang menjadisalah satu pengajar disana harus berteriak-teriak di dekat telinganya untuksekedar mendapatkan respon jawaban darinya.Ah,kasihan sekali. Aku saja menutup telingaku rapat-rapat saat bulik Triniberteriak keras, namun si kakak itu tetap saja kesusahan mendengarkannya.

             Tak hanya tiga, namun ada satusekolah! Orang-orang luar biasa seperti mereka, yang tergabung dalam sebuahSDLB, padahal kebutuhan mereka berbeda-beda. Ada yang tak bisa melihat, satudua. Ada yang pendengarannya terganggu, ada pula yang tak bisa mengucapkansepatah kata pun. Aku tak habis pikir, bagaimana mereka bisa belajar dalam satukelas? Efektifkah? Mendapat sesuatu yang baru dan membelajarkan mereka kah? Ah,aku selalu saja ingin tahu. Namun hingga saat ini, aku belum pernah sekalipunmemasuki ruang kelas cinta mereka. Aku penasaran hingga kini.

***

           
Diantara sekian anak-anak Luar Biasa yang rata-rata usianya lebih tua dariku ini, ada satu orang yang begitumenarik perhatianku. Hampir setiap hari aku melihatnya. Tentu, kala aku masihTK dan naik ke jenjang Sekolah Dasar (SD) waktu itu. Yang kutahu, ia adalahwarga RT 2 di dusunku. Ada lagi satu informasi yang kudapat tentangnya,Bapaknya seringkali kerumahku, untuk menemui Bapak. Biasanya, merekamembicarakan perihal ternak dan makanannya. Lagi-lagi, aku tak tahu siapanamanya, dan tak berani menanyakan namanya. Pada Bapaknya sekalipun.

               Yang kutahu betul, ia adalahperempuan. Lebih tua dariku tentunya. Kata Ibu, usianya adalah usia kelas 6 SekolahDasar normal, tapi di SDLB ia diletakkan di kelas satu terus. Hingga aku lulusTK dan naik ke tingkat SD pun, dia tetap saja kelas satu SDLB. Orangnya cantik,dan murah senyum. Hampir setiap hari aku bertemu dengannya. Namun, aku selalusaja tak berani menjejeri langkahnya. Apalagi, untuk berjalan melenggangmendahuluinya. Ia yang berangkat sekolah sendirian itu, menggendong sebuah taspunggung berwarna pink dan bergambar boneka barbie. Dan uniknya, ia selalumembawa payung ke sekolah. Entah untuk sekedar dibawa saja, atau untuk menuntunjalannya. Baik hari sedang cerah maupun mendung, ia selalu melenggang jalandengan payung kesayangannya itu.

Aku, waktu itu aku masih kecil,sempat heran. Kenapa si-mbak selalu berjalan sendirian? Disaat aku berangkat kesekolah di TK kecil bergantian diantar oleh ayah, ibu, atau nenekku, dia selalusaja berjalan sendirian. Hingga aku naik ke kelas satu SD pun, ketika aku sudahmampu berangkat sekolah sendiri tanpa takut-takut lagi, ia juga masih tetapsama: masih berjalan menuju sekolahnya dengan berjalan kaki. Sendirian.Pikiranku waktu itu adalah; kemana orangtuanya? Tak adakah yang mengantarnya?Apa sih, kekurangannya, ia begitu cantik dan sempurna. Dan aku masihbertanya-tanya hingga aku benar-benar jarang melihatnya lagi seiring denganberjalannya waktu: naik tingkat ke SMP dan jenjang berikutnya. Apa kabarnya?

***

     
      Sudah lama aku tak menjumpaimereka, orang-orang luar biasa itu. Hingga aku duduk di bangku kuliah, suatuhari aku menemukan seorang yang kesulitan menyeberang dan dibantu olehtemannya. Dia, -maaf-, seorang tunanetra. Dan ternyata, ia seorang mahasiswi.Berkuliah di universitas yang sama denganku. Dan yang luar biasa, adalah ketikakuperhatikan wajahnya: ia tampak bahagia! Ia tersenyum senang menjalani kehidupannya.Allah... aku meleleh.

                Suatu ketika, aku sedang mengadakankunjungan bersama dengan teman-teman rohis fakultas ke fakultas lain. Akumenemukan orang luar biasa lagi disini. Dia, seorang mahasiswa sekaligusaktivis dakwah di fakultas itu. Dan lagi-lagi, ia tampak berbahagia danmenjalani peran-peran yang dapat ia ambil dalam organisasi itu. Allah.. akumeleleh lagi. Begitu banyak Engkau tunjukkan kuasa-Mu, hamba-hambaMu yang meskihidup dalam kekurangan namun tak pernah sesal dan kecewa, justru mereka sangatmenikmati kehidupannya lebih dari apapun.

