Pemuda
Taqwa, Cerdas Berkarakter, dan Penuh Cinta: Onderdil Tangguh Harapan Bangsa
Perangi Degradasi Moral untuk Menggapai Indonesia Bahagia
Oleh:
Rizki Ageng Mardikawati
PENDAHULUAN
Saat ini Indonesia sedang digoncang.
Akhlak dan karakter pemudanya yang makin merosot dari hari ke hari. Seks bebas,
narkoba, perilaku buruk, perkataan kotor, rasa hormat yang luntur, dan lain
sebagainya. Berbagai kemaksiatan dan keburukan dilakukan dan dianggap sebagai
suatu hal yang biasa. Padahal, ketika suatu keburukan telah dianggap menjadi
sesuatu yang biasa, tentu ada hal yang salah. Ada yang harus dibenarkan dan
diluruskan. Pemuda, adalah harapan bangsa. Ia adalah yang menggerakkan onderdil
jantung kehidupan bangsa. Apalagi jika ia adalah pemuda Islam, yang tak hanya berkontribusi
untuk diri dan negeri. Namun ia memiliki motivasi yang tiada henti: Ridho
Illahi. Pemuda-pemuda seperti ini sangatlah penting untuk mengentaskan
degradasi moral masa kini.
Kondisi masa kini: Degradasi moral
dan akhlak pemuda.
Saat ini, setiap hari kita disuguhi
oleh berbagai macam hal yang pelan-pelan mulai mengganggu pikiran. Globalisasi
yang mulai terpublikasi memang membawa bangsa ini menuju perubahan.
Perubahan-perubahan yang ditengarai dengan munculnya berbagai teknologi baru
yang canggih seringkali membawa menuju perbaikan dan kemajuan. Berbagai macam
alat komunikasi dan menjadikan dunia ini dapat dijangkau oleh siapa saja, di
mana saja, dan kapan saja. Namun tak jarang, globalisasi dari berbagai sisi
justru membawa bangsa ini jauh dari peradaban. Tertinggal dalam segi moral.
Pemuda adalah objek utama dari
permasalahan ini. Bagaimanapun juga, pemuda adalah masa-masa peralihan dari
anak-anak menjadi dewasa. Dalam masa ini, para pemuda masih mencari jati diri,
mau jadi apa mereka nanti. Sebagian telah terarahkan, dan sebagian besarnya
lagi belum tersentu sama sekali. Akhirnya, pemuda-pemuda yang tak tersentuh
oleh nilai-nilai luhur masyarakat itu terhanyut dalam arus globalisasi dan
eforia muda-mudi yang semakin menjadi-jadi.
Degradasi
moral di kalangan pemuda saat ini, seakan-akan menjadi suatu hal yang biasa.
Seks bebas, narkoba, video porno, perjudian, tawuran, pakaian yang tidak sopan,
hingga kehamilan di luar nikah yang berujung pada aborsi menjadi santapan yang
disuguhkan oleh media setiap harinya. Bukan hal yang aneh lagi melihat para
pemuda melakukannya. Pemuda keluar-masuk penjara karena tindakan kriminal, dan
lain sebagainya. Padahal, pada masa-masa perjuangan dahulu, hal tersebut
menjadi sesuatu yang tabu dan sangat memalukan. Ditengok dari segi apapun. Dari
sudut manapun. Ada beberapa aspek degradasi moral yang melanda suatu negara.
Dan Indonesia kini mengalaminya.
Menurut Thomas Lickona (Sutawi,
2010), ada 10 aspek degradasi moral yang melanda suatu negara yang merupakan
tanda-tanda kehancuran suatu bangsa. Kesepuluh
tanda tersebut adalah:
1.
meningkatnya kekerasan pada remaja
2.
penggunaan kata-kata yang memburuk
3.
pengaruh peer group (rekan
kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan
4.
meningkatnya penggunaan narkoba,
alkohol dan seks bebas
5.
kaburnya batasan moral baik-buruk,
6.
menurunnya etos kerja
7.
rendahnya rasa hormat kepada orang
tua dan guru
8.
rendahnya rasa tanggung jawab
individu dan warga negara
9.
membudayanya ketidakjujuran
10.
adanya saling curiga dan kebencian
di antara sesama. (http://akhmad
sudrajat.wordpress.com/2011/07/31/degradasi-moral-dan-prinsip-pendidikan-karakter/)
Jika ditelaah dan diamati lebih lanjut, tak hanya poin-poin
diatas yang menunjukkan adanya degradasi moral di kalangan remaja dan pemuda.
Kata-kata buruk menjadi hal yang biasa. Video porno tidak lagi menjadi sesuatu
yang haram untuk dilihat, rasa hormat luntur dan tidak jujur adalah hal yang
tak lagi diperdebatkan. Sementara itu, masih banyak persoalan yang lainnya yang
juga menuntut kita untuk membuka mata: Mau dikemanakan nasib bangsa ini kelak?
