buat Ibu Bapak

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al Baqarah :
***
Bapak, Ibu. Aku merindukanmu. Sungguh sangat merindukanmu. Dari lubuk hatiku yang paling dalam. Sungguh. Rindu ini terasa bertumpuk-tumpuk. Begitu kuat, begitu menggebu-gebu. Bagaikan angin yang ingin terbang bebas dari pusaran tornado. Bagi ombak yang ingin segera meluap dari permukaan laut. Bagai pena yang sudah lama tak bertemu dengan kertas. Bagaikan mouse komputer yang tak pernah terpasang pada PC-nya. Bagaikan busur yang merindui panahnya. Bagaikan pohon-pohon yang rindu akan hujan. Bagaikan bunga yang nantikan sinar terang dari sang surya.
Bapak, Ibu. Kalian adalah sumber inspirasiku. Berkat senyum Bapak Ibu, aku mencoba untuk selalu bertahan. Untuk selalu bertahan dalam tiap ujian yang datang. Bertahan dari tiap kesedihan yang datang. Aku harus kuat, dan aku merasa kuat ketika mengenang Bapak Ibu. Nasehat-nasehat yang Bapak Ibu berikan, kadang kemarahan yang sebenarnya bukanlah kemarahan, namun hanyalah sebagai tanda sayang. Aku merindukan itu semua… aku rindu, Pak. Aku rindu, Bu. Rindu itu begitu menggebu-gebu. Aku ingin bertemu dengan kalian, Pak, Bu. Aku ingin bersujud di hadapanmu, aku ingin bersimpuh di kakimu. Aku ingin mohon maaf, mohon ampun atas semua khilaf yang telah tercipta dariku. Ingin aku segera berlari dan memelukmu, Pak, Bu.
Bapak, Ibu. Mungkin aku sangat sering membuat kalian berdua merasa sedih. Aku sering menyakiti hati kalian, tak hiraukan kata bijak yang engkau berikan. Kata-kataku sering tak terkendali meluncur dari lidahku yang tajam. Tindak tandukku yang sama sekali tak sopan, mungkin sering membuatmu mengelus dada. Bapak, Ibu, ingin aku putar waktu, hingga tak ada pernah aku membuat hatimu sedih.
***
Pak, Bu, aku ingin pulang. Sangat ingin pulang. Namun, tak bisa sekarang, Pak. Tidak bisa saat ini, Bu. Di sini, aku punya tugas yang harus kukerjakan. Di sini, aku punya tanggung jawab yang tak bisa kutinggalkan. Di sini, aku punya kewajiban yang harus aku tunaikan. Maafkan aku, Pak. Ampuni aku, Bu. Aku tak bisa pulang sekarang. Biarlah Allah mempersatukan kerinduan kita ini, dan menambah erat tali kasih antara kita semua.
Pak, Bu. Aku berjanji. Aku takkan khianati kalian berdua. Aku akan menjadi anak yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Aku takkan pernah menyia-nyiakan waktu yang masih tersisa. Aku akan berusaha.
Pak, Bu. Percayalah, aku akan tetap bertahan. Aku akan belajar dengan sungguh-sungguh, aku ingin pengorbanan jarak antara kita ini membuahkan hasil yang gilang-gemilang. Aku ingin meraih mimpi, asa, dan citaku.
Pak, Bu. Yakinlah. Aku akan menjadi anak yang kuat, anak yang tabah, anak yang selalu mendoakan kedua orangtuanya. Anak yang selalu berusaha membuat kedua orang tuanya tersenyum bahagia. Yakinlah, Pak, Bu. Aku tak akan mengingkari janjiku. Aku tak akan banyak dolan, aku akan belajar dengan sungguh-sungguh. Aku ingin berjuang. Berjuang.
Pak, Bu. Doakan aku, ya? Sertakan namaku ditiap penghujung sholatmu. Selalu berikan kasih sayang suci pada semua putra-putrimu.
Pak, Bu. Aku tak bisa pulang sekarang. Besok-besok, insya Allah. Doakan aku, ya? Aku mencintai Bapak dan Ibu. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat, berkah, kesehatan, keimanan, dan rezeki-Nya..

Komentar