***

                   Ya. Mereka, orang-orang luar biasayang benar-benar luar biasa itu. Mereka tentunya tak pernah tahu sebelumnya,bahwa tubuh yang mereka miliki ternyata tak seperti yang lainnya. Merekatentunya tak pernah menyangka sebelumnya, bahwa ternyata ada yang tak merekamiliki dalam fisiknya yang kurang sempurna: tak sama dengan yang lainnya.Namun, siapa yang ingin? Ketika mereka membuka mata pertamakali, keadaan inilahyang mereka jumpai. Mereka tak pernah meminta, mereka hanyalah menerima.Sederhana saja: menerima. Walaupun mungkin, saat mereka lahir, ada tangisanmembuncah di kanan-kirinya. Tangis siapa? Orangtuanya, dokter dan perawat yangmembantu proses kelahirannya. Tangis sebab apa? Bisa jadi, karena bahagia telahmelahirkan seorang bayi mungil yang didamba selama ini. Namun, mungkin jugatangis sedih karena yang kini dihadapinya adalah seorang bayi mungil dengantampilan yang tak sempurna...

              Dunia ini, beragam penghuni. Adayang berhati baik, lalu setengah baik, lalu baik sekali. Sebaliknya ada yangkurang baik, tak baik, atau bahkan tak baik sama sekali. Tak baik ini bisa jadidikarenakan tertutupnya hati akan kebenaran, perasaan jiwa yang tak mau melihatkeburukan dan kecelakaan dalam kehidupan, atau bahkan yang terlalu ketakutanakan masa depannya. Ya, tak ada seorangpun yang tahu persis apa yang ada dalamhati seseorang, apa yang dipikirkan dan dirasakan. Seperti kelahiranmanusia-manusia luar biasa ini. Mungkin, ada orangtua-orangtua berhati malaikat,yang ketika mereka tahu bahwa anaknya memiliki keterbatasan dan fisik yang taksempurna, mereka tetap bahagia. Mereka mensyukurinya, lalu merawatnya dengansebaik-baiknya. Mereka, para orangtua berhati malaikat itu, tentunya merasasedih dan pedih melihat kondisi putranya. Yang mereka takutkan bukanlah tentangdiri mereka sendiri, melainkan kebahagiaan dan masa depan si anak, karenamereka begitu mencintainya. Lalu mereka memberikan cinta mereka seluruhnya,dengan loyal, dengan kepasrahan kepada Yang Maha Menciptakan. Si anak, tentu saja bisa tumbuh optimal meskipun tetap saja tak se-optimal anak normal yanglainnya, namun setidaknya mereka mendapatkan perhatian. Mereka mendapatkankasih sayang. Cinta.

             Namun disisi yang lainnya, ternyata ada yang tak bisa menerima takdir dengan semestinya. Ketika melihat yangdilahirkannya tak seperti yang digadang-gadang sebelumnya, mereka segeramembuang muka. Tak mau membersamai darah daging yang telah susah payahdibawanya berbulan-bulan. Jahat? Ah,entah, Allah lebih tahu apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Berbaik sangkasaja, mungkin saat itu mereka sedang khilaf. Lantas manusia mana yang tegamembuang bayinya ke panti asuhan, karena tak tahan. Atau memberikannya padayang lainnya yang mau merawatnya. Bahkan, lebih mengerikan lagi, ada yangmembuang bayinya ditempat sampah atau bahkan membunuhnya! Naudzubillah, aku tak bercanda, kawan. Sering kutemui dalam headline news di koran dan televisi.Alangkah mengerikannya. Dosa apa mereka hingga harus diperlakukan seperti itu?Orangtua mana yang tega melakukannya? Sedang tertutupkah hati mereka? Allah..bukakanlah pintu hidayah untuk mereka..

***

                  Yang pasti, kawan... tugas kitasebagai teman dan sesama manusia adalah untuk selalu mendukung keberadaanmereka. Bukankah mereka tak pernah merugikan kita? Mereka tak menyakiti kita,mereka tak jahat pada kita, dan mereka sama sekali tidak akan pernahmembahayakan kehidupan kita. Lantas, mengapa kita harus menjauhinya? Mengapakita tak mendekatinya, menggenggam erat tangannya dan berkata bahwa harapan ituakan selalu ada? Ya, selama matahari terus bersinar, dan kita tetap berjuang.Bila kita lihat keberadaan kaum disabilitas di negeri lain, Jepang misalnya.Begitu besar perhatian dan penghargaan sehingga dibuatkan kendaraan khusus,jalan khusus, fasilitas khusus, dan tentu saja, pelayanan khusus. Mengapa kitatak melakukannya? Yang mereka butuhkan adalah sapaan, bukan makian. Yang merekabutuhkan adalah keprcayaan, bukan malah ditinggalkan sendirian. Yang merekabutuhkan adalah teman, ya, hanyalah teman...