Jika pemuda-pemudanya seperti saat ini, apa yang akan terjadi sepuluh hingga
dua puluh tahun ke depan? Pemuda adalah nafas bangsa. Jika pemudanya saja
terpuruk dan terjerumus dalam lembah kesesatan, apa jadinya negeri ini?
Pemuda adalah Cinta, Sosok Harapan
Bangsa
Seperti kita semua
Setiap pejuang adalah anak zaman
Tetapi mereka menguak celah dinding sejarah
Tepat disaat mentari meninggi
Lalu peradaban menjadi lebih cerah.
(Salim A. Fillah)
Setiap
zaman mempunyai tantangan. Tantangan itu berubah dari masa ke masa. Tantangan
itu tak sama, karena medan yang dihadapi juga berbeda. Pada zaman dahulu,
pemuda dipaksa untuk mengangkat senjata. Memerangi musuh yang tampak jelas di
depan mata. Belanda datang! Dan mereka bersigap mengambil bambu runcing: siap
menjaga keutuhan bangsa. Merdeka atau mati. Pemuda-pemuda zaman itu tahu, bahwa
keberadaanmereka sangat dibutuhkan. Bahwa mereka adalah representasi dari kaum
cerdas-berkualitas yang mempunyai intelegensi dan keahlian diplomasi. Mereka
sadar bahwa negara bergantung pada mereka. Mereka tahu bahwa rakyat mendambakan
aksi mereka. Maka, mereka tak berpangku tangan. Mereka bergerak, lalu membuat
suatu perubahan.
Bukan
tanpa ruh mereka bergerak. Pemuda-pemuda zaman itu adalah pemuda-pemuda Islam.
Sebut saja Imam Bonjol, Bung Tomo, Moh.
Natsir, Moh. Hatta, Moh Yamin, Pattimura, dan lain sebagainya. Mereka berjuang
tak hanya sebatas melakukan perubahan saja, namun ada sesuatu yang menggerakkan
mereka. Ada motivasi tiada henti yang membuat mereka percaya, yang menbuat
mereka bergerak. Islam. Ya. Pemuda-pemuda yang bertaqwa dan memiliki
kepercayaan yang kuat pada Rabb penggenggam semesta. Mereka yakin bahwa
perjuangan mereka bukanlah sesuatu yang sia-sia. Mereka berjihad. Mereka yakin
bahwa mereka berada dalam koridorNya, dan perjuangan merupakan suatu
keniscayaan.
Lalu apa pentingnya gelar
Pahlawan Nasional bagi Bung Tomo, Pak Natsir dan KH Abdul Halim? Buat mereka
bertiga tentu sangat tidak penting. Karena mereka adalah pahlawan
sejati, yang berjuang ikhlas hanya berharap pahala dari Allah SWT (pahala-wan). Karena faktor keikhlasan itulah
setelah kemerdekaan diraih; para kyai, ulama dan santri itu kembali melanjutkan
amal mereka di sawah, ladang, pesantren dan lain-lain. Sementara pemerintahan
akhirnya diisi oleh mereka yang tidak ikut berjuang atau ikut berjuang tapi
tidak cinta Islam. Para pejuang kemerdekaan berjuang atas motivasi
mempertahankan aqidah dan memperjuangkan agama Allah di bumi ini. Maka ketika
adanya penjajahan yang otomatis akan merusak akidah, umat Islam bangkit
melawan. Jelas benar bahwa pejuang kemerdekaan seluruhnya adalah kaum muslimin
tidak yang lain. Hanya umat Islamlah yang memerdekakan negeri ini dari
penjajahan. Karena buat kaum muslimin saat itu perjuangan kemerdekaan
adalah jihad fi sabilillah. Mereka sangat menyadari bahwa
akan tetap hidup di sisi Allah sekalipun syahid di medan perang. (http://blog.uin-malang.ac.id/dargombes/indonesia
/kemerdekaan-ri-anugerah-allah-melalui-jihad-pahlawan-dan-pejuang-islam/ index.html)
Pemuda zaman itu begitu tahu posisi
mereka. Mereka adalah pemuda Islam, dan mereka tahu apa yang harus mereka
lakukan. Lalu, bagaimana dengan peran pemuda pada masa kini? Sebenarnya, tiap masa ada tantangannya
tersendiri. Tantangan yang dihadapi oleh pemuda masa kini tentu saja tak sama
dengan persoalan yang dihadapai oleh para pemuda di Era penjajahan. Bukan lagi
senjata yang mereka angkat, namun pemikiran. Diidentifikasi bahwa globalisasi
dewasa ini megarah pada Ghozwul Fikr. Perang pemikiran. Siapa saja yang tak
memiliki filter kuat dan kepercayaan pada Allah, tentu akan tergulir masuk ke
dalam perang pemikiran itu, dan akhirnya tak berkutik.
