Belajar dari rangkaian seri dan paralel: Sepertinya... Ada yang perlu diperbaiki di sini (baca: hati).. iyakah?
Bismillah..
Innallaha a'malu bi niyat..
Innallaha a'malu bi niyat..
sesungguhnya segala sesuatu itu
tergantung pada niatnya…
Indah sekali
ya, hadits Arbain nomer satu ini. Ini menunjukkan betapa pentingnya niat itu.
Niat di awal, niat adalah pijakan. Niat adalah hati. niat adalah intisari kita
melakukan sesuatu. Ya. Niat. Niat, walaupun kedengarannya sepele, namun dibalik
semua itu terkandung makna yang besar. Kenapa? Karena semua amal itu tergantung
pada niatnya. Perbuatan kita baik, tapi niat kita buruk.. untuk apa? Atau…
berlaku sebaliknya?
Ya.
Sepertinya ada yang perlu diperbaiki di sini (baca: hati). Ada yang perlu
diluruskan. Ada yang perlu dilumasi onderdilnya.. apa itu? Ya, hati ini.
Hatiku, atau hatimu. Hati kita semua.
Terkadang
kita berlari, berlari begitu jauh.. namun, kita tak tahu tujuan. Kita buta
arah. Kita tak tahu, apa sebenarnya yang sedang kita cari. Apa yang sebenarnya
kita perjuangkan. Apa yang sebenarnya menjadi motivasi terkuat dalam kehidupan
kita.
Ada beberapa
peristiwa amazing yang perlu aku tuliskan di sini. Sekedar berbagi, karena
kebahagiaan takkan lengkap tanpa dirimu kawan,, walaupun Aku+Allah = Cukup.
Namun hadirmu, doronganmu, dan motivasimu, akan menambah kuatnya kalbu ini..
sepekan ini..
Sahabat,
tahukah engkau betapa sulitnya menata hati, untuk mau selalu bersikap baik.
DihadapanNya dan dihadapan manusia. Betapa sulitnya untuk menjaga diri, untuk
tak melanggar koridorNya, untuk tetap teguh dijalanNya. Betapa sulit untuk
merangkai niat. Agar ia tak terserak, agar ia terkumpul dan membentuk jalinan
yang indah. Betapa sulitnya untuk meyakinkan hati bahwa semua akan baik-baik
saja. Walaupun tantangan dengan jelas di depan mata kita.
Ya, kawan. Tanpa
sadar kita telah berlari begitu jauh, dan ditengah jalan kita merasa
terengah-engah. Kita mulai merasa lelah. Peluh bertebaran di muka kita. baju
mulai basah, perbekalan habis. Dan, kita mulai resah. Kita mulai panik dan
berperang dengan diri sendiri: dengan nafsu di dalam hati. terkadang pula, kita
bertanya-tanya, hidupku.. seperti inikah untuk selamanya? Aku lelah, aku lelah.
Aku capek. Aku capek. Aku ingin berhenti. Ada agenda-agenda dalam organisasi
yang memaksa kita untuk berlari. Deadline-deadline menanti. Harus mengerjakan
ini itu dalam satu waktu. Dan setelah itu selesai, ada amanah lain yang
menanti. Padahal, diri ini juga punya ambisi. Hati ini juga ingin melakukan
sesuatu, untuk meng-upgrade kapasitasnya, untuk penuhi kebutuhannya. Pernahkah
merasa seperti itu? Padahal amanah kita tak hanya satu, tak hanya satu. Kita
punya banyak amanah, dan kita mulai mengeluhkan, “Pikiranku..bercabang..” atau
“Hidupku bukan untuk diriku.. kapan.. aku punya waktu untuk mengurusi diri
sendiri?” atau “Jika disibukkan oleh urusan-urusan seperti ini, kapan aku punya
waktu untuk mengembangkan hobiku? Kapan aku membaca, kapan aku menulis? Kapan?”
dan sejuta keluhan lainnya..