              Sahabat, bukankah Allah telahmenciptakan alam ini dengan sempurnanya. Berbeda? Itu adalah persoalan yangbiasa. Bisa jadi, mereka, orang-orang yang luar biasa itu memiliki kelapanganhati yang lebih daripada manusia yang lainnya. Mereka, bisa jadi mempunyai hatiyang sangat baik, putih, bersih, suci, dan jauh dari prasangka. Mereka, bisajadi lebih mengerti, lebih paham dan lebih kuat dalam menjalani kehidupan.Mereka, boleh jadi memiliki kelebihan, banyak kelebihan yang luar biasa jikadikembangkan, melebihi kemampuan rata-rata yang dimiliki oleh manusia padaumumnya. Lantas, mengapa masih tak mau menyapa? Mengapa masih saja berdiam diridengan seribu satu amuk prasangka? Kita sama, sungguh. Kita sama-samaciptaan-Nya, dan sudah menjadi kewajiban kita untuk saling mengenal lalu bantumembantu meringankan beban saudara.

               Maka, yang harus jelas-jelastertanam dalam pikiran kita adalah, bahwa kita ini sama. Jika saja berbeda,percayalah, hanya sedikit sekali perbedaan itu. Karena Allah, Tuhan Yang MahaCinta tak akan pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Pasti ada hikmahdalam tiap ciptaan dan perencanaan-Nya. Ya, selalu ada mutiara yang bisa diolahmenjadi hal yang berharga. Sekali lagi, bisa jadi dengan keterbatasan yangmereka miliki, Allah justru meninggikan derajat taqwa mereka. Jika mereka maubersabar.

               Mengapa harus peduli dan berbagi?Karena kita sejatinya sama, karena kita sama-sama punya mimpi. Mungkin,keterbatasan mereka terkadang membuat mereka sedikit berkecil hati. Lalumenunduk pasrah dengan dagu kebawah. Hati mereka berdesir, “Bagaimana mungkinaku dapat meraih mimpi ditengah keterbatasan ini?”. Nah, baiklah kawan, kitapunya andil disini. Sebagai sesama, untuk saling menguatkan dan mengulurkantangan. Dekati mereka, dengarkanlah mereka, dengarkanlah mimpi-mimpi mereka.Lalu jika kau bisa, bantu, bantu, dan bantu. Bantu untuk mewujudkannya. Bantuuntuk merealisasikannya. Mungkin mereka tak pernah meminta, namun kitalah yangharus sedikit peka. Ya, sedikit saja.

                 Bagi kawan-kawan yang dianugerahitubuh normal, fisik kuat, jasmani dan mental kuat, bersyukurlah. Karenasesungguhnya, waktu hidup di dunia terlalu sebentar untuk digunakan sendiri.Berbagilah, maka keajaiban-keajaiban itu akan datang sendiri. Jangan pernah takutbahwa kebutuhan sendiri tak akan terpenuhi jika kita juga mengurusi yanglainnya. Jangan takut berbagi, jangan takut memberi. Mereka membutuhkan kita,senyuman kita, sapaan hangat kita. Mereka, manusia-manusia luar biasa ituselalu menanti kehadiranmu, jabat erat tanganmu, dan seulas senyum tulus yangkau buat dari dalam lubuk hatimu. Ya, berikanlah sedikit saja kelapanganhatimu; untuk menerima mereka, untuk menajdikan mereka sahabat-sahabat yangmenginspirasi dan luar biasa..

                       Untuk sahabat-sahabatku yang luarbiasa, Allah tak akan pernah membebani kita dengan cobaan diluar bataskemampuan hambaNya. Ia yang menciptakan, Ia juga yang paling tahu apa maksuddibalik semua ini. Jangan pernah menyesal telah terlahir di dunia, karenasesungguhnya hadirmu telah membawa sebenar-benar pelita. Kau tetap mempesonadengan segala kelebihan-kelebihan yang telah dicipta, spesial untukmu saja. Kaumasih bisa bermimpi dan meraih asa, karena sesungguhnya tiada yang tak mungkindi dunia ini. Selama matahari bersinar, selama kita masih berjuang, yakinlah,selalu ada secercah harapan yang membahagiakan. Jangan takut bermimpi!Terimakasih telah mengajariku banyak hal; tentang syukur, tentang bahagia yang sederhana, tentang memaksimalkan potensi, semuanya. Senang bisa mengenalmu. 

Komentar