Surat untuk Sahabat Palestina*

oleh:
Rizki Ageng Mardikawati

Kawanku, apa kabarmu di sana?
Kemarin terakhir kau berkirim surat, kau berkata bahwa kau baik-baik saja
Meski aku tahu, kau tak lagi punya apa-apa
Tak ada yang tersisa
Ayahmu, Ibumu, semua gugur sebagai syuhada
Adikmu? Kakakmu?
Semuanya menjemput syahid dengan senyum bahagia
Rumahmu?
Sudah lama dikau tak lagi menempatinya
Terlalu indah, walau kini telah tiada, tak tersisa, begitu katamu
Indah karena kenangan keluarga, indah karena di sana begitu banyak cerita



kawanku, sudahkah engkau makan hari ini?
Terakhir kau berkirim surat, kau berkata bahwa saat ini kau sedang bahagia
Bahagia karena telah berpuasa berturut-turut setahun lamanya
Dengannya, adikmu bisa makan cukup seperti biasa
Perutku sudah biasa, lambungku tak bakalan meronta, begitu katamu
Di suratmu kemarin, yang kau kirim padaku dengan suka cita

Kawanku, bagaimana kondisi di sana?
Ketapel api- yang kau ceritakan padaku- di surat kemarin
Masihkah kau menggunakannya?
Meringsek maju bersama para orangtua
Mencoba membela teman-teman desamu, negaramu Palestina
Saat orang-orang berbaju besi dan bersenjata itu datang
Saat kalian tengah hafalan
Menambah ayat-ayat cinta dalam ingatan

Kawanku, masihkah kau tersenyum bahagia?
Seperti yang kau ceritakan di suratmu kemarin
Bahagia karena kau yakin bahwa tanahmu, Palestina suatu saat akan merdeka
Bahagia karena kau yakin janji Allah adalah nyata
Bahagia karena kau yakin Allah tak akan pernah menyia-nyiakan hambaNya
Ya, keyakinanmu membuatku semakin merindumu

Ingatkah kau, kemarin kau bercerita dalam surat itu
Bukan luka yang akan menjadi derita
Bukan sengsara yang akan menjadi nestapa
Sengsara yang sesungguhnya adalah saat kau tak lagi memiliki hati
Seperti yang dilakukan pasukan berseragam yang menembaki teman-temanmu
Maka jikalau boleh memilih, kau berkata : Aku tetap memilih menjadi pemuda palestina
Ya, karena tersedia banyak pahala di sana
Bukankah janjiNya lebih memikat jiwa?
Daripada memenuhu hawa nafsu semata

Berjuanglah temanku, sobat palestina... janjiNya nyata..

*Puisi ini telah diterbitkan dalam antologi puisi ~Terpenjara dalam Negeri Sendiri (Event Penerbit Alif Gemilang Pressindo 2013, solidaritas untuk Palestina)

Komentar