Tentang sebuah cita-cita

Tentang sebuah cita-cita

Yup! Cita-cita. Bicara tentang cita-cita. Kedengarannya sangatlah sakral. Coba kita pikir bersama. Apa tujuan kita bersekolah dari playgroup, TK, SD, SMP, SMA, sampai dunia kuliah?? Menuntut ilmu? Ya! Karena menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi muslim laki-laki maupun perempuan. Another destination?? Yup! Buat meraih cita-cita, apa gunanya coba seseorang masuk fakultas kedokteran kalo’ nggak kepengen jadi seorang dokter? Apa manfaatnya seseorang masuk hubungan internasional kalo’ nggak pengen bekerja yang berhubungan dengan luar negeri, duta besar misalnya? Apa sih esensinya kalo’ seseorang masuk jurusan akuntansi tapi nggak pengen jadi seorang akuntan ataupun seorang pengusaha? Apa maunya sih kalo seseorang masuk fakultas keguruan kalo’ nggak pernah pengen jadi seorang guru???
***
Hmmm… jadi bingung. Cita-cita. Cita-cita itu kudu tinggi. Cita-cita itu berarti mimpi, cita-cita itu harapan dan keinginan. Cita-cita yang besar mampu mengantarkan kita untuk melakukan sesuatu hal yang besar pula. Cita-cita yang kecil akan membatasi kita untuk puas hanya menjadi seperti ini. Menjadi kecil pula. Cita-cita adalah mimpi yang jika kita berusaha keras untuk meraihnya dengan sepenuh tenaga, harapan , dan doa, insya Allah kita dapat menggapainya. Cita-cita membuat hidup seseorang senantiasa bergairah, semangat untuk berprestasinya tinggi. Cita-cita yang diinginkan tentunya adalah cita-cita yang mampu mengantarkan kita pada kesejahteraan dan kebahagiaan. Bahagia dunia akhirat. Cita-cita dapat melambungkan kita untuk senantiasa berani. Berani bermimpi besar dan berani pula untuk meraihnya, tak peduli resiko yang bertebaran di sana-sini. Tak peduli aral rintangan yang selalu mengintai.
***
Mari bicara tentang cita-cita selama hidup di dunia. Cita-citaku adalah mampu membahagiakan orangtua. Bagaimanapun caranya, asal halal dan diridhoi oleh-Nya. Bagaimanapun sukarnya, asal mampu membuat keduanya tersenyum bahagia, menangis haru dan bangga. Bagaimanapun rintangannya, asal mampu membuat mereka berkata : Kami bangga mempunyai putri sepertimu, kami tak menyesal telah membesarkanmu, mendidikmu. Orangtua adalah inspirasi terbesar dalam kahidupan ini, bagiku. Pengorbanan mereka, kesetiaan mereka, ketawadhu’an mereka, kesabaran mereka, mampu membuat hati ini luluh dan mengeluarkan air mata tiap mengenang mereka.
Ibu, yang telah mengandung selama 9 bulan yang beratnya bertambah dari bulan ke bulan. Andai saja Ibu tak menyayangi kita, tak mungkin Ibu sesabar itu. Menahan apapun yang disukainya, demi kesehatan janinnya. Memakan apa yang tak disukainya, demi keselamatan sang calon buah hati. Apapun dilakukannya demi kita, demi kita. DEMI KITA!!! Ketika tiba saatnya melahirkan, beliau mengerang penuh kesakitan, namun bibirnya tersenyum menanti kehadiran kita di dunia yang baru. Beliau berjuang sekuat tenaga. Tak main-main, NYAWA TARUHANNYA!!! Seandainya beliau dipanggil oleh-Nya, beliau akan berkata : Saya rela, asalkan bayi saya selamat. Ketika kita mulai tumbuh,beliau dengan sabar mengajari kita banyak hal. Sering tak tidur karena tangisan kita di malam hari, sering tak makan karena membersihkan kotoran kita yang bertebaran di mana-mana. Sering menangis melihat kita menangis. Semakin besar kita, tak sadarkah kita sering melukainya? Sering menyakitinya? Apa sih yang mampu kita persembahkan bagi beliau, yang kasihnya bagaikan sang surya yang menyinari dunia??
Ayah, walaupun tak sedekat dengan Ibu, namun jangan tanya kasih sayangnya: LUAR BIASA! Mungkin yang sering kita temui adalah ayah yang pendiam, yang lebih banyak mengangguk daripada menggeleng. Ataupun ayah yang galak, yang sangat kita takuti. Namun bukan itu, teman. Bukan itu. Tak tahukah kau ayah bekerja banting tulang demi siapa? Demi kita! Demi keluarganya! Walaupun beliau nampak tegar, kekar, kuat, dan tangguh dihadapan kita, tak tahukah kau beliau menangis ditiap penghujung sholat malamnya? Selalu mendoakan yang terbaik bagi kita. Agar kita tumbuh menjadi manusia yang berguna dan dapat meraih semua asa kita? Mungkin saja, ayah terlihat angker dan dingin. Namun tak tahukah kau, di dalamnya terdapat hati yang amat teramat sangat lembut. Pengorbanannya sungguh luar biasa. Kalau kita merasa kesulitan, ayahlah yang pertama akan lari ke sana-sini mencari solusi dan bantuan. Ayahlah yang selalu mengantar kemanapun kita pergi. Apa yang dapat kita persembahkan buat beliau? Tak sadarkah tiap tindak tanduk kita ada yang menyinggung perasaannya? Menyakiti hatinya? Menggoreskan luka yang amat dalam?