Pernah
merasakannya? ^_^ yang pekan ini merasakannya angkat jarinya :D
Begini.
Mengeluh itu boleh, dan tentunya fitrah. Berbagi masalah dan kesedihan dapat
mengurangi rasa sesak di hati, maka jika perlu kau ungkapkan, sobat..
ungkapkanlah saja. Jika menangis dan mengadu padaNya menjadi solusi pelega
hatimu, lakukanlah. Menangislah! Takkan ada yang melarang. Jika kau butuh bahu
dan pundak kawanmu, katakanlah.. insya Allah ada banyak pundak yang bisa kau
jadikan bersandar: untuk sejenak meluapkan perasaan hatimu..
Kawan,
sesungguhnya tugas-tugas dan amanah itu akan mendewasakan kita dan jadi sarana
untuk meng-upgrade kapasitas kita. menguji kesabaran kita. Karena saya anak
fisika, izinkan memakai analogi analisis rangkaian listrik. Hmm.. tahu
rangkaian seri dan rangkaian paralel? Begini.. rangkaian seri adalah rangkaian
yang tidak memiliki titik percabangan. Arus mengalir dengan enaknya dan
lempeng-lempeng saja. Namun, tahukah engkau kawan? Ketika ia diberikan 3
hambatan, sebut saja 4 ohm, 2 ohm, dan 6 ohm, maka total hambatan atau
rintangan yang ia lewati adalah 3+4+6=13 ohm. Walaupun kehidupannya tak menemui
banyak masalah, tapi hambatan yang harus ia lalui justru makin banyak dan
besar. Mampukah ia mengatasi hambatan tersebut?
Sekarang,
mari tengok rangkaian paralel. Rangkaian paralel adalah rangkaian yang memiliki
titik percabangan. Tak hanya dua, terkadang 3, 4, atau bahkan 6 dan 8
sekalipun. Ketika rangkaian ini diberikan hambatan atau beban yang sama dengan rangkaian
seri, yaitu 4 ohm, 2 ohm dan 6 ohm, maka total hambatan yang harus ia lalui,
1/Rp= ¼+ ½ + 1/6 = (3+6+2)/12 = 11/12 ohm, hambatan total = 12/11 = 1,09 ohm.
Sedikit bukan? Mudah bukan?
Seperti
itulah ibaratnya kehidupan. Jika amanah
kita makin banyak, insya Allah akan semakin mudah kita menjalani kehidupan.
Tapi, ada syaratnya.. yang kita lakukan adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan
ummat tentunya..
Kembali pada
motivasi. Syuro’ LJ jam 6.15 kemarin menyadarkan hati rapuh ini mengenai
motivasi. Bahwa yang sebenarnya kita lakukan adalah memiliki tujuan, bukan
agenda biasa. Perumpamaannya, sukses tidaknya suatu agenda atau acara yang kita
lakukan adalah bukan terletak pada kuantitas atau banyaknya orang yang hadir
dalam acara kita, namun kesuksesan tercapai apabila yang kita adakahn membawa
kebaikan, mebawa kebermanfaatan, memberikan pencerahan. Dan tentu saja, ridho
dariNya.. inilah yang menjadi pembeda..
Ya. Insya
Allah kawan, jika kita menyikapi setiap lika liku kehidupan yang kita lalui
pada Rabb penggenggam alam semesta dengan khuznudson (baik sangka) dan tawazun
(seimbang), Insya Allah.. harapan terbentang luas, dan kemudahan-kemudahan akan
mengikuti kita.. bukankah setelah kesulitan ada kemudahan??
Alhamdulillah, terbagikan
juga,,,
Markas Inspirasi… 20.04.12,
00.44 WIB
Semoga bermanfaat, yang sedikit
dan acak-acakan ini. Mohon koreksi ^_^
Komentar
Posting Komentar
Bismillah..
Sahabat, mohon komentarnya ya..
-demi perbaikan ke depan-