![]() |
sumber: google |
Sadar tak sadar, seringkali kita
masih saja tidak mengerjakan apa yang kita sudah tahu bahwa itu baik. Misalnya
saja, kita tahu keutamaan menghapal Al-Qur’an. Namun dalam keseharian, kita
masih saja sulit untuk melawan diri sendiri yang terkadang susah (atau masih
malas?) me-memorize surat cinta
dari Allah. Padahal kita tahu keutamaanya. Kita tahu bahwa nanti, anak adam
yang mampu menghapal Al Qur’an akan Allah karuniakan mahkota indah untuk kedua
orangtuanya di surga kelak. Siapa yang nggak pengen coba? Tapi kita masih saja
males dengan seribu satu alasan. Pantes aja, nggak nambah-nambah hapalannya.
Siapa yang salah, coba?
Atau misalnya saja kita tahu, bahwa
membaca buku itu baik. Namun dalam prakteknya, berpuluh bahkan beratus buku
yang kita borong saat ada pameran itu; akhirnya berakhir manis dengan nangkring
doang di rak. Kita sama sekali nggak tergerak membaca apalagi menuntaskannya.
Padahal, pas beli kita tau banget bahwa yang kita beli ini penting banget dan urgent buat dibaca. Namun, segudang
akivitas (atau kemalasan lagi?) membuat kita lupa dan berdalih “tak
punya waktu” atau “nggak sempet” untuk sekedar membuka lembaran-lembarannya.
Padahal buku jendela ilmu, dan kita omdo banget kalau diskusi dan harus mengisi
ini itu tanpa membekali diri sendiri dengan bekal yang cukup. Astaghfirullah..
T_T siapa yang salah, coba?
Tadi soal nggak melakukan apa yang
kita sudah tau baik, ya. Sebaliknya juga, kita seringkali masih aja ngeyel
untuk tetep melakukan hal-hal yang kita tahu itu jelas-jelas nggak baik. Haram
sih enggak, tapi itu lho; nggak ahsan alias nggak pantes alias nggak baik. Ada,
ya? Jelas! Misalnya saja, kita tahu bahwa tidur habis subuh itu sama sekali
nggak baik buat gadis belia macam kita. Gimana enggak? Rasulullah ngelarang...
mukmin jadi ngga produktif padahal banyak keberkahan yang bisa didapatkan di
waktu pagi. Eh lha ini, kita malah molor. Ya pantes aja, kalo rejekinya ditotol
ayam. Ibunya Azzam aja sampek nolak punya mantu gara-gara si calon mantu punya
kebiasaan buruk bobok lagi bakda subuh. Selain nggak enak diliatin tetangga,
tidur bakda subuh ini pokoknya nggak bangetlah. Masih banyak hal-hal produktif
yang bisa kita lakuin untuk ngeganti aktivitas ini. Malu tau, sama ayam! Tapi,
kadang kita masih aja sulit banget buat ngelawan hawa ngantuk bin sepoi bakda
subuh. Nah lo. Siapa yang salah, coba?
Ada lagi. Soal adab interaksi sama
lawan jenis. Ehem. Kita tahu banget bahwa ngobrol yang nggak perlu sama lawan
jenis itu nggak baik. Pun, menanggapi obrolan di ambang batas malam alias
nglewati JMA. Syukur-syukur kalo lagi koordinasi soal dakwah yang urgent bin urgent; lha ini.
Kadang kita masih ngaktivin sosmed hingga saat ada “Ping” masuk, kita gatel
buat nggak nanggepi. Padahal ya, sebenernya bisa besok; alias nggak
penting-penting banget. Kondisi macam ini akan ditampik oleh sebagian akhwat
super yang anti baper (penulis mengklaim dirinya masuk dalam kategori itu :3).
Akhwat super anti baper ini biasanya tangguh dan nggak gampang goyah meskipun
ribuan gombal yang membuat hati bergetar datang menyerang. Jadi, si akhwat ini
merasa aman-aman saja berteman dengan banyak ikhwan maupun laki-laki non ikhwan
karena menganggap semuanya baik-baik saja. Ya kali, Ukh. Sekuat apapun yang
namanya akhwat teteplah akhwat. Ia punya psikologis yang sama dengan wanita
kebanyakan. Akhwat super bisa juga baper, bisa juga tergoda. Makanya ukh, Plis.
