Ingin

Dan ketika ingin merangkul semuanya,
lalu tak tergapai dan timbullah penyesalan di dalam dada,
Aku segera tersadar, pemakluman-pemakluman ini datang,
Ah, tanganku kan hanya dua, wajar saja.

Lalu ketika ingin mendatangi semuanya,
Ingin menyapa hangat satu-persatu wajahnya,
ingin menyambangi tempat-tempat jauh yang berbeda, 
tapi tek terlaksana,
Aku pun tersadar.
Ah, kakiku kan hanya dua, wajar saja.

Dan saat ingin memikirkan semuanya,
Tak ingin menorehkan luka pada satu, sementara yang lain gembira,
Ingin adil, dengan porsi yang sama,
Namun tak juga terpikirkan,
Aku pun tersadar, kepala -otak ini- hanyalah satu, wajar saja.

Pun, saat ingin menguatkan semuanya,
menyapa hati-hati yang rindu dikuatkan,
Melihat hati-hati yang butuh disemangati,
Lalu ternyata ada hati yang tak terjamah -timbul kecewa-
Dan ada satu hati yang kadang terlupa -hati kita sendiri-
Aku pun tersadar, hatiku ini hanya satu, perasaan pun sama, jadi wajar saja.


Lalu, saat ingin menjadi tumpuan -kakak-sahabat-adik-teman-yang baik-
Ingin satu persatu menemui mereka,
Mendengarkan keluhannya,
Mendengarkan masalahnya,
memberikan solusi dan semangat padanya,
Namun tak semua terealisasi sesuai rencana,
Aku pun tersadar, raga ini hanya satu, wajar saja.

Dan saat ego-ego itu datang: Hai, mana buatmu?
Hai, mana hak-mu?
hei kau, tak kau penuhi untuk hal yang paling mendasar: dirimu sendiri?
Diri itu, kau biarkan terlunta,
Raga itu, kau buat kerja paksa,
Pikiran itu, kau biarkan banyak cabang dan ranting,
Dan hati itu, kadang kau buat mati rasa -untuk memahami pemakluman-pemakluman itu padamu.

Tidak!
Tangan ini, kaki ini, pikiran ini, raga ini, semuanya: itu bukan punyamu saja.
Ada hak yang lain di dalamnya,
Ada titah Allah yang harus kau lakukan sebagai manusia.

Kau ingin bermanfaat, kan?
Dua tangan ini luar biasa, gunakanlah
Dua kaki ini, sungguh kuat: berjihadlah!
satu otak ini, bisa dipakai untuk memikirkan banyak hal: keluarkan potensimu!
raga ini, sungguh membutuhkan kegiatan: penuhilah!
Hati ini, adalah pondasi semuanya: rawatlah, berilah nutrisi, siram dengan air dan pupuk kebaikan!

Ya. Dan saat kau merasa lelah, bergegaslah dengan mengingat: lelah itu hanya sementara, sedangkan kebaikan itu kekal abadi.

Lantas, mengapa masih ragu dan bermalasan jika kita sudah meyakini inilah jalan itu?
tegarlah!

Usai itu, 24 Oktober 2013

Komentar