Judul Buku : Menjadi Aktivis? Kenapa Harus Gue?
Penulis : Rizki Ageng Mardikawati
Penerbit : Inspirasi Pelangi,
Tahun Terbit : September 2014
Tebal : 246 Halaman
__________________________
Allah, Semoga Hanya Engkau yang Jadi Alasan Kami
Allah, izinkanlah kami untuk tetap tersenyum,
Dalam kondisi apapun Ya Rabbi,
Allah izinkanlah kami untuk selalu bersyukur sepanjang hari,
Tak peduli seberapa besar amanah yang menanti.
Allah, kuatkan hati-hati kecil ini...
Kuatkan agar tetap menyusuri jalan indah ini
Allah, kuatkan genggaman tangan-tangan kecil ini,
Agar kuat ikatan hati kami,
agar mudah dalam mengingatkan dan menyemangati
Allah, jangan biarkan kami mengeluh
Sekecil apapun Ya Rabbi,
Tahan ia dari mulut kami, tindak kami, laku kami
Buang ia jauh-jauh dari kami
Allah, beri kekuatan ukhuwah pada kami,
Agar selalu menengok teman kami,
Merangkulnya saat ia mulai jauh,
Menungguinya ketika ia terasa tertinggal jauh,
Memeluknya saat ia ketakutan dan merasa sendiri,
Menggandengnya saat ia tak lagi merasa percaya diri
Allah, walaupun tak ada balasan,
Biarkan kami untuk tetap teguh,
Tetap tegar,
Karena ayat-ayat dalam surat CintaMu telah tegaskan,
Bukankah yang harusnya kami lakukan adalah bekerja saja, berbuat saja,
Soal balasan itu urusan kami denganMu
Allah, izinkan kami untuk terus melangkah,
Allah, singkirkan keluh-keluh kecil yang kadang tak sadar keluar dari bibir mungil kami,
Allah, berikan kekuatan pada pundak kami,
Agar selalu memberi, agar selalu menyemangati,
Tak peduli bahwa kami lebih perlu untuk disemangati
Allah, Semoga hanya Engkau yang jadi alasan kami
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hidup
ini penuh dengan pilihan. Begitu juga dengan pilihan menjadi seorang “Aktivis”
semasa sekolah maupun kuliah. Aktivis yang dimaksud di sini lebih spesifik
kepada aktivis dakwah, baik sekolah maupun kampus. Pernyataan yang berupa
pertanyaan pun segera meluncur: Mengapa harus gue? Bab inilah yang mengawali
buku ini.
Kumpulan catatan-catatan penulis
selama menjadi aktivis dakwah –semoga istiqomah sampai akhir- ini terdiri dari
beberapa bab yang nantinya terbagi-bagi menjadi beberapa sub bab. Bab pertama;
“Menjadi Aktivis, Mengapa Harus Gue?” mengajak kita untuk kembali menelusuri
makna bahwa hakikatnya cinta adalah kata kerja, dan sebenarnya bukan jalan ini
yang membutuhkan kita. Melainkan kita yang membutuhkan jalan ini. Sedangkan bab
dua; “Gue Udah Jadi Aktivis Nih, Terus Gimana?” mengajak kita untuk merenung
tentang pemakluman-pemakluman yang sering kita lakukan saat menjadi aktivis,
juga bagaimana seharusnya bersikap.
“Saat Amanah Menyapa”. Nah! Pada bab
tiga ini, kita diajak untuk berdialog dengan hati saat amanah menyapa, dan itu
merupakan keniscayaan: akankah kita lari atau menghadapinya sebagai bentuk
syukur dan sarana meng-upgrade diri?
Bab ini disambung dengan bab ke-empat bertajuk “Lelah? Biasa...” Bab ini lebih
banyak menceritakan tentang kehidupan aktivis dakwah sekolah maupun kampus yang
seringkali membuat tak hanya fisik namun juga batin lelah. Kita diajak
berkelana meresapi makna kelelahan; sebenarnya untuk apa sih, kita
berlelah-lelah? Mau-maunya kita menghabiskan sekian banyak waktu kita untuk
memikirkan ini itu yang belum tentu memikirkan kita? Jika Allah jawabnya, tentu
rasa lelah itu akan sirna! Akan mati! Lalu cinta-cinta tumbuh bersemi menumpas
kelelahan itu.
Pada Bab kelima, kita dihadapkan
pada situasi saat kita harus membina angkatan baru yang akan meneruskan
perjuangan kita: kau harus jadi kakak yang bijak! Tentang seni memahami hati,
tentang ruang pemakluman yang semua orang memilikinya tapi kadarnya saja yang
berbeda-beda. Lalu bab berjudul “Karena Kamu Pasti akan kembali” mengajak kita
untuk kembali berintrospeksi: untuk semua lelah dan payah ini, kita akan
kembali! Tentang orangtua, tentang amanah yang sebenarnya, tentang kematian, tentang
kita dan apa yang menguatkan kita untuk tetap berada di jalan ini.
Bab terakhir, bertajuk “Be Your
Self” yang lebih bercerita tentang kita dan mimpi-mimpi kita, tentang hobi dan
passion kita meskipun tak berasal dari jurusan kuliah yang sama. Jika itu
mimpimu kejar! Jangan takut jatuh. Buku ini ditutup dengan sebuah epilog
berjudul “Tentang Aku dan si Begadang(ku)”, curhatan kecil penulis yang
seringkali begadang karena melembur sesuatu.
Ya, di jalan cinta para aktivis ini
kita berjuang; tak hanya berjuang untuk akademik namun juga organisasi. Tentang
kecintaan pada Allah yang mampu menguatkan kita seperti apapun angin yang
menempa, sekencang apapun cobaan yang mendera: Kita kuat karena kita punya
Allah! Kita tegar karena Allah!
Penuh Cinta,
Rizki Ageng Mardikawati
Baru keluar dari cetakan.. masi anget ^_^
Cover depan belakang :)
Curhat bakda nulis di akun twitter @rizkismile ^_^
pemesanan: Ketik Aktivis_Nama Lengkap_Alamat Lengkap_Jumlah pesan kirim ke 085 643 199 417 (Uki)
Wah! Super sekali Uki ^_^
BalasHapusMbak Utiiiiii ^^
HapusSuperan mbak Utu tetepan :3
Wah! Berani banget, saya merasa harus banyak belajar sama dirimu ki ^-^
BalasHapusberani bagian mananya mas? :o
Hapuseh. saya yang harusnya belajar sama suhu ejaak :D
blognya lucu: pohon pisang :3
mba aku mau bukunya......
BalasHapusMau mau mau, Laely? ^^
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus