SURAT

SURAT BUAT SIMBAH
Assalamu’alaikum…..
Dear Simbah,,
Mbah, bagaimana kabarnya simbah sekarang? Aku harap panjenengan baik-baik saja. Semoga Allah senantiasa memberikan rahman dan rahiim-Nya pada Simbah. Memberikan kebahagiaan dalam tiap penglihatan simbah, memberikan kesejukan luar biasa di tiap pagi ketika simbah membuka mata menghirup udara, memberikan ketenangan hati dalam relung jiwa yang paling dalam. Semoga Allah senantiasa memberikan ridho atas segala apa yang Simbah perbuat. Semoga Allah selalu memberikan perlindungan dan kasih sayang-Nya pada Simbah. Aku, cucumu benar benar menyayangimu, Mbah. Sangat mencintaimu.
Mbah, tentu panjenengan ingat. Tentu panjenengan tidaklah lupa. Aku, cucumu ini pulang ke rumah hanya satu minggu sekali. Hanya tiap hari sabtu dan minggu, Mbah. Karena aku harus menuntut ilmu di sekolah yang aku inginkan agar citaku tercapai, Mbah. Agar asaku tercipta. Hari-hari saat pulang ke rumah adalah hari-hari yang amat ditunggu oleh semua anak rantau di seluruh bumi, Mbah. Begitu pula aku. Begitu senang nan bahagia hati ini ketika dapat menjumpai keluarga tercinta. Ibu, Bapak, Mbak, Adik, dan tentunya panjenengan, Mbah.
Itulah mengapa, Mbah. Aku begitu terkejut dan agak sedih ketika tahu panjenengan pergi ke Cepu, ke tempat Bude tanpa bilang-bilang sama cucumu ini terlebih dulu. Aku libur selama 2 minggu, Mbah, tapi Simbah tak ada di rumah selama itu juga. Menghindariku, Mbah? Tidak,kan? Aku tau. Nenek di seluruh dunia pun pasti sayang sekali sama cucunya. Lebih sayang daripada ke anak-anaknya. Aku masih ingat, Mbah. Panjenengan pernah bilang kalo’ panjenengan betah lama-lama di suatu tempat karena ada kami, cucu-cucumu. Mbah, sungguh aku merindukanmu.
Mbah, ketika ku tanyakan mengapa Simbah dolan ke Cepu ndak bilang-bilang saya kepada Ibu, taukah apa yang dikatakan oleh Ibu, Mbah? Ibu menangis, Mbah. Menangis dalam. Membuat hati ini trenyuh, Mbah. Rasa-rasanya aku juga ingin menangis. Ibu merasa tidak mampu membuat Simbah bahagia di tempat ini. Ibu menangis, Mbah. Beliau begitu mencintai Simbah, orangtua beliau satu-satunya. Tentunya Ibu sangat sedih ketika Simbah kakung dulu pergi lebih dulu meninggalkan dunia ini. Terlebih jika simbah tak membalas senyum beliau pada saat ini. Beliau begitu menyayangimu, Mbah. Ibu bagi Ibu yang telah membesarkan beliau hingga saat ini. Tentunya Ibu merasa sangat bersalah, Mbah. Kami semua merindukanmu, Mbah….
Mbah… aku benar-benar merindukan panjenengan. Kangen, Mbah. Walaupun kita sering bertengkar. Walau kita sering berselisih paham. Lucu memang. Anak kecil kok bertengkarnya sama Simbah-Simbah. Namun itulah faktanya, Mbah. Kita sering bertengkar. Aku sering menangis, Mbah. Karena kadang panjenengan marah-marah padaku. Biasanya aku langsung mendelik dalam bantal, membenamkan mukaku dan mulai menangis. Namun Simbah selalu yang juga menenangkanku. Mengajakku bercanda, seperti tak pernah ada rasa sengketa sebelumnya. Seperti tidak pernah marah pada cucumu yang 100 % bandel ini, Mbah.
Sebenarnya aku tahu, Mbah. Marahmu itu adalah tanda kasih sayang. Tak ada orang tua yang mau membiarkan anak dan cucunya tenggelam dalam kesalahan. Itulah mengapa marahmu terjadi. Itu hanya mengingatkan, begitu jelas panjenengan ketika kutanya mengapa simbah sering marah-marah padaku.
Mbah, di musim hujan seperti ini. Aku teringat Simbah yang selalu bersusah payah untuk membuatkan pisang goreng kesukaanku. Taukah Mbah, kalo’ nanti sore Ibu berjanji, Insya Allah akan membuatkanku makanan yang serupa. Hehehe… aku tak tahu, Mbah. Apakah benar-benar pisang gorengnya yang enak, atau yang bikin, atau rasa kasih sayang dalam keluarga ini yang begitu terasa. Simbah, panjenengan sering menggeleng-gelengkan kepala heran ketika melihatku melahap lebih dari 5 buah pisang goreng yang telah kau buat dalam sekejap.
Mbah, apakah saat ini panjenengan juga merindukanku? Merindukan kami? Merindukan Ibu? Merindukan Bapak? Merindukan Adek? Merindukan kakak? Kami semua merindukanmu, Mbah…. Sungguh menyayangimu. Semoga Allah selalu memberikan petunjuk dan kasih sayang-Nya pada kita semua… Amin.
Wassalamu’alaikum….

December, 25th 2009

Komentar

  1. hiks,,,jadi sedih lah,,,
    aku juga gak jadi masakin magelangan,,,
    tapi tenang, besok aku pulang mau bereksperimen bikin magelangan, kalau udah gak kacau, hari minggu kupersembahkan untukmu, cantik...

    BalasHapus
  2. waah.... Mbak mifti...
    kapan pulang???
    koq udah net2an, brarti ujianna udah selesei niiy??? kangen,mbak... ^_^

    BalasHapus

Posting Komentar

Bismillah..
Sahabat, mohon komentarnya ya..
-demi perbaikan ke depan-