Pemuda adalah cinta. Pemuda adalah
yang diharapkan dan digadang-gadang oleh bangsa. Jika pemudanya baik, maka
seluruh negerinya juga akan baik. Begitu juga
sebaliknya, apabila pemudanya berkarakter buruk, maka buruklah seluruh
negerinya. Orang-orang yang membenci Islam pernah mengatakan bahwa, jika ingin
menghancurkan suatu negara, hancurkan saja pemudanya, maka akan hancur negeri
itu seketika.
Karenanya, pemuda Islam harus
bangkit! Berbekal dengan taqwa dan pendidikan yang didapatnya, kini saatnya
pemuda Islam mulai bergerak. Bukan sekedar bergerak, karena ada misi dan
motivasi yang tergerak dalam hati mereka. Bahwa mereka tak hanya berjuang untuk
diri dan agamanya. Bahwa mereka berjuang atas nama Islam dan negara Indonesia.
Mereka mereka memiliki obsesi dan ambisi.
Pemuda Taqwa, Cerdas Berkarakter,
dan Penuh Cinta: Onderdil Tangguh Harapan Bangsa Perangi Degradasi Moral untuk
Menggapai Indonesia Bahagia
Bung Karno dalam pidatonya pernah
mengatakan, “Berikan aku seribu orangtua, maka akan kupindahkan gunung semeru,
lalu berikanlah aku sepuluh pemuda, maka akan ku guncang dunia!”
Dahsyat,
bukan? Pemuda adalah onderdil bangsa. Dengan membentuk pemudanya, maka bangsa
ini akan bangun dari keterpurukan. Dengan adanya pembinaan yang intensif dan
pendidikan dari berbagai aspek, pemuda akan menjadi sosok yang kuat dan tangguh
yang siap menghadapi tantangan zaman. Tentu bukan seorang pemuda saja yang
bertanggungjawab akan negara ini, namun semua pemudanya. Sebagian besar
pemudanya, atau setengahnya, atau seluruhnya. Tanpa persatuan tak akan
didapatkan kejayaan.
“Hai orang-orang yang beriman,
bersiap-siagalah kamu dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok,
atau majulah bersama-sama!” (Q.S An
Nisaa: 71)
Jika
setiap pemuda yang taqwa, cerdas dan berkarakter Islam mampu mengajak 10 pemuda
lainnya untuk kembali ke dalam jalan Islam dan kebenaran, tentu negeri ini akan
Berjaya. Jika 10 pemuda yang diajak itu masing-masing mengajak 10 pemuda
lainnya, jangan tanyakan hasilnya. DAHSYAT!!!
PENUTUP
Akhirnya, pemuda yang menentukan.
Mau di bawa kemana negeri ini, pemuda yang bertanggung jawab. Karenanya, ayo
bangkit pemuda Islam. Sadarilah siapa diri kita dan peran apa yang mampu kita
lakukan. Bergerak, dan membuat perubahan. Kejayaan ada di tangan kita. Maka,
bangkitlah pemuda! Dengan adanya pembinaan dan bimbingan yang intensif, adalah
suatu hal yang sangat didambakan: pemuda Islam Berjaya dan menjadikan Indonesia
pada khususnya dan dunia pada umumnya untuk kembali berjaya.
DAFTAR PUSTAKA
Solikhin Abu
‘Izzuddin.2010. New Quantum Tarbiyah.
Yogyakarta: Pro-U Media
Salim
A.Fillah.2011. Jalan Cinta Para Pejuang.
Yogyakarta:Pro-U Media
Erny Kurnia.
2010. Degradasi Moral remaja Masa Kini.
Diakses dari alamat http:// sosbud.kompasiana.com/2010/06/30/degradasi-moral-remaja-masa-kini/
pada tanggal 2 Mei 2012 pukul 00.55 WIB
Akhmad Sudrajat.
2011. Degradasi Moral dan Prinsip
Pendidikan Karakter. Diakses dari alamat http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/07/31/degradasi-moral-dan-prinsip-pendidikan -karakter/
pada tanggal 2 Mei 2012 pukul 01.17 WIB
Wildan Hasan.
2010. Kemeredekaan RI Anugerah Allah
Melalui Jihad Pahlawan dan Pejuang Islam. Diakses dari alamat website http://blog.uin-malang.ac.id/dargombes
/indonesia/kemerdekaan-ri-anugerah-allah-melalui-jihad-pahlawan-dan-pejuang-islam/index.html pada tanggal 2 Mei 2012 pukul 06.10 WIB
Komentar
Posting Komentar
Bismillah..
Sahabat, mohon komentarnya ya..
-demi perbaikan ke depan-