Sebuah Puisi untuk Sahabat

Sobat, aku tahu. Aku ini bukan siapa-siapa
Bukan orang tuamu, bukan pula sanak kerabat terdekatmu
Sobat, aku sadar.
Aku tak pantas dapatkan tempat istimewa di hatimu
Aku tak layak bersanding dengan berjuta kawan yang menyayangimu
Sobat, aku menyayangimu, aku mecintaimu karena-Nya
Karena persahabatan ini terukir juga atas rahmat dari-Nya
Sobat, aku tahu aku ini bukan siapa-siapa
Aku bukan motivator ulung yang selalu menyemangatimu
Aku bukanlah matahari yang selalu menghangatkan suasana dalam hatimu
Akupun bukanlah embun atau air yang dapat lepaskan dahagamu dan menyejukkan kalbu sanubarimu
Namun saudariku,
Aku punya pundak untuk bersandar, kau bisa menyandarkan kepalamu disini ketika ingin menangis
Aku punya punggung untuk menegakkan, kau bisa menegakkan kepalamu disini ketika kau sedang bersedih
Aku punya kata-kata penyejuk, kau bisa memintaku untuk mengucapkannya padamu saat kau butuh
Aku punya tangan yang bisa membelai pundakmu ketika kau rasa tak lagi dapat menahan beban berat yang tengah kau pikul
Aku punya semua itu, sobat. Walaupun tak pernah bisa sempurna
Aku bisa melakukan itu, menjadi sahabat yang selalu dengarkan keluh kesahmu dengan setia dan mengingatkanmu tentang-Nya dan juga janji-Nya yang indah pada kita
Namun, kenapa kau tak pernah meminta?
Mengapa kau tak pernah menyapa?
Hanya kau pendam sendiri, hanya kau pikul sendiri masalahmu yang menghimpit raga?
Ingatlah saudariku, kau masih punya aku
Aku, seorang manusia biasa yang tak sempurna
Aku yang selalu ingin melihatmu tersenyum bahagia.
Tersenyumlah, kawan.
Jangan menangis!
Dunia ini terlalu murah untuk ditangisi, begitu pesan salah seorang kawan kepadaku.
Jangan bersedih, kawan. Kau punya aku
Walau aku tak selalu benarkan perkataanmu
Walau aku sering menyakiti perasaaanmu
Namun, inilah aku
Terimalah aku apa adanya,
Marilah kita jalin persahabatan karena-Nya
Semoga persahabatan ini kekal abadi
Hingga ke Jannah-Nya suatu saat nanti
***
”Tak ada nikmat kebaikan yang Allah berikan setelah Islam selain saudara yang sholeh/shalihah, maka jika salah seorang dari kalian merasakan kecintaan dari saudaranya peganglah kuat-kuat persaudaraan itu.”
***
“Perumpamaan dari seorang sahabat adalah seperti mata dan tangan. Ketika tangan terluka, maka matalah yang akan menangis. Dan ketika mata itu menangis, maka dengan segera tangan jualah yang mengusapnya.”
***
“Sahabat sejati bukanlah sahabat yang selalu membenarkan tiap langkah yang kita ambil,. Sahabat sejati selalu ada dalam suka maupun duka. Jika kita benar dia membenarkan, jika kita salah dia mengingatkan. Sahabat sejati bukanlah sahabat yang pandai memuji, melainkan yang pandai menguji. Ia selalu mengingatkan kita kepada Allah, Rabbul Izzati yang memiliki segalanya.”

Komentar