Berbicara tentang orangtua takkan pernah ada habisnya, semuanya akan berujung pada: Mereka menyayangi kita. Pertanyaannya adalah, telahkah kita menyayangi mereka sepenuh hati? Seikhlas jiwa? Mampukah kita mengantar mereka pada surga-Nya nun jauh di sana???
***
Cita-cita. Pokoknya harus tinggi. Mampu membahagiakan orang tua. Membuat mereka bangga. Dan tentu saja, diridhoi oleh-Nya, halal dunia akhirat. Cita-cita, kalau bisa, harus bermanfaat buat orang banyak. Harus mampu percikkan semangat dan motivasi buat para generasi muda. Harus jadi teladan yang baik, harus mampu buat bumi ini tersenyum. Semua bahagia. Semua bahagia. Semua bahagia. Dunia akhirat. Dunia akhirat. Dunia akhirat.
***
Ayo bicara tentang cita-cita. Dulu, waktu kecil,aku bercita-cita jadi seorang insinyur elektronik. Karena pada saat itu banyak alat elektronik yang rusak. Yap, keren sepertinya jadi superhero yang menyelamatkan ribuan alat elektronik yang rusak. Namun, setelah kesetrum sebentar pas menyalakan televisi. Saya berpikir, sakit rupanya. Pasti akan banyak kesetrum kalo’ jadi insinyur elektronik. Saya berhenti dan beralih cita-cita.
Cita-cita selanjutnya adalah menjadi seorang dokter anak. Hmm… sepertinya enak memiliki sebuah ruangan bernuansa ceria, banyak mainannya dan mengobati ribuan bahkan jutaan anak-anak yang imut-imut itu. Menjadi seorang motivator ulung yang membuat mereka tersenyum dan menatap masa depan dengan optimis. Asyik sekali. Bermain-main dengan mereka, awet muda saya, hehehe… Cita-cita menjadi seorang dokter anak insya Allah masih ku pelihara hingga kini. Semoga terwujud. Aamin…
Beranjak masuk SMP dan hingga kini, saya ingin jadi seorang penulis. Uwaa.. kerennya! ^^ melihat sederetan penulis ternama yang saya kagumi : Pipiet Senja, Helvy Tiana Rossa, Asma Nadia, afifah Afra, Aries Adenata, Irwan Kelana, Deasylawati P, Muthmainah, Gola Gong, dan masih buanyaak sekali penulis berbakat asli milik Indonesia. Uwaa, keren lho mereka!! Tulisan dapat, mencerahkan orang, bisa buat bekal ke akhirat pula. Soalnya tulisan mereka itu selalu mencerahkan dan mengajak ke yang ma’ruf serta mencegah ke yang mungkar. Mereka berdakwah lewat tulisan. Aku pengen jadi penulis… pengen. Pengen. Pengeeen banget. Nggak Cuma buat cari nafkah, tapi sebagai penyalur aspirasi, wujud bakti pada bumi pertiwi. Dan cita-cita itu masih ku pelihara hingga kini. Semoga terwujud. Aamin…
Melihat hobby saya yang suka nggambar walopun cuma acak-acakan, pernah terbesit buat jadi arsitek ataupun illustrator majalah atau designer atau apa gitu. Hihihi… masih saya pelihara?? Ya! Mungkin nggak ya? Insya Allah MUNGKIN BANGET!! ^^ Aamin…
***
Di kelas dua SMA, ada pelajaran mengenai reproduksi manusia. Mendadak aku bergidik ngeri membayangkan proses persalinan. Ku lirik ke sekitar. Mengapa banyak dokter bedah atau dokter ahli kandungan itu laki-laki dan bukannya perempuan. Bukankah yang ditolong untuk melahirkan itu selalu perempuan?? Hiiy… aku nggak bisa bayangkan kalo’ ada ibu-ibu terus yang nolongin persalinannya itu bapak-bapak, bukan mahram lagi. Uwaaa… TIDAK!!! Nggak mau, pokoknya yang nolongin harus sama-sama perempuan. Dan sejak saat itu saya pengen jadi dokter kandungan. Semoga terwujud. Aamin..
***
Hmmm… saking banyaknya cita-cita, kadang aku jadi dilemma. Hmmm. Pokoknya cita-cita harus tinggi. Siapa tahu suatu saat nanti kita jadi dokter umum yang bisa menangani spesialis anak dan juga bisa menangani kandungan kemudian kita punya kerja sambilan sebagai illustrator atau designer tetap suatu majalah, dan juga di sela-sela kesibukan kita, kita masih sempat menulis dan akhirnya menjadi penulis besar? Hmm, siapa tahu. Manusia khan wajibnya berusaha, Allah juga yang bakal nentuin.
Tapi, satu hal yang pasti. Kita harus berani bermimpi besar. Kita harus berani punya cita-cita besar. Sekolah di luar negeri gratis contohnya. Lalu, kuliah di fakultas kedokteran universitas ternama tapi dananya dibayarin negara dan cuma 4 tahun lamanya seperti jurusan lainnya. Mimpi? Harus berani. Realisasi? Ayo wujudkan. Bismillah… kita pasti bisa! Selama tujuan kita baik, insya Allah, akan dimudahkan jalannya. Jangan pernah berhenti untuk bermimpi! Berani bermimpi besar!!
SEMANGAT!!! Ciaayooo!!!
***
Mimpi adalah kunci
Untuk kita menaklukkan dunia
Berlarilah, tanpa lelah
Sampai engkau meraihnya….
(Ost. Laskar pelangi)
***
“Bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu”
(Andre Hirata dalam novel Laskar Pelangi)

Komentar