apa itu I.K.H.L.A.S???

Suatu hari aku merenung. Tentang sebuah kata yang mengusik hatiku. Begitu menggebu-gebu hati ini untuk segera tahu, apakah makna kata itu? Ikhlas. Hmm…kata yang sederhana memang. Sangat sederhana bahkan. Namun siapa sangka bahwa satu kata itu akan membawa berkah yang luar biasa. Ketenangan di dalam relung jiwa. Satu kata sederhana yang konon mahsyur disebut sebagai syarat diterimanya suatu amalan. Amalan kebajikan tentu saja. Aah.. aku ingin segera tahu. Apa, sih arti kata itu? Kuraih HPku, ku kirimkan pesan singkat pada teman-teman dekatku yang kuanggap lebih mengerti tentang hal itu. Kutuliskan selarik pesan,
“Assalamu’alaikum Sobat, izinkan aku bertanya padamu, apakah “Ikhlas” itu? Bagaimana cara meraihnya? Jazakillah khair atas bantuannya.”
Dari beberapa sms yang kukirimkan, Alhamdulillah ada beberapa yang membalas, yang isinya dapat membuat bulu kudukku merinding. Gemetaran membacanya. Menyentuh, sangat menyentuh.
“Ikhlas ialah ketika kita tidak mengharap penghargaan atas semua kerja kita. Saat kita mampu memberikan hal positif yang kita punya. Cara menumbuhkannya ya selalu landaskan pikiran dan tindakan lillahi ta’ala.”
“Dalam hadits arba’in dan kitab akhlak bahwa ikhlas dan menghadirkan niat adalah satu kesatuan, An-Nawawi berkata : niat adalah tujuan dan ia mengharapkan kemauan hati. Hadits satu dalam arba’in berisi bahwa seseorang akan mendapatkan apa yang dia niatkan. Jadi ikhlas itu melakukan semua ibadah dan amalan apapun dengan tujuan Allah bukan hanya karena manusia. Wallahu’alam.”
“Ikhlas aku juga belum menemukan arti sebenarnya. Tapi menurutku, ikhlas itu dimana kita saat melakukan sesuatu yang baik, kita merasa senang hati dan tulus, tidak mengharapkan imbalan.”
“Setahuku, ikhlas itu ketika kita melakukan sesuatu hal untuk diri sendiri maupun orang lain tanpa menginkan imbalan dari orang lain, melainkan hanya mengharap ridho dari Allah. Ketika kita bisa melakukan itu, insya Allah ikhlas itu telah kita raih. ‘afwan, mungkin aku mengatakan yang belum aku lakukan. Wallahu’alam. Hampir seperti filosofi roti, Sist… ketika seseorang makan roti, ia akan mengatakan: manisnya roti ini. Padahal, yang membuat roti itu berasa manis adalah gula. Jadi sobat, berinfaqlah layaknya gula. Beramal banyak, tapi tak pernah disebut-sebut dan tidak berharap disebut-sebut.”
Ya Rabb, aku benar-benar ingin tahu. Apakah ikhlas itu? Aku ingin meraihnya ya Allah… hati ini terasa kecil dan tidak berdaya menghadapi ketidak ikhlasan hati ini. Bukankah beramal bukan untuk dibangga-banggakan? Namun mengapa jiwa manusiaku ini masih sangatlah lemah. Begitu rentan dan tidak tahan jika menyatakan kebaikan diri sendiri. Tak ikhlaskah aku? Berharap terhadap sesuatukah aku? Ya Rabb, ampunilah aku…
Saat kita menyapu ruangan, lalu kita kelelahan. Sebenarnya tak penting kita menyebutkan jasa kita itu, toh juga untuk kebaikan kita sendiri. Namun mengapa kita masih mengatakan, “Kawan, aku sudah menyapu tadi. Capek sekali.” Ikhlaskah kita?
Ketika kita mengetik LPJ suatu kegiatan hingga larut, padahal kita bukan sekretaris bidang yang mengurusi urusan ketik mengetik. Lalu kita nyatakan, “Ukhti, ana sudah bikin LPJ tadi malam sampai jam 12 malam.” Patutkah hal kecil itu kita banggakan?
Ketika kita menjadi ketua pelaksana suatu kegiatan, lantas tak ada yang menghargai kerja keras kita. Andil besar kita. Kita agak merasa sedih. Apakah itu arti keikhlasan?
Di beberapa majelis ta’lim sering diungkapkan: Ikhlas itu seperti saat kita berada di kamar mandi untuk mebuang “sesuatu”. Tentu kita total akan mengeluarkan semuanya, tak menyisakannya satupun, dan tentu saja tidak menghemat-hematnya untuk terus berada di dalam tubuh kita. Apabila ingin, langsung kita lepaskan, kita relakan. Dan kita, diam-diam melakukan hal ini. Kita tak ingin orang lain tahu apa yang telah dan sedang kita lakukan. Apabila disebut-sebut, tentu kita akan merasa malu. Karena itu, kita menyimpannya rapat-rapat. Tak ingin seorangpun tahu. Bahkan satu orangpun.
Yah, benar. Ikhlas itu saat kita beramal sesuatu yang baik, namun kita tidak mengharapkannya untuk disebut-sebut orang lain. Tidak ingin dipuja. Tak ingin disanjung. Itulah ikhlas. Saat kita merasa ‘enjoy’ dengan segala kebaikan yang kita lakukan, walau tak ada seorangpun yang tahu bahwa itu adalah kerja keras kita.
Ikhlas itu adalah sesuatu hal yang indah, yang patut kita perjuangan, yang perlu kita pertahankan dan terus kita lakukan, karena keikhlasan itu membawa kebahagiaan, letaknya di sini, di dalam hati kita yang paling dalam.
So, ayuk ikhlas dalam beramal! Kalo’ kita pengen disanjung-sanjung, tahaaan!! Biarpun ndak ada yang tahu kebaikan kita, namun Allah Maha Tahu, kan? Biarlah Dia yang menilai kita. Just do it for Allah. Bisa, kan?? Pasti BISA!! Bismillah….
***
”Keikhlasan adalah kunci nikmatnya beribadah, karena ia memberikan kekuatan kepada orang mukmin dalam beribadah, orang yang ikhlas adalah tanpa beban, tanpa berharap sanjungan/pujian dari orang lain. Amalannya selalu dijaga dan disimpan layaknya aib. Subhanallah… Ibadahnya karena Allah, tujuannya kepada Allah (Allah Ghayatuna) selamat berjuang menempuh kebahagiaan penuh ikhlas, saudaraku.” (MFC_Muhammad Fans Club)
***

“Cinta kepada Allah itu bak cahaya, apapun yang dikenainya akan bersinar. Cinta kepada Allah menghidupkan segalanya. Cinta kepada Allah itu bak bumi, dari situ Allah menumbuhkan semuanya. Yang mencintai Allah dia memperoleh kekuasaan dan kekayaan (cinta) “ (Ali ra)

Komentar