Bismillah...
Dengan mata perih –karena sok2an lembur tiap hari- mencoba memaksa jemari
untuk kembali menuliskan apa-apa yang tertuang di dalam hati. Karena, saat kita
memiliki banyak ide namun tak kita tuliskan, semuanya akan menguap hilang. Lalu
kita lupa, kembali berjibaku dengan dunia kita dan menemukan inspirasi yang
lainnya. Nah, #catat! #ikat!
Kali ini, tentang
manajemen lelah. Entahlah, tak terhitung dari kita yang telah merasakannya.
Rasa lelah itu. Siapa sih, yang nggak pernah lelah? Hampir semua pernah merasakannya.
Berceletuk mengeluh saat lelah? Itu manusiawi, tenang saja.
Teringat beberapa kata-kata dari teman,
“Pagi syuro, kuliah, nanti ada apa
gitu lagi. Tiap hari kaya’ gitu. Kapan istirahatnya?”
“Mbak, aku capek. Jangan kasih aku
amanah lagi.”
“Aku benci diriku. Diri yang tak
bisa mengatur waktu. Maafkan aku yang seringkali absen dalam agenda2.”
Ya, celetuk itu, manusiawi. Sangat manusiawi.
Bicara tentang lelah:
Semuanya pasti lelah! Bicara tentang berjubelnya amanah: Ya, semua orang saat
ini kukira sedang berjuang menghadapinya, yang amanah datang bak banjir di
siang hari. Usai satu, datang yang lainnya. Begitu seterusnya. Lelah? Tak apa.
Jika ia mengantar kita pada perbaikan, mengapa tidak?
Kita patut bersyukur
jika saat menghampiri pintu kos dan membukanya, kita merasa seluruh badan kita
letih. Mata kita perih. Ya, mungkin akibat rodi-rodi sejak semalam tadi, entah
mengerjakan apa, pastikan itu positif. Sedang siangnya, kita bekerja
profesional di tengah lautan manusia: Menjadi mahasiswa, mengais ilmu, menata diri
dalam proker organisasi, maupun mengejar targetan-targetan pribadi. Kita patut
bahagia, jika kita merasa waktu kita tak cukup. Lalu kita minta Allah untuk
memberi 30 jam lebih banyak dalam sehari, atau 40 atau 50 mungkin. Ya, karena
kita merasa 24 jam tak lagi cukup karena padatnya aktivitas. Kita patut
berterimakasih, jika bahkan kita pernah meminta, “Bagaimana seandainya aku jadi
amoeba?” bebas membelah diri, lalu bisa mengikuti semua list agenda dengan
bahagia. Ya, kita patut bersyukur jika kita mendapati tubuh kita yang letih ini
hanya menyisakan energi sisa-sisa ketika menjumpai kamar kos. Rehatlah, lalu
isi malammu untuk menghadapi esokmu.
Mengapa harus bersyukur? Kau tahu kawan, di luar
sana masih banyak teman kita yang tak pproduktif dengan waktu luangnya. Ingat,
hakikat waktu luang itu hanya dua: Jika kau tak mengisinya dengan kebaikan, kau
pasti sedang disibukkan dengan kemaksiatan. (itu kata mbak tutorku satu
setengah tahun yang lalu). Di luar sana, banyak orang yang sibuk mengikuti seminar
ini dan itu karena merasa hidupnya kurang bermakna dan hampa. Dengan segala
kesibukan kita saat ini, kurang apa coba?
Tentang rasa lelah ini, aku teringat kata Ustad Rahmat Abdullah yang begitu
fenomenal,
“Teruslah
bergerak hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah
berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah
berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah
bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah
berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu”
Ya, terus dan terus berjalan. Kuncinya adalah itu.... MOVE ON!
Sampai lelah itu lelah mengikuti kita. Sampai bosan itu bosan mengejar
kita. Sampai letih itu letih membersamai kita. Sampai futur itu futur menyertai
kita. Samai lesu itu lesu menemani kita.
Teringat juga jargon
SKI tercinta, “Laa Rohah lil mukmin illa fil jannah.” Tiada istirahat bagi
seorang mukmin kecuali di surga. Seorang staff pernah nyeletuk dan bertanya,
“Hah, lalu kapan istirahatnya? Nunggu kalo’ udah di surga?”
Ya, bisa jadi. Intinya, jargon ini mengajarkan kita untuk tak tunduk pada
lelah. Tak terkekang oleh amarah. Tak terpenjara oleh benci. LAWAN!
Di akhir, saya ingin
menuliskan sebuah sms yang saya dapatkan dari someone special (sebut saja MR
saya) di kala saya padat amanah dan merasa lelah. Kurang lebih isinya seperti
ini:
“Buat kamu yang lagi ketiban amanah yang berjubeeel banget. Mbludak kaya’ banjir dan berasa alieb karena menurutmu ini ‘bukan gue bangets’. Bersabarlah, Allah tak pernah memilih pundak yang salah.”
Hya. Begitu saja sih. Bahkan, seorang pembicara dalam suatu forum pernah
berkata,
“Jika boleh saya meminta, saya akan minta pada Allah untuk mati syahid
dalam keadaan lelah! Lelah untuk kebaikan.”
~jleb.
Ya, buat kita-kita yang masih saja seringkali merutuki amanah, atau diri
yang nggak beres, atau dhon-dhon lain, percayalah: Lelah itu akan segera
hilang, dan kebaikan akan segera bertumbuh dari kelelahanmu. BERSEMANGATLAH!
Ganbatte ~.~
Usai
merasa kelelahan, 31/10/2013
Didalam gemuruh
cita-cita perjuangan
Berbekal semangat keadilan
Akan terwujudnya kesejahteraan
Mari kita tumbangkan kedzaliman
Bersama –sama kita saling bergandengan tangan..
Mari tunaikan panggilan Illahi
Melepaskan negri ini
Berbekal semangat keadilan
Akan terwujudnya kesejahteraan
Mari kita tumbangkan kedzaliman
Bersama –sama kita saling bergandengan tangan..
Mari tunaikan panggilan Illahi
Melepaskan negri ini
Dari
tangan-tangan tirani
Ayo mari tegakkan bangunan kebenaran..
Semai keadilan di bumi pertiwi
Dengan satu tekad…yang kuat tertancap…
Ayo mari tegakkan bangunan kebenaran..
Semai keadilan di bumi pertiwi
Dengan satu tekad…yang kuat tertancap…
ALLAH tujuan
kita….
(Tekad Perjuangan, ShouHa)
Komentar
Posting Komentar
Bismillah..
Sahabat, mohon komentarnya ya..
-demi perbaikan ke depan-