![]() |
dokumentasi pribadi: ini adik kecilku, namanya Jabar ^^ |
Sudah
sekian jam, jika prediksiku benar; maka lima menit lagi kau akan sampai di
depan pagar. Tentu saja jika kau tidak nyasar dan tidak mabok darat seperti
yang aku sangsikan.
Drmmmmm….
Hei,
tunggu; itu suara mobil?
Lamat-lamat
kudengarkan dengan seksama suaranya semakin mendekat dan parkir di depan pagar
putih milik tetanggaku. Lalu terdengar sedikit berisik: suara pria setengah
baya yang berdehem, suara wanita yang sepertinya tak lagi muda, dan suara dua
orang dewasa sedang bercakap.
Kau
membawa mereka turut serta?
Kukira
kau hanya berdua dengan kakak kesayanganmu itu, menaiki bukit dan menuruni lembah
dengan motor yang menjadi kendaraan jihadmu. Kini, mereka semua kau ajak
bertandang ke rumah ini?
Semakin
langkah dan suara-suara itu mendekat, aku mendengar suara Bapak di ruang shalat
juga semakin keras membaca Al-Qur’an. Bibirnya basah bakda dzikir panjang.
Beliau sedikit gemetaran namun tetap berusaha tenang. Yaa Rahman…
Sementara
Ibuku; makin cekatan menata piring dan gelas. Berdenting, sedikit nyaring.
Membiarkanku yang diam termangu, menatapnya saja tanpa bergerak membantunya.
Aku terlalu kelu, tak mampu.
Jantungku
seakan berhenti berdetak saat suara langkah kaki itu terasa tepat di depan
pintu.
Tingtong,
bel depan pintu dibunyikan; disusul suaramu yang dengan hati-hati melafalkan,
“Assalamu’alaykum….”
Lalu,
Bapak bangkit, tergopoh membukakan pintu. Dengan selapangdada mengumpulkan
segenap ketegaran.
Ini
rumahku. Dan itu bapakku. Baik-baiklah padanya, sebab hingga detik ini ia
adalah pria yang paling kucinta.
Selesai.
Oleh:
Rizki Ageng Mardikawati / MJ/ FLP 15
*Cerita ini hanyalah fiktif belaka.
Jika ada kesamaan nama tokoh dan cerita, itu adalah unsur ketaksengajaan semata
^^v
Komentar
Posting Komentar
Bismillah..
Sahabat, mohon komentarnya ya..
-demi perbaikan ke depan-