Bismillahirrahmanirrahiim..
Malam ini,
setelah sekian lama tak menulis.. kuberanikan diri untuk kembali menggoreskan
huruf demi huruf di layar laptop kesayanganku. Laptop yang terkadang kudzolimi
karena harus menyala sepanjang hari.. entah itu untuk mengerjakan tugas, amanah
lembaga, menulis, sekedar bermain fb dan blog, bahkan aku biarkan menyala
padahal pemiliknya tak lagi menyala (baca: sudah tidur)
Ditemani
tumpukan tissue yang semakin menggunung, hidung memerah, dan kepala sedikit
cenut-cenut –efek pilek hari pertama- , kipas yang terus berputar walaupun
dingin: sekedar mempersilakan nyamuk untuk pergi sejenak dengan terhormat tanpa
harus memitasnya. Di sampingku, sahabatku si eneng, sudah tidur terlelap sambil
memeluk buku karangan Andhyka P.Sedyawan –apa ya judulnya? :O-
Hari
ini, yang merupakan akumulasi hari-hari sebelumnya, menyimpan beribu inspirasi
dan misteri. Terlalu sayang untuk tidak mendokumentasikannya. Mulai dari mana,
ya?
Berawal
dari chattingan dengan seorang adek kelas, aku kembali teringat pada sebuah
kosakata yang dulu sering kugunakan. Kesabaran. Perhatian. Persahabatan. Mereka
saling berkaitan. Dan ada yang harus menjadi pengait diantara ketiganya: hati.
Jumat lalu juga sempat aku membicarakannya dengan kawan-kawan lingkaran cinta.
Setiap
diri kita pastilah memiliki masalah. Apapun itu. Sekecil apapun. Karena, bukan
hidup namanya jika tanpa masalah. Masalah lah yang terkadang mendewasakan kita.
masalah yang mengajarkan kita untuk belajar menyelesaikannya, dan pasti kita
bisa melewatinya, dengan cara yang berbeda-beda.
Sudah
menjadi rahasia dunia, kodrat alam semesta. Bahwa kita, manusia diciptakan
dengan memiliki perasaan dan setumpuk keinginan. Ada kalanya kita butuh
sendiri, merenung dalam sepi, menghayati diri sendiri: siapakah aku ini? Sejenak
menjauh dari keramaian dan bertanya pada nurani, berdialog dengan hati. Menemukan
ruh dan mulai menucap cinta pada sang Maha pemberi Cinta. Ada kalanya pula, kita butuh teman. Kita butuh
seseorang untuk menguatkan kita, atau sekedar mendengarkan kita. keluh kesah
kita. sifat manja kita. tingkah laku konyol kita. Setiap dari kita mutlak
membutuhkannya, dan kita tak mungkin menghindarinya.
Tak
hanya satu jiwa yang merasakan hal itu. Namun tiga, lima, tujuh, seribu,
semuanya. Semua manusia membutuhkannya! Kebutuhan untuk berbagi, untuk membagi,
untuk mendengarkan, untuk didengarkan. Ya.
Terkadang,
di saat jiwa kita sedang suntuk, dateline amanah bertumpuk-tumpuk, cucian
setrikaan di kamar kos seakan mau menimpuk, dan di luar sana kita sedang
ditunggu oleh hiruk-pikuk, ada yang datang pada kita. Minta bantuan kita.
Meminta kita untuk mendengarkannya. Merasakan keluhannya, menampung
kesedihannya. Ada dua opsi sebenarnya, menolak atau menerima dengan penuh
kelapangan dada. Datanglah, kawan. Aku ada untukmu.
Banyak
yang mengadu cerita pada kita. menceritakan kepenatan-kepenatannya yang tak ada
kaitannya sama sekali dengan kelangsungan hidup kita. berbicara panjang lebar
ditengah waktu yang terus mengalir: kita juga punya kepentingan lain. Mereka
terus saja, silih berganti berdatangan, menceritakan masalah-masalahnya, yang semakin
mebuat sempit dan sesak dada kita. seakan kita meronta: Aku juga punya masalah,
kawan! Aku juga punya kehidupan, bahkan lebih sulit darimu! Aku punya masalah
yang jauh lebih besar daripadamu!
Namun,
agaknya tak bijak bersikap seperti itu. Itu bukan ukhuwah, itu bukanlah cinta..
Cinta itu tak pernah meminta, namun ia selalu mepersilakan.. maka jika
hati-hati kita kita isi dengan cinta, apapun itu, terima..
Seorang kawan pernah berkata,
Masalah-masalah yang diceritakan
kawanmu, dengarkanlah..
Berilah solusi dan penyemangat
diri..
Sementara itu, biarkanlah angin
menerbangkan masalah-masalahmu..
Seolah lupa mereka pernah singgah
di dalam hatimu..
Ya.. biarkanlah mereka terbang
oleh angin..
Atau, ceritakan pada pemilik
hatimu..
Ya,
kawan. Begitulah manusia. Dan beginilah kehidupan. Wanita lebih banyak ingin
didengarkan, maka luangkanlah waktu untuknya, mereka hanya ingin didengar,
karena itu akan melegakan perasaan dan melebur kesedihan. Dan kaum adam, mereka
hanya butuh dukungan. Maka jika diminta, berilah dukungan setulus hatimu. Dukungan
yang menunjukkan dalam kebaikan, bahwa yang mereka lakukan adalah benar jika
memang benar.
Ya,
kawan. Tanamlah padi, jangan menanam rumput. Karena padi pastilah menghasilkan
rumput di sekitarnya, namun tak begitu dengan rumput. Ia akan bertumbuh tanpa
menimbulkan padi. Kesabaran, kawan… dan perhatian.. bukankah para pendahulu
telah mengajarkan cinta, bahkan ada yang mengatakan bahwa tiada sempurna cinta
seorang manusia, sebelum ia mampu mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai
dirinya sendiri.
Maka, lebarkan sayapmu,
Kepakkan asamu,,
Terbanglah..
Dengarkan cerita kawanmu.. walau
hati kita sebenarnya juga sedang pedih. Bukankah cara terampuh untuk mengusir
kesedihan adalah dengan menghibur teman yang sedang sedih? Karena secara tak
langsung, kita sedang berkomunikasi dengan hati kita, memotivasi diri sendiri.
Ya, kawan..
Cintamu terlalu indah untuk kau
nikmati sendiri,
Maka bagilah cintamu..
Berikan pada sesama..
Tebarkanlah..
Agar cinta itu berbuah kebaikan
yang menghasilkan ribuan kebaikan yang lainnya..
Sedikit perhatian, akan
menumbuhkan energi.. bangkitkan energi itu! Bangun kepercayaan dan berbagilah
kebahagiaan..
Optimislah: jangan takut untuk
berbagi!
~Aku percaya, aku bisa
melewatinya!~
Rizki Ageng Mardikawati
Peralihan dari Sabtu-Ahad
Selesai 12.22
10 Juni 2012
Great posting mbak Rizki! Salam kenal :)
BalasHapusAlhamdulillah, terimakasih mbak Ika#9.. semoga bermanfaat ^_^ salam kenal juga :)
BalasHapus