Iya, kita mungkin menganggap diri kita kuat dan aman; namun, soal hati siapa
yang tahu sih, Ukh? Lagian nggak ada yang salah dengan kata membatasi diri
tadi. Kalo hati kita udah aman nggak gampang baper, setidaknya kita juga
menjaga perasaan si ikhwan biar ngga baperan. (Kok sekarang ikhwan gampang
banget baperan, ya? :3) Makanya ukh, off itu sosmed kalo udah ngga perlu-perlu
banget. Akhiri pembicaraan. ‘afwan, JMA
bro! Meski itu rekan kerja yang udah kayak sodara. Meski itu adalah sohib
akrab yang udah kenal sejak bayi procot. Tetep jaga! Sebelum janur melengkung
kita tetap bukanlah siapa-siapa; jadi awas jangan dekat-dekaaat! Nanti kena
setrum..
Bersyukur; kalau saat melakukan hal
yang tak seharusnya kita lakukan itu, hati kita nggak tenang, nggak karuan.
Bersyukur; kalau saat meninggalkan hal-hal yang sebaiknya kita lakukan itu,
kita merasa ada yang hilang dalam kehidupan, rasa-rasanya pingin banget
melakukan sejuta amal kebaikan itu. Bersyukur, sebab itu artinya Allah masih
mau ngingetin kita. Allah masih menjaga kita, dan nggak pingin hamba yang amat
dicintaiNya itu (aamiin ya Rabb.. :’) ) tergelincir dalam dosa nista. Naudzubillahimindzalik..
Maka, ada satu doa yang diajarkan
saat kita mohooon banget sama Allah buat ngejaga hati kita. Hati kita yang
awalnya terkondisikan dengan sedemikian rupa sehingga; tetiba mengalami masa
jatuh alias futur alias “Kok amalanku jadi menurun gini yak?” Doa indah ini
diambil dari Al Qur’an surah Ali Imran..
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ
إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami…”. QS. Ali Imran: 8
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami…”. QS. Ali Imran: 8
Ya, cukup ingat akan diri kita yang
awalnya “wah” saat kita merasa jatuh. Rabbi.. kemarin kan SMA aku bisa ngafal
juz 30, kok kuliah ini ngga nambah-nambah sih? Maka kita akan kembali terlecut
untuk semangat menghafal. Atau, baca buku kan bagus banget. Kamu udah beli buku
sekian banyak, buat apa coba kalau ngga dibaca? Apa yang bakal kamu sampein ke
dedek-dedek binaan besok kalo pekan mentoringan tiba? Atau, Ya Allah... iya
kali, VMJ kan udah ngga jaman di tahap kamu sekarang. Kamu udah ngelaluin itu
dengan sukses dan khusnul khatimah pas awal kenal tarbiyah dulu di dakwah
sekolah; sekarang mau VMJ lagi? Ngga jaman kii... ngga jaman. Iya sih elu
orangnya horror dan ngga gampang jatuh cinta sama lawan jenis; tapi hati orang
siapa bisa jamin? Jaga ki makanya.. jagaa! Atau, kamu tau banget kan kalo bobo’
bada subuh itu bikin cepet keriput? Lawan sih, lawan.. apa susahnya?
Maka, dengan sepenuh harap dan doa;
kita mintaaa banget sama Allah buat tetep sayang sama kita. Kita, yang katanya
aktivis dakwah atau apalah ini nyatanya juga tetep manusia yang bisa aja salah
apalagi berbuat dosa. Maka ya Allah, jagalah hati kami untuk tetap dalam
ketaatan padaMu.. Matikan kami dalam keadaan khusnul khatimah dan masukkan kami
dalam jannah-Mu.. Aamiin
Bakda
tahmid dan shalawat,
Pacitan,
penghujung 30 Juli 2016;
bakda
merasa “nggak melakukan apa yang seharusnya dilakukan.” Dan “melakukan apa yang
seharusnya nggak dilakukan..” Maafin Rizki ya Allah, maafin... :”(
Astaghfirullahal’adzim....
Catatan: maaf pembaca yang budiman atas
gaya tulisan yang berantakan; tergantung suasana hati Je :’3 ngetik cepet tanpa
mikir pulak. Ya sudah lah yak....
Komentar
Posting Komentar
Bismillah..
Sahabat, mohon komentarnya ya..
-demi perbaikan ke depan-